Chayra menatap tangan Akhtar yang sejak tadi bergelantungan tak ada yang genggam.ia tersenyum smrik lalu menyamakan langskahnya dengan Akhtar.
"Mas dingin dehh," ucapnya.
"kan saya tadi sudah bilang jaketnya dibawa, kamu nih keras kepala ya," ucapnya. "biasanya orang- orang bakal bagaimana kalau wanitanya kedinginan?" Tanya Akhtar serius membuat Chayra terkekeh geli.lucunya.
"biasanya tuh cowo genggam tangan seperti.." ia mencari letak tangan Akhtar lalu mengaitkam jari jemari mereka "begini!" ucapnya sambil memperlihatkan tautan genggam mereka tepat di depan mata.
"serius? begini bikin tidak dingin lagi?" tanyanya heran. pasalnya, yang dingin badan namun yang digenggam tangan, itu bikin hangat kah? ini Akhtar serius.
Chayra mengangguk antusias, "iya dong!"sahutnya.
"yasudah, genggam saja sampai tidak dingin lagi," ucapnya.
Chayra tersenyum riang lalu melanjutkan perjalanan dengan tangan yang saling bertautan, ia menatap sekeliling. Melihat betapa indahnya pemandangan saat sore hari di sekitar taman, kebetulan sejam lalu hujan, jadinya hawa dingin masih terasa, sedikit.
saat menemukan bangku untuk duduk, mereka berdua duduk, tanpa melepas tautan tangan mereka. selama duduk hanya dilanda keheningan, semua sibuk dengan pandangan masing-masing melihat embun yang masih terpapar jelas di atas daun.
"ngomong-ngomong mas," ucapnya membuka suara.
"iya?"
"kenapa mas mau nikah sama aku? padahal kalau dibandingkan dengan orang- orang diluaran sana masih banyak yang lebih cocok buat mas, apalah aku ini," ucapnya sembari menunduk.
Akhtar berdehem singkat, "Ra," panggilnya membuat Chayra mendongak, "seperti nya saya sudah pernah bilang kalau saya cinta kamu sejak sepuluh tahun lalu," Chayra mengerutkan keningnya, "serius? kenapa? kita pernah kenal?" tanyanya bertubi- tubi.
Akhtar tersenyum, "nanti saya ceritakan. tentang pertanyaan kamu tadi, mau orang- orang lebih baik lah, atau dia jungkir balik sekalipun saya cintanya sama kamu yah saya tetap maunya kamu "
deg-
blush
"ngomong- ngomong kamu sudah makan?" tanya Akhtar.
Chayra menggeleng.
"yasudah, kamu mau makan dirumah atau di luar saja?" tanya Akhtar,lagi.
"di saja deh, aku mau jalan jalan," balasnya.
"baiklah kalau begitu, ayo," mereka berjalan menuju mobil untuk pergi ke tempat makan terdekat, sepanjang perjalanan rasanya damai sekali karena hawa dingin dan hanya sedikit orang yang bertaburan di jalan membuat enak dipandang.
Usia makan, Akhtar tiba- tiba dipanggil ke bandara, dan Chayra menolak untuk diantar pulang dengan alasan masih ingin lihat- lihat. Namun,pandangan Chayra tertuju pada satu tempat di pinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot Pilihan Ayah
Teen FictionBerawal dari pertanyaan "kenapa Ayah gak pernah menyuruh atau meminta tolong apapun?" akhirnya terjawab sudah, saat suatu hari ia mengatakan permintaan pertama dan terakhirnya adalah Menikahkanku dengan Pilot Pilihannya. Kaget! tidak terima! kesal! ...