Aku melakukan rutinitasku setiap minggu, belanja. Aku akui aku orang yanh sangat- sangat boros,Tapi apa masalahnya? Toh aku menggunakan uangku sendiri.
setelah merasa cukup lama berbelanja, aku mulai letih jadi kuputuskan untuk pulang. Namun baru saja aku berjalan kearah Parkiran, seorang lelaki berhasil menghentikan ku.
"hai, lama tdk bertemu," ucap Arkana dengan senyum manisnya. manis, sangat manis.
energiku bagai terkuras habis sampai tanganku tak sanggup memegang semua kantung belanjaku yang kini terjatuh kelantai.
"kamu bahagia?" Tanya Arkana yang semakin lama, semakin mendekat.
Aku terpaku, rasanya seperti seseorang tengah menahanku yang bahkan aku tak sanggup bergerak sedikitpun.
Glep--
tanpa aba- aba ia dengan sigap memelukku, memelukku sangat erat hingga refleks aku ikut mengelus pundaknya saking rindunya. Kami berpelukan cukup lama untuk melepas rindu yang kami pendam masing- masing. lagi dan lagi jantungku dibuat berdetak oleh lelaki ini. Aku akui aku masih mencintainya.
"pacaran jangan di tempat umum, tidak malu?"
aku dengan cepat melepas pelukanku saat seorang gadis memergoki kami. Terlihat kalau gadis muda itu mungkin seumuran anak SMA dan tubuhnya sedikit lebih pendek dariku. Tapi kenapa wajahnya seperti tak asing? Ah masa bodoh!
"heh, Siapa kamu bisa ikut campur?" Ucapku. Dan ia hanya memutar bola mata malas.
Belum sempat Arkana membuka mulutnya, dengan segera aku mengambil semua belanjaanku dan meninggalnya sendiri. Percayalah, aku tak ingin lebih berdosa lagi yah walaupun aku memang seorang pendosa.
kulajukan mobilku dengan kecepatan tinggi seperti biasa. aku ingin pulang, namun aku teringat bahwa aku membeli sesuatu untuk Ayah, jadi kuputar balik arah mobilku kearah jalan rumah Ayah.
***
Pintu terbuka
suara sistem dari pintu apart ku setelah aku menekan sandi nya.
Aku membawa belanjaanku dan menyimpannya di atas meja ruang tamu. Ada tanda tanya di kepalaku, siapa yang datang? Pasalnya aku melihat ada sepatu perempuan saat masuk apart tadi.
tiba- tiba seorang gadis keluar dari kamar tamu dengan pakaian santainya, ia juga menampakkan wajah seolah baru saja bangun tidur.
Tapi kenapa wajahnya nampak tak asing?
mataku membulat saat mengingatnya. Yah, dia gadis yang tadi memergoki aku dan Arkana berpelukan. Tapi siapa dia? Kenapa dia ada di sini.
"kamu?"
"kamu?"
ucap kami bersamaan. Saat itu pula Mas Akhtar keluar dari kamar.
"Kak, ini istri kakak?" Tanya gadis itu pada Mas Akhtar.
"iya," jawabnya singkat pada dan jelas.
"Astaga, kufikir istri kakak berhijab, ternyata bahkan roknya di atas lutut," ujarnya tak menyangka.
"Ara, kenalin ini adik aku. Namanya Zeina," ucap mas Akhtar.
"dan Zein, ini kakak ipar kamu. Namanya Chayra," lanjutnya.
aku memutar bola mata malas, lalu pergi meninggalakan mereka berdua tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"kak, sini duduk sebentar," ucapnya. Yah walaupun ia masih sering mmenggunakan bahasa Korea di tengah tengah kata. Wajar, ia bersekolah dari SD sampai SMA di Korea, dan sekarang ia ingin lanjut kuliah di Indonesia. Jika ditanya, ia kenapa tak datang saat oernikahan kakaknya? Jawabannya, karna saat itu ia sedang ujian kelulusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot Pilihan Ayah
Teen FictionBerawal dari pertanyaan "kenapa Ayah gak pernah menyuruh atau meminta tolong apapun?" akhirnya terjawab sudah, saat suatu hari ia mengatakan permintaan pertama dan terakhirnya adalah Menikahkanku dengan Pilot Pilihannya. Kaget! tidak terima! kesal! ...