"Ra, jangan kesitu ihhh!! haccu!""haccu"
"haccu! Ra!"
Teriak seorang gadis yang hidungnya kini memerah akibat serbuk sari bunga- bunga yang terus menjalar di hidungnya. Lihat, ingusnya bahkan keluar.
Satu gadis lagi yang diteriaki menoleh, "Iss, padahal disini bagus! banyak bunga- bunga," sahutnya.
"Justru karena banyak bunganya, jangan disini! haccu!" Hiks...
"Ehh, astaga! aduh, aduh jangan nangis dongggg, maafin aku ya, ayo kita pergi dari sini," panik gadis yang dipanggil Ara tadi sambil mengusap pipi Zefanya yang mulai basah.
"makanya jangan main disini, idung aku sakit," lirihnya sambil menutup hidung.
mereka berdua pun berjalan beriringan meninggalkan taman yang penuh dengan bunga - bunga tadi. Mata yang tadinya sembab karena tangis kini berubah menjadi bulan sabit karena senyuman yang indah, melihat bohlam kuning paling terang sealam semesta mulai tenggelam pertanda sebentar lagi waktu yang tadinya sore menjadi malam.
Disini, Dua gadis remaja 16 tahun yang tengah menikmati waktu mereka.
"Ra," panggil Zefanya sambil berjalan beriringan menuju pulang.
yang dipanggil menoleh, "ya?"
"Kamu kalau misalnya aja nihh, misalnya yah,.." Chayra mengangguk, "misalnya kamu punya pacar nih ya,"!bukkk!!
belum sempat Zefanya melanjutkan omongannya, Chayra lebih dahulu melayangkan sebuah pukulan mendadak, yang lumayan .. sakit.
"Dih, apa- apaan, jangan ngaco deh, ah," ucapnya.
sang empu hanya tertawa kecil, "kan misalnya, Ra," ucapnya.
"kalau misalnya kamu punya pacar nih, kamu bakal lebih milih pacar kamu atau aku?" Tanyanya.
Diam sebentar, lalu helaan nafas terdengar.
"kamu aneh banget, kenapa nanya begitu? ya pasti aku bakal milih kamu lah," jawabnya.
"serius? kalau aku tiba- tiba ngelakuin suatu kesalahan? yang fatal banget, kamu tetep mau temenan sama aku, tidak?" tanya nya lagi di sela- sela berjalan.
"sefatal apasih?"
"ya, misalnya aja tiba - tiba suatu saat kamu kecewa sama aku gitu."
yang ditanya hanya terdiam, lalu menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Dengerin," ucapnya sambil memegang kedua pundak Zefanya. "manusia itu tempatnya salah, jadi aku tetap bakal maafin kamu kalau kamu salah, Ingat Zefanya, kamu satu- satunya sahabat aku di dunia ini," jelasnya dengan mata yang mengisyaratkan bahwa ia serius dengan ucapannya.
keduanya tersenyum.
"Foto dulu yuk," ajak Chayra.
"ayooo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot Pilihan Ayah
Teen FictionBerawal dari pertanyaan "kenapa Ayah gak pernah menyuruh atau meminta tolong apapun?" akhirnya terjawab sudah, saat suatu hari ia mengatakan permintaan pertama dan terakhirnya adalah Menikahkanku dengan Pilot Pilihannya. Kaget! tidak terima! kesal! ...