"kita bercerai saja."
deg-
akhirnya sampai juga hari dimana Mas Akhtar mengatakan perceraian. Hari ini bertepatan dengan sebulan janji Akhtar untuk membuat Chayra jatuh cinta saat di pesantren waktu itu. Dan nampaknya sudah di temukan jawabannya. Tak ada celah untuknya di hati istrinya itu. bagaimana pun ia tak mau membuat wanita yang dicintainya semakin terbebani.
Diam. Tak ada respon dari Chayra.
Akhtar menyodorkan selembaran kertas.
"apa ini?" tanyanya sambil membuka dan membacanya.
"surat cerai, mungkin itu yang terbaik buat kita, saya tidak mau lagi terbebani oleh kamu, dan kamu juga bebas mendekati siapa saja seperti dulu," ucapnya.
"kamu bisa tanda tangani, setelah itu berikan ke saya," ucap Akhtar dan diangguki oleh Chayra,"oke."
sesak ? tentu.
mengucapkan kata 'cerai' pada wanita yang selama ini dicintainya. Namun sebisa mungkin Akhtar mengontrol emosinya dan sedih hingga tak terlihat apapun dari mimik wajahnya. Ia sudah tak tahan, Cinta dan kecewa yang terus terusan menghantui fikirannya. Ia tak sanggup.
***
saat ini fikiran lelaki itu tak pernah lepas dari Chayra, Chayra dan Chayra. apa akhirnya? ia bercerai. Tak ada istimewa dari hubungannya selama ini, tak ada berubah, semuanya akan kembali seperti semula.
tok tok tok...
seseorang mengetuk pintu ruangan nya, "ya, silahkan masuk," ujarnya.
"permisi pak, saya mau ambil data penerbangan minggu kemarin," ucap wanita itu-Asya.
"sebentar."Akhtar membuka laci mencari apa yang dimaksud Asya, namun tatapannya tertuju pada sebuah earphone dan ponsel yang ada disana, namun secepat mungkin ia memberikan apa yang diminta Asya terlebih dahulu dan menunggu Asya keluar.
ia memegang earphone dan ponsel yang ada di laci itu, benar saja, sudah lama ia tak mendengar apa yang terjadi Pada Chayra. sudah agak lama ia tak mendengar apa dilakukan Chayra.
Ia memakai earphone itu namun
ceklek...
seseorang masuk dengan cepat Akhtar memasukkan ponsel dan earphone tadi ke tempat semula.
"Kak!" panggil seseorang. siapa lagi kalo bukan..
"Zein? kenapa?" Tanyanya, pasalnya tumben sekali Zein datang ke tempatnya bekerja. Ia datang mungkin bisa dihitung jari, alias sangat jarang.
"Tidak apa- apa, bosan saja dirumah," ucapnya.
Akhtar ber- oh ria lalu melanjutkan pekerjaannya.
Zein terdiam sejenak, dan tiba tiba saja pertanyaan muncul dibenaknya, "ngomong- ngomong kak, kakak ada masalah sama Kak Chayra?" tanyanya membuat Akhtar kembali menatapnya.
"kenapa kamu tanya begitu?"
"kalian benar- benar bertengkar?"
sudah hampir cerai Zein.
"sudahlah, kamu fokus saja ke kuliahmu,"ucapnya.
Zein memutar bola mata malas,"tapi kak, kayaknya Kak Chayra udah mulai cinta sama kak-"
"sok tau kamu, jangan ganggu kakak," potong Akhtar.
"aku mahasiswa psikologi loh kak."
Deg-
benar! bagaimana ia lupa kalau Adiknya ini jurusan psikologi.
"kamu tau apa saja?" tanya Akhtar mulai penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot Pilihan Ayah
Teen FictionBerawal dari pertanyaan "kenapa Ayah gak pernah menyuruh atau meminta tolong apapun?" akhirnya terjawab sudah, saat suatu hari ia mengatakan permintaan pertama dan terakhirnya adalah Menikahkanku dengan Pilot Pilihannya. Kaget! tidak terima! kesal! ...