"Gimana Zein? kakakmu ada di Bandara?" Tanya Chayra saat melihat Zein baru saja tiba."Ada kak, aku denger dari temennya kak Akhtar, dia ada penerbangan ke LA," ucapnya.
"udah berangkat?" tanya nya lagi.
"iya, kurang lebih tiga jam lalu."
Chayra ber- oh ria, setidaknya ia merasa sedikit lega sebab Akhtar pergi bukan karna ia marah padanya, melainkan memang ada penerbangan.
ia menekan remote tv untuk menontin sesuatu, ia sudah cukup bosan, ia ingin menjernihkan pikirannya sedikit.
-Berita Hari ini, tanggal 09 januari-
trending..
"pesawat pembawa 21 aktor menuju Los Angeles jatuh"
"kronologi kejadian jatuhnya pesawat yang menewas seluruh penumpang"
"Aktor dan Beberapa idol meninggal saat jatuhnya pesawat menuju Los Angeles"
"pilot beserta seluruh kru dan penumpang tewas"
"waktu jatuhnya pesawat ×××"
"pesawat dengan tujuan Los Angeles jatuh menghantam 5 gedung"
"masih belum diketahui penyebab jatuhnya pesawat ×××"
"Idol yang akan konser di Los Angeles Meninggal dunia"
Deg-
sekujur tubuh Chayra seketika melemas, nafasnya mulai memburuh, jantungnya berdetak lebih kencang.
"Ze-Zein!!!!" teriaknya.
Air matanya seketika mengalir, Zein yang terkejut karna panggilannya pun menuju sumber suara. "kenapa kak?" tanya Zein.
Tangannya bergetar sembari menunjuk ke arah tv, "i -itu bu-bukan kakak mu kan?"
Zein menatap apa yang baru saja ditunjuk Chayra, matanya membulat, lututnya juga ikut melemas.
"k-kak.." lirihnya.
"T-Tidak..." lirihnya, air matanya menetes lebih deras lagi, "itu pasti bukan mas Akhtar, k-kamu boong kan Zein?" lirihnya.
Zeina menggeleng lemah, air matanya juga terjun membasahi pipi.
"k-kamu salah dengar kan? kakakmu bukan ke LA kan? aih kamu pasti salah dengar itu," ucapnya sembari tersenyum namun air matanya masih terus terusan mengalir.
Zein terus terusan menggeleng.
sesak di dada kian bertambah, air matanya tak henti hentinya membasahi pipi, apa yang harus ia lakukan sekarang? fikirannya bener benar buntu, bahkan untuk bernafas pun sulit sekali rasanya.
Ia berdiri menepis kuat air matanya berinisiatif untuk pergi menemui Akhtar di bandara, ia yakin yang kecelakaan bukan Akhtar.
"K-kak, mau kemana?" tanya Zein menarik lengan Chayra.
Chayra berbalik, "aku mau ke bandara, kamu disini saja yah, aku mau nemuin kakak mu," ucapnya lalu pergi meninggalkan Zein yang kini terpaku sembari terus terusan menangis.
entahlah, kenapa rasanya se sakit ini?
ia menepuk nepuk dadanya sembari menyetir untuk menghilangkan sedikit rasa sesaknya.
"Tidak, itu bukan Mas Akhtar," gumamnya. Air matanya yang terus terusan mengalir ia tepis dengan kasar.
namun nihil. Air matanya terus mengalir seolah mengetahui kondisi hati nya saat ini, otak nya sangat yakin bahwa itu bukan Akhtar namun hatinya....
ah kenapa sesesak ini? bahkan tak ada celah untuk memberi tahu hati bahwa itu pasti bukan Akhtar.
ia menatap kedepan dimana orang- orang berlarian kesana- kemari, dengan wajah sedih , cemas, dan wajah yang sangat sulit diartikan. kejadian ini memakan banyak sekali korban, lihatlah semua media memenuhi depan bandara untuk meliput kejadian ini, keluarga orang yang ditinggalkan, bahkan para fans penumpang juga ikut memenuhi.
lihat, bukan hanya dirinya yang sedih saat ini.
tapi bukan kah tak adil jika Akhtar pergi tanpa ia meminta maaf kepada lelaki itu? Sungguh ia sangat menyesal.
dan lagi...
Chayra ingin mengatakan...
kalau ia mencin-
"Mas.." lirihnya, seluruh tubuhnya bergetar.
ia menepis air matanya lagi, "kak, saya mau bertanya sebent-"
"maaf kak, saya sedang sibuk sekarang,"
ia menghentikan orang yang berbaju pilot lagi, "maaf pak, saya mau ber-"
"maaf bu, kondisi tidak memungkinkan, saya duluan."
tidak.
ia tidak boleh menyerah.
ah! air mata sialan ini terus terusan menetes.
ia menerobos masuk saat scurity kualahan menghentikan media. ia melihat seluruh pilot, staf, pramugari dan lainnya berjalan kesana kemari.
"pak, maaf saya mau ber-"
"maaf bu, saya sibuk."
orang itu pergi lagi tanpa menunggu pertanyaanya selesai.
kenapa orang orang ini sangat jahat?
ia menghentikan seseorang yang tengah menelpon,"maaf kak, saya mau bicara sebentar, saya mohon, sebentar saja," ucapnya sembari menggenggam tangan wanita tadi.
dan sialnya wanita itu menepis tangannya.
Air matanya tak bisa ia tahan lagi, lututnya benar- benar tak sanggup lagi menahan tubuhnya, ia tersungkur kelantai dan terus menangis. menangis sejadi jadinya. Sial! kenapa ini begitu menyakitkan? kenapa lelaki itu pergi tanpa pamit? kenapa pergi disaat ia melakukan kesalahan fatal? kenapa ia pergi sebelum dirinya minta maaf? kenapa? kenapa? kenapa dirinya pergi sebelum istrinya ini menyatakan ....... perasaannya?
"m-mas.." lirihnya, air matanya terus mengalir, bahkan ia sesegukan saat ini, membuka mulutnya pun ia tak sanggup.
sesak..
sakit..
kenapa sesakit ini?
air matanya tak bisa ia kontrol, dadanya sangatlah terasa sesak, ia kini terduduk sendirian di depan sebuah ruangan. menangis disana hingga tak sadar bahwa itu adalah ruangan seorang Akhtar Jackson.
"Chayra..."
to be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilot Pilihan Ayah
Roman pour AdolescentsBerawal dari pertanyaan "kenapa Ayah gak pernah menyuruh atau meminta tolong apapun?" akhirnya terjawab sudah, saat suatu hari ia mengatakan permintaan pertama dan terakhirnya adalah Menikahkanku dengan Pilot Pilihannya. Kaget! tidak terima! kesal! ...