Terbangun

1.9K 108 16
                                    


Angin kencang berhembus membuat suasana sore ini terasa sangat sunyi.
matanya tertuju pada sebuah batu nisan yang bertuliskan nama seseorang yang selama ini sabar menghadapinya, nama seseorang yang selalu menjadikannya pertama, nama seseorang yang benar- benar tulus mencintainya.

Akhtar jackson.

tes-

setetes air mata kembali membasahi pipi yang baru saja ia keringkan. Rasa penyesalan terus menghatuinya.

"mas..." lirihnya

sesak di dadanya kian bertambah, seluruh tubuhnya terasa tak ber energi lagi.

"jangan tinggalin aku mas!" ucapnya dengan nada tinggi di kata terakhir.

"bukannya mas cinta sama aku? kenapa mas tinggalin aku? hiks," ucapnya dengan suara kian mengecil.

"mas..."

"mas.."

"mas..!!!!!!!!"

deg-

jantungnya berdetak lebih kencang, dahinya kini dilumuri keringat dingin, nafasnya memburuh.

ia menatap sekeliling, ia kini tertidur di sebuah ranjang yang di kelilingi dinding berwarna putih.

'mimpi?'

'ini cuma mimpi?'

Ah! untunglah ini hanyalah mimpi buruk yang menganggu tidurku

'tapi kenapa aku disini?'

'dimana mas Akhtar?'

ia menatap sekeliling, sunyi.

lalu pintu yang awalnya tertutup tiba tiba terbuka dan menampilkan seseorang dengan membawa sebuah nampan berisi makanan.

"bagaimana keadaan kakak?" tanya Zein. lalu terduduk di kursi tepat dekat ranjangnya.

"aku baik baik aja, tapi dimana kakakmu? dimana mas Akhtar?" tanyanya.

"entahlah, aku menelponnya berkali- kali tapi kak Akhtar tidak angkat, aku menelpon kak Asya juga tapi dia bilang tidak pernah liat Kak Akhtar hari ini,"jelasnya sembari mengaduk bubur dan memberikannya pada Chayra.

"emang kenapa kak? tumben sekali kakak cari Kak Akhtar," tanyanya.

Chayra memasukkan bubur ke dalam mulutnya lalu mengingat kejadian tadi. Orang yang ia cintai berhubungan spesial dengan sahabat nya sendiri?

ia tersenyum smirk, bodohnya selama ini mengira kalau Arkana juga mencintainya sejauh ia mencintai lelaki itu.

ia menggeleng,"gpp," ucapnya lalu makan. Sedangkan Zein hanya ber- oh ria padahal ia tahu kalau mereka sedang tidak baik baik saja.

Tapi fikirannya terus saja memikirkan dimana Akhtar saat ini? sungguh, ia ingin sekali melihat wajah lelaki itu.

"ngomong-ngomong Zein." Zein menoleh, kegiatannya mengupas kulit apel terhenti.

"sejak kapan kamu kenal dengan Asya? kamu juga kelihatan dekat sekali dengan dia," tanya nya lalu makan sesuap bubur lagi.

"ohh kak Asya? kapan yah? aku lupa tapi aku sudah kenal lama sama dia, dan yang kenalin aku sama kak Asya bukan kak Akhtar yah," Chayra terkejut.

bukan?

terus?

"oh iya aku ingat! aku kenal dia pas SMP, dia suka banget bantuin aku kerja tugas, karena aku dulu gak punya banyak teman disini, ehh lama lama aku tau kalo kak Asya juga masuk jurusan sama di kampus yang sama dengan Kak Akhtar," jelasnya.

Pilot Pilihan AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang