Takdir

2.1K 115 15
                                    


Hari semakin gelap, Akhtar tak henti hentinya menggumamkan nama Chayra, Chayra, dan Chayra..

Dimana wanitanya?

Ia berlari kesana kemari menanyai orang - orang yang kebetulan berlalu lalang dengan payung ditangannya.  Raut wajahnya sudah tak bisa ia tahan lagi, ia benar- benar cemas.

"lihat orang ini?"

"tidak"

"lihat orang ini?" dilewati begitu saja.

"lihat orang ini?" dibalas gelengan.

"lihat orang ini?" orang itu menujuk ke sebuah jalan diseberang sana lalu pergi saat Akhtar menoleh.

"lihat orang ini?" geleng lagi.

cerai?

hah! kata macam apa yg ia ucapkan tadi pagi itu?

Sungguh, Menyesal adalah kata yang paling mendefinisikan Akhtar sekarang ini.

ia mengusap wajahnya kasar, berusaha sabar dan tetap tenang walau nyatanya sulit sekali rasanya.

Bagimana tidak? wanita yang dicintainya, sedang dalam bahaya?

"Bapak ada liat Orang ini?" tanyanya sekali lagi.

Bapak itu diam sejenak lalu melototkan matanya, "saya liat tadi jalan kayak orang banyak fikiran ke sana," ucapnya sambil menujuk jalan. Akhtar mengangguk lalu mengucapkan terima kasih. Tanpa buang waktu, ia berlari kesana dengan payung yg sepertinya sudah tak berguna lagi. Tubuhnya basah kuyup, ia bahkan tak menyadari hal itu.

***


Suara petir baru saja menggelegar yang disertai kilatan langit sebelumnya, Tubuhnya seketika melemas, bayang bayang yang tak jelas kini mengelilingi pikirannya.

ia berjongkok, bahkan saat ini ia tak sadar ada dimana sekarang. Tempat yang sepi, tempat yg seperti lorong yang hanya ada barang buangan di sekitar dan ada beberapa kucing liar disana.

"Ayah..."

Air matanya menetes, tubuhnya bergetar hebat, disertai keringat dingin yang kini membasahi pelipisnya.

"Mas...."

Tubuhnya semakin memucat, langit yang semakin menggelap serta petir yang tak henti hentinya menyambar terus terusan menghantuinya. Ia menutup telinga dengan kedua tangannya dengan keras, walau tak ada sama sekali perubahan.

"Ayah....!!!" suara nya semakin kencang, namun tak ada tanda tanda orang disana. bahkan kucing tadi pergi entah kemana.

"Hiks! Ayahhhh!!!" teriaknya sekali lagi. namun nihil, tak ada orang lagi.

rasa pusing mulai menguasai nya, tubuhnya mulai basah kuyup dan semakin pucat.

"mas..." lirihnya semakin kecil.

Ia akan pingsan kalau saja orang ini tidak datang dan memeluknya.

"mas..." lirihnya sekali lagi.

Dan pingsan.

***

pemandang dinding - dinding putih memenuhi indra penglihatan, Bau bau obat memenuhi indera penciuman dan hangatnya sebuah genggaman kini kian membuat nyaman pemiliknya.

Chayra  menoleh, melihat siapa yang kini berada disampingnya. Dan benar, Dia....

Mas Akhtar.

Hangatnya tangan Akhtar turut menghangatkan hati sang pemilik, hingga tanpa sadar. Ia tersenyum.

Ia menggunakan satu tangan lainnya untuk mengusap rambut milik lelaki nya itu.

Pilot Pilihan AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang