"Maira gak ke sekolah nak?" Tanya Ratih.
"Maira dikasih libur beberapa hari Ma, karena kemarin baru selesai pertandingan."
"Keadaan kamu baik-baik aja kan? Atau ada yang sakit?"
Maira terkekeh kecil melihat betapa khawatirnya ibu mertua nya ini. Masih tidak menyangka bahwa kedua mertuanya ramah dan juga baik.
Memang ketika Devian dan juga mertuanya sedang berkumpul sekedar untuk makan malam. Pastinya, Maira merasakan adanya rasa canggung didalamnya. Padahal mereka adalah keluarga. Namun Maira tetap diam, mungkin ini berkaitan dengan cerita Devian selama ini.
"Maira baik kok Ma, cuma aku jadi gak enak sama Mama. Kan niatnya kita mau masak bareng." Ucap Maira sedih.
"Gak papa, Mama juga maklum sama Devian. Kamu juga baru sembuh kan. Devian itu orangnya posesif ya?"
"Eum, ya gitu deh Ma."
Ratih terkekeh miris. Merasa cemburu ketika Devian begitu baik dan perhatian selain terhadap dirinya. Tetapi apa boleh buat, anaknya seperti ini memang karena orang tuanya sendiri.
"Jangan tinggalin Devian dalam keadaan apapun ya nak. Mama mohon, cuma kamu harapan kami satu-satunya." Ratih mengelus sayang kepala Maira yang tertutup kerudungnya.
"Pasti kok Ma, tanpa Mama minta pun itu udah menjadi tanggung jawab aku sebagai istrinya juga."
Maira kembali ke kamarnya setelah perbincangan hangat di dapur tadi. Tiba-tiba ia merasa pusing dan gemetar di bagian tangannya.
Entah kenapa Maira mendadak sakit seperti ini, padahal kemarin ia sudah baik-baik saja. Segera ia mengambil obat pereda pusing di laci dengan hati-hati. Takut membangunkan suaminya yang masih tertidur.
Kebiasaan Devian jika libur memang selalu begini. Tidak usah khawatir akan sekolah nya. Dengan uang maka semuanya sudah terkendali.
Maira membaringkan sejenak tubuhnya di sofa. Memejamkan matanya lalu memijat pelan pelipisnya.
"Masa iya gue drop lagi." Gumam Maira pelan.
Maira memutuskan untuk tidur sebentar karena rasanya semakin pusing saja kepalanya. Bahkan ia hari ini belum melakukan kegiatan, hanya sekedar rutinitas pagi seperti biasa itupun cuma mandi dan lainnya.
Baru beberapa menit memejamkan mata, Maira sudah terbangun. Maira tidak bisa tertidur di pagi hari seperti ini. Rasa pusing terus menderanya. Akhirnya Maira memutuskan untuk membangunkan Devian guna sarapan.
Diguncang nya pelan lengan suaminya itu, Sambil Maira memegangi kepalanya dengan sebelah tangannya. "Dev, bangun yuk, sarapan."
"Pakai bajunya dulu. Aku duluan ke bawahnya." Sebelum beranjak, Maira menyempatkan mengusap pelan rambut tebal suaminya.
"Devian belum bangun Mai?" Tanya Ratih ketika Maira sampai di dapur untuk membantu menyiapkan sarapan di meja makan.
"Tadi udah aku bangunin kok Ma, nanti kalau udah siap sarapannya aku bangunin lagi."
Pagi ini tidak banyak yang Ratih masak. Hanya beberapa makanan kesukaan Devian juga Bram.
Ratih memanggil Bram untuk sarapan, begitu juga Maira. Kalau belum dipaksa mungkin Devian belum terbangun juga.
"Devian kamu gak denger omongan aku ya!" Maira semakin geram kala Devian masih belum membuka matanya.
"Devian ih bangun!! Sarapan woii!!"
"Masih ngantuk sayang." Jawab Devian.
Maira menyerah, nanti setelah ia selesai sarapan. Maira akan membawakannya untuk sang paduka raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband : Devian
Teen Fiction[FOLLOW DULU SUPAYA LEGOWO!] ~Married Iife Mari kita mulai semuanya. Devian Addison dan Trinitarios tidak dapat dipisahkan. Kemanapun Devian pergi, ia senantiasa membawa gelar 'Ketua Trinitarios'. Devian tak segan-segan untuk menghabisi seseorang ya...