34. Sebuah kejutan

301 19 0
                                    

Di pagi yang cerah ini. Maira melakukan rutinitas nya seperti biasa sebelum berangkat sekolah. Membawa bekal makanan dengan menu sandwich andalannya.

Tak berselang lama Devian turun menuju meja makan, tidak lupa ia menaruh terlebih dahulu tas nya dan istrinya di mobil sebelum sarapan.

"Dev aku mau di suapin." Pinta Maira tiba-tiba.

"Nih aaa.." Devian menyodorkan sesendok nasi goreng.

"Sama sosisnya Dev."

"Tambah telur."

"Bentar mau minum teh dulu."

"Nambah nasinya."

"Sosisnya kurang."

"Mau pake timun juga." Pinta Maira senang.

"Iya sayang, jangan banyak-banyak yah takut begah nanti pas disekolah." Maira mengangguk lucu, mulutnya masih penuh dengan nasi goreng yang masih dikunyah.

Setelah selesai sarapan, mereka berdua langsung berangkat sekolah karena waktunya sudah mepet sekali.

"Dev aku mau makan bakso."

Devian mengernyit namun tetap menggandeng Maira menuju kantin dan memesan bakso.

"Udah waktunya masuk kelas, kamu gak takut nanti dimarahin guru?"

"Nggak papa, sekali-kali bolos Dev. Aku mau tau rasanya bolos hehe."

Devian tersenyum lembut, ia mengamati wajah Maira ketika sedang makan. Mulutnya yang penuh dengan pipi menggembung karena bulatnya bakso, semakin menambah cantik Maira dimata Devian.

Dan pada akhirnya mereka berdua harus terkena hukuman dari guru BK saat sedang berpatroli di lingkungan sekolah.

Menyapu halaman belakang bukanlah suatu hal yang buruk.

Diiringi canda dan tawa yang membuat mereka bahagia. Menguarkan aroma ketenangan jiwa bagi mereka berdua. Ditambah rindangnya pohon yang menjulang tinggi membuat sejuk lingkungan sekitar sini.

Walaupun daun-daun kering sering terjatuh dan membuat pekerjaan tambah, Maira dan Devian tetap menikmati semuanya.

Maira mendesah lega, lalu duduk berselonjor. Ia mengambil botol minum didalam tasnya juga Devian. Kemudian mengangsurkan air mineral pada suaminya.

"Aku mau ke toilet sebentar ya."

Baru satu menit Devian pergi, handphone Maira berbunyi. Ia lantas membukanya dan mengernyit bingung kala melihat nomor asing mengiriminya pesan.

Unknow number : Hallo sayang.
Unknow number : Tunggu aku, sebentar lagi aku akan pastikan kamu berada di tanganku.

"Gila."

"Kenapa sayang?" Tanya Devian yang baru saja tiba.

"Euh itu anu..."

Maira dengan gugup menyerahkan handphonenya pada Devian. Ia ketar-ketir sendiri melihat reaksi Devian yang hanya diam namun Maira melihat ada gurat kemarahan didalam diri suaminya.

"Sialan!" Desis Devian.

Maira mengusap tangan Devian yang mengepal. "Aku juga gak tau siapa yang ngirim itu dan kenapa dia bisa dapet nomor aku."

"Pokoknya sekarang kamu harus selalu disamping aku. Kemana pun kamu, aku harus ikut. Entah itu ke toilet atau keluar sekolah sekalipun. Mengerti kan sayang?" Maira mengangguk pasrah.

-•-•-•-•-•-

Maira menoleh ketika Devian sudah berpakaian rapi dan wangi. Padahal hari ini mereka tidak ada acara untuk keluar. Suaminya itu pun juga tidak memberitahukan bahwa ia akan pergi siang ini untuk sekedar main dengan anak Trinitarios.

My Husband : DevianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang