38. Acknowledgment

337 21 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Ujian untuk kelas XII sudah rampung dilaksanakan. Tinggal menunggu hasil akhir lalu wisuda.

Para murid kelas XII mengucap syukur karena bisa melewati masa-masa sulit mereka.

Sudah seminggu berlalu, namun Devian masih tidak menjelaskan secara rinci tentang perkataan nya waktu itu. Ia menjalani kehidupan nya seperti biasa seakan-akan tidak terjadi hal yang menggemparkan bagi Trinitarios.

Hanya Trinitarios saja yang mengetahui keluarnya Ketua Trinitarios itu. Bahkan Maira pun belum mengetahui mengenai hal tersebut.

"Dev, handphone kamu bunyi tadi." Maira menyerahkan handphone milik suaminya yang sedari tadi berdering nyaring.

Devian tersenyum lembut, tangannya terangkat mengusap rambut Maira. "Makasii sayang."

Setelah memastikan Maira kembali ke dapur, Devian mengangkat telepon tersebut.

"Dev, mau sampe kapan lo bungkam kaya gini?"

"Nanti malem kumpulin semua anak-anak."

"Pikir semuanya lagi. Jangan bertindak gegabah kaya gini Dev!"

"Lakuin aja apa yang gue mau." Ucap Devian penuh penekanan. Lalu memutuskan teleponnya sepihak.

Cowok itu kemudian melenggang begitu saja menuju kamar mandi. Tubuhnya butuh air yang mengalir untuk menenangkan pikirannya.

Saat sudah selesai mandi, ia melihat istrinya tengah melihatnya sambil duduk di pinggiran ranjang.

"Aku hot banget ya kalo abis mandi?" Godanya.

"Kenapa kamu buat tato di bagian situ?" Maira mengusap tato suaminya yang terletak di pinggang kiri bagian bawah.

"Iseng aja."

"Lucu banget, bentuk rubah." Maira masih senantiasa mengusap lembut tato tersebut sehingga Devian yang hanya memakai celana bokser saja merasa merinding akan sentuhan istrinya.

"Oh iya, kita sarapan yuk." Maira seakan teringat apa yang membuatnya memanggil Devian dikamar mereka berdua.

Terlalu lama mengagumi keindahan didepannya sampai membuat Maira lupa akan tujuannya kemari. Dengan semangat ia menarik pelan tangan suaminya setelah memakai pakaian menuju ruang makan.

"Aku jadinya gak akan kuliah Dev." Perkataan Maira membuat Devian menatap istrinya yang juga menatapnya dengan senyuman kecilnya.

"Kalo itu mau kamu aku gak akan maksa. Kamu juga bisa belajar pelan-pelan dirumah."

Usai sarapan, mereka berdua duduk santai sembari menonton film di televisi ruang keluarga. Tak lengkap jika menonton tanpa camilan, maka Maira sudah punya stok camilan ringan untuk menemani disaat seperti ini.

"Nanti malem kita ke basecamp ya, temenin aku."

Maira yang masih fokus pada film hanya mengangguk saja. Selanjutnya keheningan melanda. Sampai akhirnya hari sudah siang, mereka berdua memutuskan untuk tidur siang.

Tidur siang yang jarang dilakukan mereka berdua.

-•-•-•-•-•-

Basecamp, pukul 19:45 WIB

"Aku tunggu di mobil aja ya, kayaknya kamu mau bicarain hal serius sama mereka, iya kan?"

Tanpa persetujuan dari Devian, Maira berlalu menuju mobil kembali. Suasana didalam basecamp sangatlah mengintimidasi. Maira merasa ini sangatlah penting, lebih penting daripada penyerangan ataupun sejenisnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Husband : DevianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang