26. Akibat

272 17 0
                                    

Devian sampai rumah pukul setengah sepuluh malam. Ia sudah mengabari Maira lewat pesan bahwa ia ada urusan sore tadi.

Maira terbangun dari tidurnya sudah tidak melihat keberadaan Devian. Lalu ia menanyakan kepada Ratih dan Bram yang kebetulan sedang menonton televisi. Mereka juga tidak tahu kemana anak itu.

Sore harinya baru Devian mengabari Maira jika suaminya itu sedang bersama Trinitarios.

Aneh, itu yang ada di pikiran Maira. Biasanya Devian akan menjelaskan kenapa dan kemana suaminya itu pergi. Dan juga ini memakan waktu yang lama.

Segera Maira berpikir positif, ia juga tidak akan mengganggu waktu kebersamaan mereka. Tidak tahukah Maira bahwa Devian sedang berkelahi pada saat itu.

Sebelum tidur bersama Maira, Devian lebih dulu membersihkan badannya yang terasa lengket. Ia melihat istrinya itu tertidur dengan keadaan meringkuk di atas kasur.

Maira menggeliat tak nyaman. "Tsutt bobo lagi sayang..." Devian membawa Maira kedalam dekapannya lantas mengusap pelan rambut Maira.

"Maaf udah bikin kamu nunggu lama." Gumam Devian.

Alih-alih tertidur, Maira justru terbangun dari tidurnya. Membuka matanya perlahan, setelah melihat itu suaminya ia melepaskan paksa tangan Devian dari pinggangnya lantas memunggungi suaminya itu.

Devian sudah menduga bahwa ini bakal terjadi. Dan ia siap menanggung resiko dari semua kelakuannya. Tetapi, Devian tetap memeluk Maira dari belakang.

Maira menahan tangisnya. Ditinggal suaminya sendiri dirumah yang sebesar ini. Ratih dan Bram kembali ke luar negeri sejam sesudah Devian mengabari Maira.

Memang Maira membiarkan Devian dengan sahabatnya. Namun terkadang ia merasa kesepian. Sejak bersama Devian, hidupnya lebih bermakna. Suaminya juga tidak hanya mementingkan kepentingan pribadinya tetapi kepentingan Trinitarios juga. Maira kira Devian akan pulang lebih cepat, nyatanya diluar dugaan Maira sendiri.

Maira ingin Devian terus bersamanya. Dan inilah Maira dengan segala ke-egoisanya.

Devian mengecup rambut Maira. "Bobo lagi ya sayang." Devian tahu, istrinya ini marah kepadanya. Dan Devian hanya pasrah jika nanti istrinya ini akan memarahi nya.

Akan Devian pastikan jika Maira tidak tahu tentang pembalasan tadi.

-•-•-•-•-•-

Hari ini, hari terakhir libur untuk Maira. Sekarang, perempuan itu sedang duduk manis sambil menonton kartun kesukaan nya.

Devian duduk di sebelah istrinya yang masih fokus pada kartun nya. Padahal ada orang ganteng di sebelah nya masa disia-siakan sih?

"Istirahat yuk sayang, muka kamu pucet banget." Devian memegang kening Maira.

"Aku gak papa." Jawab Maira sambil menepis pelan tangan suaminya.

Maira tidak marah pada Devian. Akan tetapi ia hanya membatasi dirinya agar tidak berharap lebih. Ekspetasinya terlalu tinggi dan Maira hanya takut tidak sesuai apa yang dia harapkan.

Rasa sakitnya timbul karena ekspetasinya sendiri.

"Kamu masih marah?"

Maira menengok sekilas ke Devian. Lalu menggeleng pelan. "Aku gak marah." Ucapnya pelan.

"Maaf karena semalem pulang larut."

"Iya gak papa."

Sebenarnya dipikiran Maira masih bertanya-tanya, kenapa suaminya pulang-pulang malah babak belur dan tidak menjelaskan kepadanya.

My Husband : DevianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang