16. Selamat datang

344 20 0
                                    

Suara teriakan Maira memenuhi gendang telinga Devian yang sedang bersantai menonton kartun dua bocah kembar yang botak.

"Deviann kamu apain kucing akuu!!!" Teriak Maira menggelegar membuat Devian mengelus dadanya.

"Ada apasih sayang. Jangan teriak!!"

"Itu kamu juga teriak!!"

"Haduh sabar sabar."

"Kenapa kamu ngelus dada kaya gitu. Mau marah Iya!?"

Devian terlonjak kaget mendengar suara syahdu nan menawan dari istri tercintanya.

"Astagfirullah kamu itu lho. Aku gak marah sayang."

"Kamu apain kucing aku!?" Maira berkecak pinggang.

"Gak di apa apain kok."

"Bohong banget kamu! Ngaku gak?" Tunjuk Maira ke arah Devian dengan melotot tajam.

"Santai yang nanti matanya copot ngeri loh."

"Devv-" Teriakan Maira terhenti kala melihat dua orang paruh baya sedang melihat mereka berdebat.

Aduh siapa nih? Jangan jangan mertua lagi!!

"Assalamualaikum?"

"Walaikum salam." Jawab Maira kikuk. Devian sendiri paling menjawab dalam hati.

Seorang wanita langsung memeluk Devian. "Devian Mama kangen nak." Wanita itu melepaskan pelukannya saat tidak ada balasan lalu perhatiannya kini teralih melihat Maira.

Wanita tersebut menghampiri Maira. "Kamu menantu Mama? Ya ampun cantik sekali."

"Iya Ma."

Mama memeluk Maira erat, Maira melihat Devian terlebih dahulu barulah ia membalas pelukan mertuanya.

Pandangan Maira kini beralih pada pria paruh baya yang sejak tadi hanya menjadi penonton.

Mama melepaskan pelukannya, "Oh Iya ini Papanya Devian, sekarang Papa kamu juga."

Maira menyalimi tangan Papa dengan sopan. Papa membalasnya seraya tersenyum. "Ternyata ini mantu Papa."

"Iya Pa."

-•-•-•-•-•-

Maira menghela nafas panjang. "Mama sama Papa kok gak ngabarin kalau mau pulang?"

"Emang mereka gitu."

Devian dan Maira kini berada di dalam kamarnya. Setelah selesai makan malam mereka berbincang panjang lebar mengenai berbagai hal. Mama dan Papa juga minta maaf karena tidak bisa hadir di acara pernikahan anaknya.  Walaupun hanya video call namun bagi Devian mereka tidak peduli padanya.

"Rasanya gimana gitu ya." Devian memperhatikan wajah Maira yang sedikit berbeda. "Gimana emangnya?"

Maira memainkan jarinya. "Ya agak canggung gitu. Malu tau, apalagi baru pertama ketemu."

"Ya ampun sayang. Masa gitu aja malu sih."

"Yakan aku punya malu, gimana sih!"

"Kamu gak nyambung banget." Devian menggelengkan kepalanya heran.

"Mama sama Papa pulang paling enggak ya satu tahun sekali. Semua sudah disediain Papa, tinggal minta pasti diturutin walaupun itu buruk sekalipun. Maksudnya ya nggak buruk banget tapi ya bagi aku itu buruk." Maira mengusap pundak Devian, memberikan semangat lewat usapan. "Pas nikahin kamu waktu itu, aku bilang ke Mama Papa H-1 jadi semua rencana aku lakukan sendiri."

My Husband : DevianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang