37. He's coming back

234 13 0
                                    

"Sial! Sial! Sial! Gimana mereka bisa enak-enakan setelah gue udah bikin onar!?"

"Mereka seakan-akan nantangin gue, liat aja nanti, mereka pikir gue bodoh gitu? Heh!" Maki Rescha dengan rasa yang amat dongkol.

Rescha menyeringai lebar. Otaknya sudah menyusun rencana baru yang akan ia gunakan untuk membuat Devian kalah. Karena hanya seorang Rescha yang tidak tertandingi, bukan Devian.

"Gak usah nyusun rencana baru kalo yang kemarin aja gagal terus." Ujar Bayu.

Dengan emosi, Rescha menarik kerah Bayu. "Lo tau apa tentang gue? Tau apa yang bakalan terjadi besok ha? Gak usah banyak gaya, lo disini cuma bawahan!"

Setelah mendorong Bayu hingga tersungkur, Rescha pergi begitu saja.

"Jangan terlalu keras sama Rescha, dia belum dapet hidayah aja, makanya sifatnya ngalahin setan." Ujar Rio.

Bayu mendengus. "Si paling suci."

-•-•-•-•-•-

"Sayang, aku keluar sebentar yah. Kamu jangan kemana-mana oke?"

Maira meletakkan buku novelnya di atas meja, lalu melihat Devian yang sudah rapi dengan celana jeans hitam dan jaket kebanggaannya.

"Mau kemana siang-siang begini? Tumben, biasanya kamu gak pernah keluar siang hari."

Devian tersenyum lembut, ia mencium kening, pipi lalu yang terakhir bibir istrinya yang selalu candu baginya. "Aku ada urusan dikit sama anak-anak."

"Oohh okey! Hati-hati yaa."

Cowok itu mengangguk, bergegas menuju tempat tujuannya saat ini. Namun, perjalanannya kali ini tidak selancar sebelumnya. Entah dari mana Rescha datang begitu saja dan menghadang Devian.

"Minggir."

"Gimana kalo kita duel disini?"

Cowok dengan jaket berlogo kepala tengkorak manusia berwarna merah itu menggertakkan giginya melihat lawannya hanya diam tanpa menanggapi.

"Gue cuma nanggepin orang penting. Dan lo sama sekali gak penting, jadi jangan halangin jalan gue!" Desis Devian.

Rescha mendengus, tanpa basa-basi ia langsung menendang helm Devian saat akan digunakan.

"Lo selalu cari lawan yang salah."

Terjadilah perkelahian antara mereka berdua. Sama-sama melampiaskan rasa amarah masing-masing yang sudah membumbung tinggi.

Namun, Devian tetaplah Devian yang tidak segan-segan melumpuhkan lawan dengan begitu kejam. Tiada ampun baginya.

Dan, Rescha tetaplah Rescha yang yang sangat ingin memancing amarah Devian. Walaupun berkali-kali ia kalah.

Keduanya masih mempertahankan diri masing-masing. Hingga seorang satpam menghentikan keduanya, membuat dua orang cowok itu langsung pergi.

Devian memasuki rumah, tak lupa ia mencuci tangan dan melepaskan jaketnya. Ia langsung menemui istrinya yang sedang berada dikamar.

"Loh, gak jadi ketemu anak-anak?" Devian memeluk Maira, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher istrinya. Nafasnya masih memburu, setelah mengirup aroma tubuh Maira, nafasnya mulai teratur kembali.

Apapun yang ada didalam diri Maira selalu bisa menenangkan seorang Devian.

"Aku khawatir kamu dirumah sendiri, makanya ketemuan nya ditunda dulu."

My Husband : DevianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang