Maira kembali memfokuskan pada sekolahnya setelah beberapa kejadian yang membuatnya hilang semangat.
Hari ini, ia merasa senang saat sahabatnya memberikan support kepadanya. Maira memang harus lebih ceria ketimbang hari sebelumnya, jika ia sedih maka suaminya akan ikut sedih dan Maira tidak mau seperti itu.
Dan tentu saja cowok itu semakin bucin dengan Maira. Devian tak segan-segan memamerkan kemesraannya pada khalayak umum.
Tiga bulan lagi, maka kelas XII akan selesai di bangku sekolah. Maira dibuat ketar-ketir melihat tugasnya yang banyak belum terselesaikan, namun ia bernafas lega saat tugasnya sudah dicicil oleh suaminya.
Tentunya selain merindukan temannya, perempuan itu juga sangat rindu pada beberapa makanan di kantin sekolah. Walaupun ia sudah membawa bekal sendiri, tetapi itu tidak cukup. Dua potong roti hanya mampu mengganjal perutnya yang memiliki ruang banyak jika menyangkut makanan.
"Bakso is always!" Pekik Maira girang.
Devian tersenyum lembut melihatnya, ia mengusap kepala Maira dengan sayang. "Hari ini kamu bebas makan yang kamu suka, tapi ingat! Tetap pilih makanan yang menjaga kebersihan dan kesehatan."
Maira memeluk Devian dengan senyum yang mengembang, namun senyumnya hilang tatkala melihat Karin berjalan ke arah mejanya dengan senyum miringnya.
Saat disamping Devian Karin pura-pura terjatuh sehingga minuman yang dibawanya tumpah mengenai seragamnya yang tipis itu. Semua orang nampak terkejut apalagi melihat seragam Karin yang menerawang memperlihatkan dalaman cewek itu kentara.
Karin tersenyum dalam hati, semua cara sudah ia lakukan demi mendapatkan perhatian dari Devian, cowok yang menjadi incarannya.
Maira akui Karin memang mempunyai tubuh yang ideal tidak seperti dirinya yang tidak ada apa-apanya. Seketika Maira insecure dengan tubuh Karin, sambil menutup mata Devian dari tontonan tak berfaedah ini.
Namun rasa kesal menghilangkan semua rasa insecure nya. Ia mengernyit tak suka, padahal kakinya ada di bawah meja sedangkan Karin jatuh berada di belakangnya. Maira tersenyum mengejek dengan akting Karin itu.
"Caper ya mbak?"
Karin, cewek itu memajukan bibir merahnya. Ia menatap Devian dengan pandangan melas. "Dev, liat pacar kamu kasar sama aku." Adunya.
Devian mendengus tak suka, tanpa menghiraukan Karin yang masih duduk dilantai. Ia lanjut meminta bakso istrinya.
Hugo dan Chico sudah tertawa terbahak-bahak melihat penderitaan yang Karin buat sendiri.
"Kalo caper, makan, bukanya ngemis perhatian." Ujar Hugo yang masih tertawa.
Fernan menggeplak mulut Hugo. "Laper ogeb!"
"Sakit tolol."
Darwin yang berada ditengah-tengah Fernan dan Hugo merentangkan kedua tangannya. "Gausah bacot lu berdua, makan keburu bel masuk."
Karin pergi dengan wajah yang memerah menahan amarah. Sial! Seharusnya Devian bisa takluk kepadanya, namun lagi dan lagi usahanya terus gagal. Mungkin hari ini belum beruntung, ia akan mencobanya lagi esok hari.
"Oh iya nanti lo ikut gue beli seblak yuk." Ajak Maira pada El.
"Sorry Mai, hari ini gue ada latihan muaythai."
El memang sangat menyukai olahraga, dirumahnya pun terdapat tempat olahraga untuk dia sendiri.
"Hm yaudah deh lain kali aja." El tersenyum tipis ke Maira.
"Nanti sore aku bakal ajak kamu jalan-jalan terus kita kulineran sepuas kamu sayang." Ujar Devian.
"Makasih sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband : Devian
Teen Fiction[FOLLOW DULU SUPAYA LEGOWO!] ~Married Iife Mari kita mulai semuanya. Devian Addison dan Trinitarios tidak dapat dipisahkan. Kemanapun Devian pergi, ia senantiasa membawa gelar 'Ketua Trinitarios'. Devian tak segan-segan untuk menghabisi seseorang ya...