🐣Tidak Tahu Diuntung🐣

5K 254 15
                                    

°Hyeee mnieeesss. Maaf membuatmu menunggu lama😳💛

°Yoek. Bantu share cerita ini keseluruh sosmed milik kamu😹

WAJIB Follow sebelum membaca, silahkan tinggalkan jejak☆

♧♧

Wajah Sehun menyamping karena tamparan keras dari Talita. Pipinya merah, ia merasakan pipinya memanas.

"Jika saja kamu tidak hadir didalam kehidupan saya. Mungkin saya sudah menikah dengan Angel dan memiliki banyak anak. Dasar gadis tidak tahu diuntung!!" Hardiknya menunjuk Ica.

"Sehun, tutup mulut busukmu!" Bromo datang dengan setelan formalnya.

Bugh

"Ja-"

"Berisik, aku ngantuk banget." Menguap lebar dan menatap tiga orang disampingnya malas.

Ia sudah tidak tahan lagi dengan perdebatan diruangan ini. Entahlah, hatinya tiba-tiba merasakan sesak saat Sehun menghardiknya seolah-olah dirinya hanya perusak hubungan pria itu dengan kekasihnya.

Ia menatap lama Sehun yang sedang mengelap darah disudut bibirnya, "Keluar." Lalu menutup wajahnya kembali menggunakan selimut.

~~~

Mereka semua merasa tidak enak kepada Nani dan juga Rizal yang baru saja sampai didepan pintu tapi sudah dicegah untuk tidak masuk ke dalam ruangan anaknya.

"Apa keadaan Ica sangat parah?" Tanya Nani kepada Talita, dengan raut wajah khawatir.

Talita menggeleng, menggenggam tangan Nani, "Ia hanya terkilir kakinya. Saat Sisil berniat untuk menemuinya, Sisil mendapati Ica sudah panas dingin. Kepalanya mengeluarkan rembesan darah, lalu Sisil langsung memanggil supirnya dan membawanya ke rumah sakit. Sekarang lukanya sudah diperban dan kakinya juga sudah dipijat, Ia panas dingin karena lukanya infeksi. Tenanglah, semua akan baik baik saja." Ucapnya menenangkan seorang ibu berhijab syar'i itu.

Nani mengangguk, "Alhamdulillah." Menghapus jejak air matanya.

Talita tersenyum tipis. Ia harus berbohong, tidak mengatakan bahwa dibalik semua ini karena Sehun, anaknya yang tidak memperdulikan gadis itu apapun keadaannya. Bahkan memberi uang saku kuliahnya hanya dua puluh ribu rupiah saja, gadis itu juga ternyata belum memakan apapun sampai siang.

"Papa gak mau tau. Kamu harus menjaga Ica sampai ia sembuh dan pulih seperti biasanya."

Sehun berdecak, "Pah. Gadis pemalas itu memang sudah sakit mental, jadi tidak usah ambil pusing. Lihat, dia sedang sakit saja bisa-bisanya meminta brownies dan tertawa."

"Apapun alasannya, papa gak mau dengar." Lalu pergi meninggalkan Sehun yang mengusap wajahnya gusar.

"Gadis pemalas itu, selalu saja menyusahkan!" Lalu pergi menuju ruang inap Ica.

Sehun menaruh ponselnya diatas nakas. Ia menatap lamat wajah gelisah Ica. Lantas ia duduk dikursi sebelah brankar gadis itu. Wajahnya mengernyit saat melihat Ica tidur dengan wajah gelisah, gadis pemalas itu bahkan mengeluarkan keringat banyak sekali dan menggumamkan nama seseorang.

Sehun mendekatkan telinganya pada mulut Ica yang terus menggumamkan nama seseorang.

"Acha..." Lirihnya.

Sehun mengernyit, siapa Acha? Apakah gadis pemalas ini mempunyai kekasih?

Ia mengelap keringat yang terus merembes itu. Baju tidur bermotif bulan sabit dan bintang, pun sudah basah karena keringat.

Males, ribet. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang