🐣Kebenaran Angel🐣

3.8K 144 2
                                    

WAJIB Follow sebelum membaca, silahkan tinggalkan jejak☆

♧♧

Tengah malam Ica terbangun dari tidurnya, melihat jam di ponsel. Matanya tak sengaja menangkap wajah Sehun tengah mengulum bibir dan mengembungkan kedua pipinya yang ia jadikan wallpaper lockscreen.

Semakin lama memandang, semakin ia dirundung rindu. Wanita itu mengambil botol air mineral dan menenggaknya hingga tandas. Mengambil laptop dan juga earphone, Ica mulai membuka data CCTV yang ia pinta tadi hotel ini.

Tidak ada yang aneh saat Sehun memasuki kamar hotelnya. Mata wanita itu menyipit dan memperdekat layar. Sehun sudah masuk ke dalam kamar sendirian, tapi beberapa menit kemudian Alfa menyusul.

Ica mulai mengingat kembali ucapan Sehun kala itu. Sehun berkata, bahwa Alfa sempat melihat Angel bersama pria tua memasuki kamar. Ia pun mengulang rekamannya dari parkiran basement.

Benar saja, Angel turun bersama pria tua yang sudah keriput dengan bergandeng pinggang. Sesekali lengan pria yang lancang itu ditepis oleh Angel yang terlihat risih. Mereka berdua tampak memesan kamar dan mulai memasuki lift, lift mereka berhenti pada lantai delapan dan disitu terlihatlah Alfa yang sedang berbincang dengan salah satu officeboy.

Angel yang mengetahui keberadaan Alfa, buru-buru memeluk pria tua itu. Menyembunyikan wajahnya pada lipatan lengan pria tua.

Sebelum mereka masuk ke dalam kamar, Ica memfokuskan rekamannya pada wajah pria tua itu. Dan munculah info-info tentang pria tua yang bernama Artityo, berprofesi sebagai rentenir dengan bunga yang sangat rendah, berumur 55 tahun, serta alamat rumah dan kantor peminjaman uangnya.

Ica mengernyit heran, untuk apa Angel melayani pria tua bangka untuk dibayar jika sudah memiliki segalanya? Artityo juga berprofesi sebagai rentenir, apakah Angel meminjam uang kepada Artityo ini? tapi untuk apa?

Setelah mencatat inti pertanyaan yang sangat membludak diotaknya yang terjepit dengkul itu, Ica kembali membuka data-data yang ia ambil dari Rumah Sakit.

Dokter itu ternyata teman Angel sejak SD. Ia membantu juga dengan iming-iming menjadi kepala rumah sakit terbesar di kota Surabaya, wajar saja jika mereka saling membantu demi kepentingan bersama.

Merasa penglihatannya sedikit berburam, Ica memakai kacamatanya agar semua tulisan terlihat lebih jelas. Ica tidak terkejut jika anak yang Angel kandung ternyata adalah anak Artityo.

Ia akan lebih terkejut lagi jika ternyata hasil DNA anak yang dikandung Angel diragukan. Ica terkekeh kecil, konyol sekali mengetahui sikap Angel yang sebenarnya.

Merasa kantuk mulai menyerang lagi, Ica pun melepas kacamata dan kembali merebahkan tubuhnya.

~~~

"Lo bawa bodyguard?" tanya Ica, menengok ke belakang, melihat mobil hitam membuntuti mobil fortuner yang dikendarai oleh mereka berdua.

Devano mengangguk, "Bahaya keknya kalo kita gelut cuma berdua." jawabnya, fokus pada kemudi.

Ica pun hanya bisa menghela napas berat. Benar, hari ini ia akan baku hantam jika targetnya tidak mempan dengan kata-kata lembut.

Masalahnya ia akan berhadapan dengan rentenir bejat yang memiliki 3 orang istri dan 35 perempuan simpanan yang termasuk Angel. Pasti itu akan sulit jika harus berkata baik-baik, Artityo pasti memiliki banyak bodyguard.

Mereka memasuki gang agak sempit, tempatnya begitu kumuh karena banyak gedung yang tidak terpakai dan toko-toko bangkrut.

Semuanya turun dari mobil. Ica menarik resleting jaket kulitnya hingga leher, mata hazel itu terus memandang pintu kantor rentenir tersebut.

Bunyi sepatu booth milik Ica menggema, kala menaiki anak tangga satu persatu dan masuk ke dalam gedung kumuh itu. Terlihat banyak sekali wanita berpakaian kurang bahan disini.

Dengan dibuntuti Devano dan bodyguard yang lainnya, Ica menjadi sorot perhatian semua orang. Wanita berbadan dua itu menghampiri resepsionis.

"Dimana Bapak Artityo?" tanya Ica dengan angkuh.

Wanita yang belahan buah dadanya terlihat itu menatap Devano lalu matanya berkedip sebelah dan memainkan lidahnya membuat Devano bergedik ngeri.

Brak!

"Dimana Artityo?!" bentak Ica nyaring.

Resepsionis itu terperanjat kaget, ia gemetar ketakutan dan menunjuk sebuah pintu.

Ica and the gank meninggalkan tempat itu dan masuk kedalam ruangan tersebut tanpa ketuk pintu.

"Samlekom!" sapa Ica.

Bodyguard yang dibawa Devano mulai rusuh dengan mengobrak-abrik barang yang ada disekitarnya.

Pria tua peot yang sedang bermanja dengan para wanita itu terperanjat kaget, dan langsung melepas rangkulan kedua wanita yang berada disisinya.

"Siapa kalian?!" tanya Artityo dengan sedikit gemetar ketakutan.

Ica terkekeh dan maju menaiki meja kebesaran Artityo. Wanita itu berjongkok di atas meja dan menatap Artityo dengan mata meremehkan, "Kalem Kakek. Saya hanya ingin bertanya, Kakek kenal orang ini?" menunjukkan foto Angel yang berada diponselnya.

"Panggil saya Daddy!" protes Kakek tua itu.

Devano tertawa keras, "Wanjir, Daddy awokawokawok," memegang perutnya yang terasa keram karena tertawa ngakak.

"Belaga bener, tililyo!" lalu menyeka kedua sudut matanya yang meneteskan air mata karena tertawa.

"Jawab aja gak usah banyak omong!" kekeh Ica dengan geram.

Artityo tampak gusar, ia memberi isyarat kepada anak buahnya untuk segera menyerang bodyguard Ica.

Mereka tampak adu pukul, begitupun Ica yang sedang menendang dada bodyguard Artityo hingga terlempar jauh.

Wanita itu mencengkram baju Artityo kala Kakek tua itu ingin kabur dari medan perang ini. Tapi tanpa di duga, ternyata Artityo memegang sebilah pisau dan langsung menghujam perut Ica berkali-kali tanpa ampun.

Ica mendelik kaget saat pisau itu menancap diperutnya, "Tapi boong!"

Bugh!

Dengan sekali tinjuan, Artityo sudah tepar dilantai dengan beberapa anak buahnya yang sudah babak belur.

Ica memang sudah menyiapkan semuanya demi keselamatan 'baby piyik'. Ia memakai jaket kulit anti peluru dan anti tusuk, ia juga menyuruh para bodyguard Devano dan juga Devano untuk memakai jaket tersebut.

Tampak pisau yang berada digenggaman Artityo telah bengkok karena menghujam perut Ica berkali-kali. Ica menyuruh bodyguardnya untuk mendudukkan Artityo dengan paksa.

Sekarang, pria tua tukang minjemin duit itu sudah lemas dalam waktu 10 menit bertarung dengan Ica yang dasarnya anak rebahan, itu pun Ica harus mengalahkan tiga bodyguard Artityo dulu.

"Jadi, siapa Angel?" tanya Ica kembali.

Artityo tetap memilih bungkam, menahan darah yang menyegrak leher dan juga pernapasannya.

Ayo Vote dan komen!


Tertanda, pecinta senja
Tangerang. Jumat, 15 Juli 2022
21:46WIB


Sarangekk💛

Males, ribet. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang