🐣Syakira Aira Axavier🐣

3.2K 135 0
                                    

Hidup memang tak selalu berjalan mulus. Mengeluh bukanlah suatu hal yang dapat mengubah segalanya, mengeluh bukan berarti menyerah, hanya saja lelah dari kehidupan.

Tuhan telah mengatur jalan hidup makhluk ciptaannya. Bahkan, daun yang berada diatas pohon pun, ia sudah tentukan kapan akan gugur.

Lelah dalam menghadapi kehidupan pasti selalu tersemat dalam diri seseorang. Istirahatlah, bersandar pada seseorang yang kamu percayai. Ceritakanlah gundah gulanamu pada Tuhan. Percayalah, itu sangat membantu dikala kamu kehilangan arah.

Syakira Keisha.

Wanita yang begitu rapuh karena ditinggal cinta pertamanya untuk selamanya. Ia tidak pernah menyerah melawan rasa trauma, meski selalu menyalahkan diri sendiri dan keadaan.

"Anak Umii," Ica menciumi pipi gembul bayi yang memakai bandana kelinci.

Syakira Aira Axavier namanya. Anak kedua dari pasangan Sehun Altair Axavier dan Syakira Keisha. Tumbuh dengan penuh kasih sayang seorang Papa dan juga Umi.

Bayi berumur enam bulan lucu itu terus mengoceh tidak jelas. Belum tumbuh gigi. Namun, selalu tersenyum memamerkan gusi yang berwarna pink.

"Umi!"

"Apa sayang?" Menghampiri anaknya yang sibuk mewarnai dimeja ruang keluarga.

"Warna kuning Tamudra abit. Mau beli pentil warna baru, yah?" Pinta Samudra dengan mata berbinar.

Ica mengangguk. Mengambil gendongan bayi dan menyambar kunci mobil, dengan senang hati Samudra berlari kecil, masuk ke dalam mobil.

Sampailah mereka disebuah toko alat tulis dan juga mainan anak-anak. Samudra sibuk mencari alat gambarnya, akhir-akhir ini bocah itu memang sedang demam menggambar. Apapun yang ia pikirkan, pasti akan ia gambar.

Sementara Ica sibuk memilih mainan baru untuk Aira. Akan ia belikan Teether karena Aira sering menggigiti benda apapun yang ia pegang. Kata ibunya, itu karena gusi Aira yang gatal akan tumbuh gigi.

Samudra terlalu fokus pada jajaran kuas dan juga cat cair. Sampai tak melihat di depannya ada anak gadis sepantaran yang sedang luntang-lantung tidak jelas.

Bugh

"Awwhhh," Samudra mengusap dahinya yang terbentur dagu seorang gadis.

"Maaf Samudra. Aku gak sengaja," ucap Salsa yang sedikit lebih tinggi badannya daripada Samudra.

Samudra mendengus sebal. Memeluk erat pensil warna baru, "Kamu emang nyebelin. Tamudra gak suka, minggir!" Menabrak bahu Salsa dengan geram.

"Kan... Kamu yang pendek. Samudra," gumamnya lirih.

Setelah membeli alat gambar dan juga mainan untuk Aira. Mereka langsung pulang, karena hari sudah siang dan Aira tertidur digendongan Ica.

Ica membuka pintu besar rumahnya, seketika bau parfum Sehun menyeruak. Dan mendapati seorang pria yang sedang melihat-lihat hasil gambaran Samudra, masih memakai stelan kantor.

"Sudah pulang?" Tuturnya dengan senyum manis terukir dibibir tipis.

Ica mengangguk, "Samudra pengen beli pensil warna baru. Jadi aku anterin dia. Kamu pulang cepat?"

"Iya. Gak ada kerjaan lagi, aku gabut." Mengambil alih gendongan Aira.

"Sok gaul." Berjalan lebih dulu menuju kamarnya, disusul oleh Sehun.

Kedua tangan kekar itu menaruh malaikat kecilnya dibox bayi. Sebelum itu, ia ciumi banyak-banyak pipi gembulnya.

Setelah melepas hijabnya. Ica menutup gorden kamar, agar cahaya mataharinya tidak mengganggu tidur Aira yang pulas. Ia merasa perutnya dililit oleh kedua lengan kekar suaminya.

Males, ribet. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang