🐣Kotak Bekal🐣

4K 197 1
                                    

WAJIB Follow sebelum membaca, silahkan tinggalkan jejak☆

♧♧

Bruk!

Ica mengaduh saat kepalanya terbentur dada seorang pria yang memakai topi hitam.

Gadis itu mendongak, menatap pria yang menabraknya. Kakinya terasa lemas, jantungnya berpacu lebih cepat. Lidahnya terasa kelu untuk mengatakan sesuatu, kakinya yang terbalut sepatu itu mundur beberapa langkah.

"A-Acha...???"

Dengan cepat pria itu berlari keluar lorong toilet. Ica pun berlari, mengejar laki-laki yang selama ini ia rindukan. Yang masih mengisi ruang hatinya dan separuh hatinya.

Ia jelas tak salah lihat. Ia melihat mata teduh itu, mata yang selalu menatapnya dengan penuh kegengsian dan acuh. Mata yang selalu mencuri pandang padanya, mata yang selalu memancarkan sejuta pesona baginya.

Nafas gadis itu terengah-engah. Ia mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru mall tersebut.

Sial. Ia kehilangan jejak lelaki itu. Ica kembali dengan pandangan kosong.

"Ada apa? kenapa lama sekali?" Tanya Sehun penasaran.

Ica menggeleng pelan, "Ayo pulang," Mengambil tas slinbag-nya dan memeluk boneka pandanya. Meninggalkan Sehun yang sedang membayar makanan mereka dan melihat Ica yang meninggalkan dirinya lebih dulu.

Suasana didalam mobil menjadi senyap kala Ica hanya memandang luar jalanan. Gadis itu ingin menangis sekeras-kerasnya.

Jujur saja, meski sudah bertahun-tahun Acha pergi, ia masih belum mengikhlaskan kepergian pujaan hatinya itu, ia juga belum bisa menghapus rasa cintanya yang begitu besar kepada Acha.

Acha. Satu nama yang membuatnya menjadi Ica yang acuh kepada siapapun, menuruni sikap Acha. Semua perlakuan Ica itu mengikuti sikap Acha yang sebenarnya. Ia benar-benar rindu laki-laki itu.

Tanpa sadar, matanya mulai memanas. Perempuan itu menahan genangan air matanya. Rasa sakit ditinggalkan Acha pergi, memang sangat membekas dihatinya. Acha pergi memberikan separuh hatinya, untuk Ica.

Kalau saja waktu bisa diulang. Mungkin Ica memilih dirinya saja yang pergi, bukan Acha. Ia tidak sanggup menopang hidupnya dengan penuh ketraumaan, walaupun disampingnya ada Sehun yang notabenenya suaminya.

Karena bahwasanya, tidak ada perpisahan yang menyenangkan di dunia ini, sekalipun pamitnya dengan senyuman.

Ica keluar mobil lebih dulu, ia berlari meninggalkan Sehun yang menatapnya bingung.

Apakah ia membuat kesalahan? tadi sebelum Ica pergi ke toilet dia baik-baik saja. Apa Ica bertemu seseorang saat pergi ke toilet?

Pertanyaan overthingking membludak didalam kepala Sehun. Lantas pria matang itu masuk ke dalam rumahnya dan mendapati Ica yang sudah berganti pakaian dengan baju tidurnya, sedang memejamkan matanya sambil memeluk boneka panda.

Lalu Sehun pun segera membersihkan dirinya dan tidur, menyusul istrinya dimimpi dengan mengulur tangannya. Memeluk tubuh Ica dengan tangannya yang kekar.

"Piyik, berat..."

"Hmm.."

"Sakit ih, awas..."

"Kalau kamu tidak banyak gerak, ini tidak akan berat. Diamlah, saya masih mengantuk," Ucapnya dengan mata terpejam dan suara yang serak.

Gadis itu berdecak. Mereka bangun kesiangan karena semalam terlalu kelelahan. Ica sudah meyakinkan dirinya sendiri, bahwa yang ia lihat kemarin bukanlah Acha. Itu mungkin hanya halusinasi-nya.

Males, ribet. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang