🐣Kehilangan🐣

4.9K 166 0
                                    

"Maaf Pak. Ini sudah pukul 08.45 masih ada waktu 10 menit lagi untuk bersiap meeting, ayo bangun dan bersiap," ucap Alfa yang sudah 2 jam berdiri disamping ranjang bosnya yang masih tertidur dengan telengkup itu.

Sehun berdecak, "Cancel saja meeting hari ini. Saya masih mengantuk!" titah Sehun yang masih memejamkan matanya.

"Tapi Pak, ini meeting penting tentang perusahaan dan saham bersama para karyawan dan Investor kita."

Dengan berat hati Sehun bangun dari tidurnya dengan mata berat. Ia masih mengantuk, semalam ia tidur larut karena sibuk bergalau ria.

Sehun melirik sekertarisnya, "Apakah kamu ingin melihat saya telanjang?"

Alfa mengernyit tidak mengerti, "Maaf, Pak?"

"SAYA MAU MANDI, KELUAR!"

Alfa terkejut dan dengan cepat ia keluar dari kamar bosnya.

"Kenapa orang-orang semakin menjengkelkan saja, sih?!" cibir Sehun dan turun dari atas ranjang menuju kamar mandi.

Mata Sehun menatap satu persatu jas yang berada dilemarinya, ia memainkan telunjuknya, menunjuk asal jas yang akan ia pakai hari ini. Telunjuknya berhenti pada jas berwarna Navy, jas yang dipilihkan oleh Ica.

Ia pun mengambil jas tersebut dan menatapnya lamat, rasa rindu itu kembali menyeruak di dalam hatinya. Tak mau menambah rasa sakit dan tumpukan rindu, Sehun lekas memakai jas tersebut dan menatap pantulan dirinya pada cermin.

Ia tersenyum tipis, mengingat bagaimana Ica membantunya mencoba jas itu saat membeli di butik langganan. Semakin di ingat, semakin membuat dirinya menjadi galau.

Lantas Sehun pun mengancingi lengan kemejanya, pandangan ia berhenti pada gelang bertali hitam dengan dua borgol yang saling tertautan ditangan kirinya.

Ia terkekeh miris, air mata disudut matanya menetes tanpa disuruh. Bagaimana cara melupakan Ica, sungguh kepergiannya membuatnya tersiksa.

Setelah berpakaian rapi, Sehun keluar kamar dengan raut wajah datar. Sementara Alfa sudah sibuk melihat schedule hari ini yang akan dilakukan oleh bos.

Sehun sarapan dengan tenang, giginya mengunyah roti itu pelan. Pikirannya terbang kemana-mana, ia bahkan menyelupkan roti tawarnya pada kopi yang seharusnya ia minum.

"P--Pak???"

Sehun tersentak dan mengambil roti yang sudah basah karena direndam di gelas kopi. Ia membuangnya dan mengelap sudut bibirnya dengan tisu, "Ayo berangkat!" bangkit dari duduknya dan berjalan lebih dulu meninggalkan Alfa.

Sudah tiga bulan Ia bercerai dengan istrinya. Tiga bulan pula, ia sibuk bergalau dan tidak fokus pada apapun yang dilakukannya. Setiap pulang bekerja, hanya ada keheningan yang menyambut, biasanya ada Ica yang setia menunggunya sembari rebahan atau mengerjakan skripsi.

Hari-hari yang begitu sepi, hari-hari yang begitu menyuramkan. Selalu membuat Sehun merasa kesepian dan terkadang ketakutan. Rasanya waktu begitu cepat berjalan, baru saja ia mengucapkan dengan lantangnya ijab kabul bersama Syakira Keisha, sekarang sudah tidak lagi bersama.

"Alfa. Kita ke rumah pak Rizal dulu," perintah yang langsung dilaksanakan oleh sekertaris pribadinya itu.

Sehun sibuk menatap keluar jendela, moodnya selalu tidak baik. Tanpa sadar, mobilnya sudah sampai di depan rumah minimalis kediaman Ica.

Sehun turun dari mobilnya dan langsung masuk kedalam pagar, mengetuk pintu sembari mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsallam..."

Nani tersenyum kala melihat senyum Sehun, "Eh ada nak Sehun. Masuk dulu," ucapnya menuntun Sehun untuk duduk disoffa ruang tamu dan memanggil suaminya yang masih sarapan.

Sehun menyalimi punggung tangan Rizal.

"Mau mencari Ica lagi?" pria paruh baya itu duduk dihadapan Sehun.

Sehun mengangguk dengan ragu.

Rizal menghela napasnya berat, "Sudah saya katakan. Ica pergi bersama pria berambut blonde. Anak itu tidak mengatakan ingin kemana, ia hanya izin untuk melahirkan dan membesarkan anak kalian disana, sekaligus untuk melupakan segalanya tentang kalian."

Sehun menggeleng. Pria itu berlutut pada Rizal, "Tolong. Saya mohon, beri saya kesempatan kedua. Saya akan menjaga putri anda dengan baik, saya berjanji tidak akan menyakitinya. Saya mohon," lirihnya, menangis dihadapan Rizal yang terkejut akan tingkah Sehun yang berlutut dihadapannya.

Rizal mengangkat kedua bahu Sehun, "Nak. Saya memang tidak tahu. Jika saya tahu, sudah saya katakan dari jauh-jauh hari. Bagaimana pun saya seorang Ayah, tidak tega melihat kamu begitu terpuruk akan kepergian Ica. Tapi ini sudah keputusannya, cepat atau lambat Ica pasti kembali. Kembali dengan perasaan yang sama atau pun tidak," lalu memeluk mantan menantunya yang sedang menangis hebat itu.

Tiba-tiba saja Rizal merasa bahunya begitu berat, tidak mungkin ia digerayuti tuyul. Lalu ia merasa tubuh Sehun melemas dipelukannya, "Nak Sehun!" Rizal langsung membaringkan tubuh Sehun yang tidak berdaya disoffa. Ia langsung menelpon dokter pribadi keluarga Axavier.

~~~

Seorang wanita berhijab hitam dan juga berkacamata hitam berdiri menutupi cahaya sinar matahari yang menyorot pada gundukan tanah dihadapannya. Ia berjongkok dan mulai menghiasi tanah tersebut menggunakan bunga yang ia bawa.

Batu nisan yang bertulis nama Ibrahim Diningrat itu ia usap dan diberi air, setelahnya Ica memanjatkan doa.

"Cill, kenapa lo demen sama gue?" tanya seorang pemuda yang sedang memakan blimbing diatas pohon.

Ica yang berada dibawah pohon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Hm... Karena Acha ganteng!" ucapnya polos.

"Emang pelet gue bukan main. Cil kalo udah gede nanti, jangan tinggalin gue, oke?"

Ica mengernyit tidak mengerti, "Emangnya mau kemana?"

"Bilang iya aja sih. Susah amat!" paksanya, melempar biji blimbing.

Ica mengangguk, "I-iya--"

"IBRAHIM. LO NYOLONG BLIMBING GUE LAGI?!"

Mendengar teriakan bak sangkakala itu, Acha dan Ica langsung berlari kencang.

Ica mengusap air matanya yang menetes dibalik kacamata hitamnya. Perut yang sedikit membuncit itu ia usap dengan penuh kasih sayang.

"Cha. Urusan gue udah selesai, kan? ayo jemput gue," tangannya meremat rumput hijau, menyalurkan rasa sakitnya.

Abraham pun menyeka air matanya. Kakaknya memang pergi lebih awal, curang sekali. Padahal Ibrahim yang berjanji akan selalu berada disisinya sampai bisa sebesar ini.

Abraham ikut berjongkok disebelah Ica, "Urusan kamu belum selesai. Masih ada baby piyik yang harus kamu jaga, kamu juga harus ngerasain kebahagiaan dengan menuntaskan perasaan kamu. Maka dari itu, aku bersedia untuk selalu membuatmu bahagia," membawa Ica ke dalam dekapan hangatnya.

Vote dan komen!

Tertanda, pecinta senja

Tangerang, 31 Agustus 2022
14.53WIB

Sarangekk💛

Males, ribet. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang