🐣Serumah🐣

3.1K 129 1
                                    

  Halo semuanya, selamat siang, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan.
  Lebaran tinggal menghitung hari, ya. Disini aku sebagai author "Males, ribet." dan "Whats wrong with Queenzy (hiatus)." ingin meminta maaf jika mempunyai kesalahan, baik disengaja atau pun memang disengaja:v
  Mohon maaf jika update sangat ngaret, dikarenakan nunggu 1k views lama pisan ancrit:(
  Btw, bagi kalian yang tidak paham akan alur cerita ini. silakan kembali baca dari bagian satu, siapa tau kalian lupa alur y kan gegara up ngaret☺
  Yauda segitu aja, panjang2 juga bakalan di skip. makasih💛

HAPPY READING!

♧♧

"Halo No. Lo sibuk gak? gue mau ketemu lo," Ucap Ica ditelpon.

"..."

"Sip. Coffe kenanga, otewe gue."

Tut!

Bukan suara kentut, melainkan sambungan telpon dimatikan oleh Ica. Gadis itu merapikan rambut disisi-nya dan mengambil tas slinbag nya.

~~~

Mobil sport berwarna kuning mencolok itu berjalan membelah jalanan siang hari ibukota Jakarta.

Bukan. Itu bukan mobil yang dipakai Ica, melainkan seorang pria berambut blonde.

"Serius. Acha kemarin ke Rumah gue!" Jelas Ica menggebu-gebu.

Devano menghela nafas, "Lo udah minum obat? siapa tau itu cuma hal--"

"Apa? halusinasi?! Lo bahkan udah gak percaya lagi sama gue. Lo nganggep gue gila?!" omel Ica.

"Bukan gitu Ca. Cuma, Acha itu udah pergi untuk selamanya. Gamungkin dia hidup lagi, kecuali kalo bangkit dari alam kubur, dah, tuh!" sambil menyesap kopinya.

Kriing~~

Lonceng yang berada diatas pintu berbunyi, ketika pintu dibuka oleh pria berambut blonde.

Kacamata beningnya merosot dibatang hidungnya, ia tersenyum kepada pasang mata yang menatapnya memuja.

Lesung pipi yang timbul saat tersenyum membuat ciwi-ciwi yang sedang nongki memekik terkena mental breakdown.

Ia duduk dikursi, "Udah lama nih, ga kumpul," tersenyum seperti biasa.

Byuurr!!

Prang!

Sudah menyembur, menjatuhkan gelas pula. Membuat kopi yang ia pesan tumpah mengenai lantai.

"Bang A-acha??" tanya Devano mendelik.

Bukannya menjawab, lelaki berambut blonde itu malah menyomot cake milik Devano.

"Tegang amat. Kek ada yang ngangkang," menoyor bahu Devano pelan.

Devano yang sedang shock pun percaya, bahwa seorang yang tamvan dihadapannya ini memang Ibrahim Diningrat, kentara dari sikap bahlulnya.

"Aaaaaa abwank, dedeq rindu sangat," memeluk Ibrahim dari samping dengan erat.

"Gue emang ngangenin si," menepuk pundak Devano.

"Lo kok bisa bangkit lagi sih dari alam kubur? kasih gue tutorialnya dong."

"Sopan lo begitu?"

"Yamaap."

"Telat, udah dicatet sama malaikat."

Males, ribet. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang