🐣Boneka capit🐣

4.4K 198 1
                                    

WAJIB Follow sebelum membaca, silahkan tinggalkan jejak☆

♧♧

Sehun mencekal tangan Ica yang berjalan melewatinya, "Saya mohon. Itu tidak seperti yang kamu lihat, Ica."

Gadis itu melepas perlahan cekalan suaminya, "Gue tau, berusaha buat jadi lebih baik emang susah. Gue maklumin, mungkin si Juminten ga rela lo putusin gitu aja. Gue emang marah, marah gue pun gak bisa bikin lo sepenuhnya jadi milik gue," Ucapnya menatap manik mata Sehun.

Telapak tangan Ica, Ia tempelkan pada dada bidang kiri Sehun. menatap telapak tangannya yang merasakan debaran jantung Sehun yang berpacu kencang, "Lagi pula, dihati lo..."

"Masih cinta si Juminten," Lanjutnya, menatap manik mata Sehun dengan mata kacanya yang menahan tangis. Gadis itu tersenyum tipis, dan pergi masuk ke dalam kamarnya.

Sehun menunduk, setitik air mata menetesi karpet bulu abu-abu yang dipijak lelaki itu.

Ica merebahkan tubuhnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut hitam tebal. Ia memejamkan mata, hari ini ia melawan rasa malasnya untuk Sehun. Tapi Sehun pun tak menghargai pekerjaan mati-matiannya, mungkin ini menjadi yang pertama dan terakhir untuknya bekerja lebih banyak dan menguras tenaga.

Besok ia tidak ada jam pelajaran. Ia akan menghabiskan waktunya untuk tidur, tidur, tidur.

Lalu gadis itu terlelap dengan menahan rasa sakit dihatinya. Memang perjuangan dirinya tidak pernah dihargai oleh siapa pun. Kecuali, Acha. Lelaki yang masih mengisi ruang hatinya dan separuh hatinya.

Selepas solat subuh tadi, Ica langsung meneruskan tidurnya. Sekarang tidurnya terganggu karena rengekkan Sehun yang ingin mengajaknya jalan-jalan.

Lelaki itu menggoyangkan tubuh Ica dengan kedua tangan kekarnya, "Ayo kita pergi jalan-jalan! kenapa kamu sulit sekali dibangunkan!"

Ica berdecak kesal, "Eh, gue belom maafin lo yah, jangan ganggu gue dah. Pergi sono!" Merapatkan selimutnya lagi, setelah sebelumnya selimut itu disingkapkan oleh Sehun.

Pria matang itu menghempas selimut tebal yang membaluti tubuh mungil istrinya, jika saja selimut itu mempunyai perasaan. Pasti ia sudah mencak-mencak karena dilempar begitu saja sampai jatuh ke lantai.

Ica tak peduli, ia akan tetap mengikuti agenda hari ini yang sudah ia buat. Yaitu, tidur, tidur, tidur.

Tak kehabisan akal, Sehun pun membuang guling yang Ica peluk sedari tadi, membuat sang empu berpindah posisi menjadi telengkup.

"Hey, bangunlah!" Ucap Sehun yang terus menggoyangkan bahu Ica.

Tiba-tiba saja ide absurd melintas dikepala pria itu. Ia menindih tubuh Ica dengan tubuh besarnya, "Apa kamu masih tidak mau bangun, hm?" Bisiknya pada telinga gadis itu.

Ica tak menjawab, ia meremang kala hembusan hangat nafas Sehun yang menerpa kulit lehernya.

Lelaki itu tersenyum smirk, "Apa kamu menginginkan Sehun kecil dibuat siang ini, hm?"

Sontak saja gadis itu Mendelik, ia membalikkan tubuhnya dengan cepat. Tapi Sehun tetap menindih tubuh istrinya itu.

"Turun oy! berat," Erang Ica mendorong dada bidang suaminya.

Sehun tak menghiraukan ucapan istrinya, ia menatap bibir Ica yang basah dan memerah karena gadis itu senang mengulum bibirnya sendiri.

Kepala laki-laki itu memiring, hendak meraup bibir sexy gadis pemalas itu.

Ica memejamkan mata, seolah menunggu bibir suaminya itu mendarat.

Ting nong!

Sehun menelan saliva-nya berat. Ia bangkit dari tubuh Ica, "Saya akan buatkan Sehun kecil jika kamu sulit dibangunkan lagi," Lalu pergi keluar kamar untuk menghampiri kurir makanan yang ia pesan online.

Males, ribet. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang