Gladys terlihat masuk ke dalam kamarnya. Lebih tepatnya kamar kos karena ia tak tinggal di rumah melainkan tinggal di kos-kosan sederhana yang ada di Jakarta. Kosan itu terlihat hanya memiliki delapan kamar saja. Dan samping Kos terdapat rumah Ibu pemilik Kos.
Saat Gladys ingin merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya, ia mendengar suara notifikasi yang ada di ponselnya. Sontak ia merogoh ponsel yang ada dalam saku celananya untuk mengecek notifikasi itu, "Hah? Kok ditransfer lagi? Double dong gaji gue," seru Gladys saat dirinya mengetahui bahwa notifikasi tersebut adalah notifikasi dari internet banking.
Gladys begitu tertegun saat ia mendapatkan jumlah nominal uang lagi dari hasil mengajar private anak PAUD. Notifikasi itu dari Papa Zio yang mentransfer sejumlah uang di atm-nya. Padahal ia sudah mendapatkan pembayaran dari Aidan, paman Zio yang tadi bertemu saat di rumah.
"Ih serius nih? Kan tadi gue udah dibayar. Kok dibayar lagi sama orang tuanya," ungkap Gladys sedikit kegirangan. Bagaimana tak girang? Rasanya ia mendapatkan rejeki nomplok dari hasil mengajar anak kecil saja.
Mendengar teriakan Gladys di kamar. Adita, sahabatnya yang menghuni kamar di sebelah Gladys tiba-tiba menyusulnya. Ia langsung masuk ke kamar Gladys tanpa permisi dan mendapati Gladys yang tengah kegirangan sembari melompat-lompatkan tubuhnya di atas ranjang, "Apa? Kenapa? Ada apaan? Kenapa ngomongin gaji?" tanyanya kepo.
Bibir Gladys tak henti-hentinya tersenyum, "Jadi tadi kan gue udah mulai ngajar nih di tempat kerjaan gue yang baru. Terus, Om nya anak yang gue ajar kasih pembayaran di muka. Ya gue terima aja, padahal tadinya orang tuanya bilang pembayarannya ditransfer. Kirain tuh emang mereka udah saling koordinasi masalah pembayaran. Jadi gue terima-terima aja. Tapi ternyata enggak. Om-nya ngasih bayaran ke gue. Orang tuanya juga ngasih bayaran ke gue," jelas Gladys ke arah Adita.
Adita membulatkan matanya ikut kegirangan saat melihat sahabatnya saat ini memegang uang banyak, "Wehh gila ... Double dong! Bagi 200 ribu ke gue. Gue butuh catokan baru buat konten besok," pinta Adita tanpa basa-basi.
Tangan Gladys sontak memukul lengan sahabatnya saat sahabatnya itu langsung menyambar permintaan yang melibatkan uangnya. Kebiasaan Adita jika Gladys memiliki uang lebih. Eh tapi tak ada bedanya sih! Gladys pun juga sama. Jika ia tak punya uang lebih, Adita lah tempat pelariannya. Benar-benar anak Kos.
Adita itu seumuran dengan Gladys. Kira-kira umurnya 26 atau 27 tahun. Mereka sama-sama merantau di Jakarta. Sebenarnya aslinya juga bukan orang Jakarta. Tapi karena ia ingin mencari kerja di Ibu Kota, ya mereka dipertemukan dalam sebuah situasi. Yang akhirnya mereka sahabatan sampai sekarang.
Adita itu selain jadi karyawan di salah satu coffee shop, dia juga salah satu konten kreator. Oh lebih tepatnya beauty vlogger. Makanya tak heran jika ia meminta Gladys untuk dibelikan catokan karena ia sangat mementingkan penampilannya 24 jam selama sehari. Sehari-harinya, kamar Dita memang banyak memporak-porandakan alat make up. Makanan sehari-harinya pun juga mengedit vidio untuk ia unggah. Itu semua dia lakukan untuk bertahan hidup di Ibu Kota sekaligus mengasah skill yang dia miliki selama ini.
Berbeda dengan Gladys, Gladys memang sudah lama tak menjadi karyawan di salah satu perusahaan yang ada di Jakarta. Pernah ia melamar pekerjaan di bank swasta. Tapi baru beberapa bulan ia tak nyaman dan akhirnya keluar. Pernah juga ia bekerja di bagian marketing di salah satu perusahaan di Jakarta, tapi tak nyaman juga. Dan akhirnya karena tuntutan ekonomi, ia bekerja sebagai guru taman kanak-kanak, kadang pula sebagai pengasuh daycare yang ada disana.
Entah lah, tahun ini benar-benar membuat Gladys tak memetakkan jenis-jenis pekerjaan. Gladys hanya ingin bertahan hidup di Jakarta dengan uangnya sendiri. Karena terkadang, ia harus mengirim uang untuk Ibunya di rumah karena Sang Ayah telah tiada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Previous Love (END)
RomanceGanti cover ~~ Comeback update [Tiap Hari) Tak mencari pasangan hidup karena masih ingin membahagiakan orang tuanya adalah alibi Aidan Lavindo Alfareza. Sungguh jika disandingkan dengan saudaranya, dia sudah layak menikah karena usianya yang begitu...