Part 23 - Keputusan

3.1K 401 234
                                    

Tap love tap komen! Terus ayo lihat konflik wkwkw sebelumnya biar afdol dan kenal sama tokoh yang ada di cerita ini, ada baiknya baca semua ceritaku ya wkwkw

💓💓💓

Mendengar tawaran dari Mama Selena, Aidan menggeleng pelan sembari tersenyum ramah pada wanita paruh baya itu. Dia menolak karena tawarannya terdengar konyol di telinga Aidan. Dasarnya Aidan sudah berjanji akan mengantar Gladys pulang, bukan malah mengoper Gladys untuk pulang naik kendaraan umum, "Maaf, tapi saya udah menghubungi Tante Aline. Kebetulan Tante Aline juga dokter anak, sepupu Papa yang biasanya menangani Zio juga. Terima kasih atas tawarannya. Saya pamit."

Masih ingat Dokter Aline? Dokter spesialis anak sepupu dari Dokter Jefri, Papa Aidan. Selama Zio dirawat di rumah sakit tiga tahun yang lalu, Dokter Aline lah yang juga memantau Zio. Jadi walaupun Mama Selena menawarkan Aidan seorang Dokter anak, Aidan juga tak berhak begitu saja mengganti Dokter Aline dengan dokter lainnya.

Mama Selena hanya termenung di tempat karena mendengar penolakan dari Aidan. Dia ingin menahan tangan Aidan, tapi Aidan lekas beranjak dari tempatnya dan menarik tangan Gladys untuk masuk ke dalam mobilnya.

Dengan kecepatan rata-rata, laki-laki itu mengemudikan mobilnya meninggalkan wanita paruh baya yang saat ini masih berdiam di tempat, Gladys melirik ke arah Aidan sekilas setelah itu pandangannya ia jatuhkan ke jendela mobil dengan perasaan yang masih campur aduk.

"Gladys!" panggil Aidan pelan.

"Hm?" Gladys menoleh ke arah Aidan saat namanya dipanggil oleh Aidan.

"Saya minta maaf sudah melibatkan kamu di masalah keluarga saya. Saya juga minta maaf sudah mengajak kamu ke acara keluarga saya. Tadinya saya berpikir, kalau kamu ikut ke acara itu, Zio pasti senang," seru Aidan pada Gladys. Kalimat itu menggantung sampai Gladys menatap Aidan yang tengah menyetir.

"Tapi ternyata rencana itu di luar ekspektasi semua. Kamu malah ikut terbawa masalah keluarga saya," lanjutnya lagi.

Sebenarnya Gladys tak masalah jika Aidan mengajaknya ke tempat itu. Tapi dia tak nyaman dengan omongan Mama Selena. Bagaimana pun kalimat dari Mama Selena menyakitinya. Mungkin wanita paruh baya itu tak berniat menyakitinya dengan untaian kalimat, tapi secara tak sadar kalimat yang keluar menjatuhkan harga diri Gladys semua.

Dan satu lagi, pikiran Gladys gelisah karena masalah Zio. Andai dia menjaga Zio dengan baik pasti dia masih menjadi guru les Zio sampai saat ini. Tapi sekarang bagaimana? Aviola tak mengizinkan anaknya untuk diajar Gladys lagi, "Saya nggak papa. Nggak mempermasalahkan itu semua. Tapi saya belum siap kalau harus pisah sama Zio—"

Helaan napas sesak keluar dari bibir Gladys. Tangannya gemetar karena rasa bersalah yang masih menghujam, "Nggak papa, Pak! Bimbingan belajar wajar orang tua memilih guru mana yang cocok untuk anaknya. Saya mungkin cocoknya cuma sebentar. Mungkin ada guru yang lebih baik dari saya untuk Zio," ungkapnya pada Aidan berusaha untuk berdamai dengan takdirnya hari ini.

Aidan benar-benar ikut bersalah. Bahkan sangat merasa bersalah pada perempuan itu. Gara-gara dia Gladys kehilangan pekerjaannya, "Kamu tetap jadi pet nurse di pet care saya. Kamu masih bisa mencari uang disana."

Tetap saja meskipun Gladys masih punya pekerjaan lain, dia tak sebahagia saat bersama Zio. Tapi tak apa, barangkali nanti terbiasa tanpa Zio, "Tadi saya dengar dari omongan Bu Aviola, Zio pernah sakit? Sakit apa?"

"Hepatitis Autoimun," jawab Aidan.

Sontak kedua bola mata Gladys membulat sempurna. Dia masih tak percaya dengan kalimat Aidan. Ia lantas menatap laki-laki itu. Sesekali Aidan membalas tatapannya, "Hepatitis?"

Previous Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang