Part 24 - Salah Jawab!

2.8K 392 38
                                    

Aku hampir libur seminggu soalnya akun tiktok di report orang padahal aku gak buat pelanggaran sama sekali disana. Jadinya aku stop dulu promo di tiktok. Awalnya aku mau update 4 hari yang lalu tapi down gabisa nulis, capek, pusing, campur aduk. Ini masih bisa aku handle buat nulis lagi meskipun masih belum bisa promo. Mohon pengertiannya ya? Aku selalu kasih kabar di wall akun untuk update.

Oiya, part 25 ke atas bucin-bucinan semoga bisa nulis cepet lagi kayak dulu wkwkw. Gatau lihat aja nanti wkwkwkw. Selamat membaca! Doakan akun tiktok kembali  sehat seperti semula. Kalaupun gak ditakdirkan pakai akun lama semoga ada tenaga buat mulai dari nol lagi dan masuk Fyp kayak dulu. Yang akun lama followers hampir 10K aku ikhlasin aja takdirnya gimana. Dah capek fisik capek psikis banget nulis sekaligus promo eh di report.

Kalau typo kasih tau ya? Aku revisinya malam jadi rawan ngantuk!

⬇️⬇️⬇️

Dua hari berlangsung, Aidan sibuk bersemayam dengan pikirannya sendiri. Selama dua hari ini dia terus ke rumah Aviola untuk menanyakan kabar Zio. Tapi Sang adik masih tak ingin ditemui olehnya. Telat pulang sudah menjadi makanan sehari-hari Aidan sampai Mamanya sering menghubunginya untuk meminta agar segera pulang. Mamanya terlalu khawatir dengan anak sulungnya.

Lantas, kabar Selena? Ya, sampai detik ini Ibu Hapsari masih berusaha dekat dengan keluarga Aidan, khususnya Dokter Jefri. Karena pada dasarnya Dokter Jefri bekerja di rumah sakit yang sama dengan keluarga Selena. Bagaimanapun juga Aidan sudah menegaskan kemarin, dia tak ingin terlalu berlebihan menanggapi perjodohan yang disematkan oleh Mama Selena. Sudah berusaha sopan, tapi wanita itu masih terus berharap diterima. Entahlah ...

Saat ini Aidan hanya ditemani oleh Bagaskara di depan rumah Aviola. Karena Aviola masih tak mau menemui kembarannya itu. Bagaskara masih bisa menerima Aidan untuk bertamu di rumahnya. Walaupun Aviola masih belum bisa ditemuinya, "Aviola udah tidur?" tanya Aidan.

"Belum. Dia di kamar Zio," jawab Bagaskara pada iparnya itu.

"Zio tadi gimana? Zio nangis?" tanya Aidan lagi. Aidan benar-benar ingin bertemu dengan Zio layaknya biasanya. Tapi izin itu terhalang oleh adiknya sendiri. Rasanya sehari tak bertemu Zio terasa kosong. Apalagi Gladys. Gladys mungkin saat ini masih memikirkan nasibnya yang tak diizinkan untuk mengajar Zio lagi.

"Iya dia nyari Miss Gladys terus. Sekarang dia udah tidur, Dan! Nggak papa, seharian nggak mau tidur siang, " jawab Bagaskara pada Aidan.

Aidan sedikit menatap Bagaskara dengan tatapan memohon. Meskipun Bagaskara adalah adik iparnya, tapi dia sudah terlanjur memanggilnya dengan sebutan 'Mas' dari dulu karena jarak Bagaskara dengan Aidan sedikit terpaut jauh, "Mas, pertimbangkan lagi untuk memberhentikan Gladys. Dia nggak salah apa-apa. Aku yakin Zio masih butuh Gladys."

"Zio tadi rewel banget. Untung ada Mama sama Papa. Kalau cuma Aviola sama aku yang bujuk, nggak bakal bisa tidur cepet dia. Kamu tau sendiri kandungan Aviola lemah. Kalau aku bahas masalah ini sama Aviola, nasib anak keduaku gimana? Aviola pasti masih belum bisa diajak diskusi masalah ini," jawab Bagaskara lagi yang belum bisa mengubah keputusan Aviola.

Helaan napas keluar dari bibir Bagaskara. Mulai dari dia belum menikah dengan Aviola sampai dia memiliki anak kedua rasanya terlalu banyak hantaman batu yang mengenai pernikahannya, "Kamu ngerti sendiri, Dan! Kehamilan pertama belum genap satu tahun, Zio udah mengidap penyakit itu. Aku nggak bisa buat Aviola banyak pikiran lagi. Zio udah bertahan sampai sejauh ini aja aku sama Aviola udah bersyukur. Nggak mau nambah masalah."

Mendengar jawaban dari Bagaskara, Aidan rasanya ada di ambang keputus-asaan. Tenggorokannya seakan tercekat saat ingin mengatakan permohonannya lagi, "Aviola tau dari mana kalau Zio jatuh kemarin? Aku sama Gladys belum sempet masuk ke dalam resort tapi Aviola udah nyusul duluan ke parkiran," tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Previous Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang