Part 27 - Babak Baru

2.3K 370 47
                                    

Kalau ada typo maaf ya ngetiknya malam-malam. Gaesss aku minta maaf telat update berminggu-minggu. Masih banyak masalah, sampai aku belum bisa pegang wattpad. Ini dua part aku jadikan satu sampai 3500 kata. Kaliam follow aja akun ini biar tahu alasan aku update lama. Aku sering bagikan kabar lewat dinding akun wattpad buat kalian baca, aku juga sering bagikan pengumuman alasan aku libur update di IG. Follow aja ya ....

Oiya, besok aku update lagi 3 part berturut-turut. Ayo siapkan mental, kacang, tisu, dan palu di part selanjutnya .... Aku usahakan update tiap hari sampai stok bab habis. Komen dong yang rame ... Udah 3500 kata nih panjang banget ....

💜💜💜🤙

Tepat pada Minggu pagi Aidan duduk di sebuah taman kota seorang diri untuk menunggu Dita. Mereka memang memiliki janji temu. Mereka memilih hari minggu untuk bertemu karena di hari itu, mereka mempunyai waktu senggang. Tau kah yang membuat mereka punya janji temu? Ya, karena Aidan ingin membicarakan hal serius tentang Gladys pada Dita.

"Mas Aidan," sapaan 'Mas' itu terbit dari mulut Dita saat dirinya melihat Aidan yang terduduk di kursi taman. Laki-laki itu terlihat memakai setelan kaos hitam yang dibalut dengan jaket denim dan celana jeans panjang. Terlihat casual dengan tatanan rambut yang sedikit berantakan karena tersapu angin.

"Dita," seru Aidan sembari menerbitkan senyumnya.

Tangan Dita sontak menjabat tangan kanan milik Aidan. Laki-laki itu kemudian berdiri sembari memasang senyumnya lagi, "Udah lama nunggunya, Mas?" tanyanya pada Aidan.

"Baru sampai juga," balas Aidan.

Dita manggut-manggut. Dia lantas ikut duduk di samping Aidan, sembari berdehem sedikit dia mengawali kalimatnya dengan menyibakkan rambutnya ke belakang, "Syukur deh. Kirain udah lama."

Melihat kelakuan Dita di hadapannya, Aidan menggeleng-gelengkan kepalanya sembari terkekeh pelan. Dita sangat baik sampai bersedia membantu Aidan seperti ini. Mungkin jika adiknya tak memiliki kekasih, dia sudah menjodohkan Dita dengan adiknya, "Nggak papa, santai aja. Gladys sekarang ada di rumah?" tanyanya pada Dita, semenjak Gladys menggantung perasaan Aidan beberapa hari yang lalu, Aidan semakin yakin ingin mendekati perempuan itu lagi.

"Dia lagi ngorok di kamarnya," sahut Dita cepat.

Laki-laki itu mengukir senyumnya saat mendengar kabar tentang Gladys. Perempuan setelah Ibunya, adalah Gladys saat ini yang singgah di hatinya. Beruntungnya Gladys, padahal dia sama sekali belum memberi kejelasan tentang hubungannya.

"Dia udah makan? Kalau belum saya kirim lewat ojol makanannya," tanya Aidan lagi pada Dita.

Dita mengangkat kedua bahunya mengisyaratkan bahwa dirinya tak tahu kabar Gladys usai dia pamit keluar rumah. Setahu Dita, Gladys sangat jarang sarapan. Dia lebih suka menunda makan dan menghabiskan uangnya untuk membeli snack, "Kalau itu nggak tau, kayaknya belum. Dia jarang sarapan. Makan juga nggak banyak-banyak amat," sahutnya.

Kebiasaan Gladys sama seperti Mama Ayana ternyata. Aidan yang mendengar pengakuan dari Dita, tak ingin melihat masalah baru. Dia ingat betul betapa khawatirnya Sang Papa saat Mamanya bolak-balik rumah sakit karena menyepelekan jadwal makan. Dan Aidan berharap hal itu tak terjadi pada Gladys.

Sontak tangan Aidan membuka salah satu aplikasi untuk memesan makanan. Dia menambahkan beberapa menu untuk ia beli. Tak membutuhkan banyak pertimbangan, tangan Aidan langsung membayar pesanannya dengan uang digital yang ada di ponselnya, "Udah saya kirim."

Dita tak tahu maksud dari kalimat Aidan, "Hah? Kirim apa?"

"Makanan buat Gladys, Pizza sama burger. Ada Ayam juga sama nasi. Ada kentang goreng sama nugget. Minumannya saya pesen semua satu-satu biar dia yang milih sendiri soalnya saya nggak tau dia suka apa. Ojek onlinenya udah menuju ke resto," jelas Aidan yang membuat Dita sontak membulatkan matanya.

Previous Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang