"Hallo Sayang!" Aidan tampak mengangkat sambungan telepon dari Gladys. Tampaknya wajah laki-laki itu bersinar karena hari ini adalah hari yang ditunggu olehnya. Hari dimana dia dan kekasihnya akan mengikat sepasang cincin pertunangan untuk melangkah ke jenjang yang lebih sakral.
"Aku udah sampai di depan rumah kamu," ucap Gladys dalam sambungan telepon itu.
Aidan terlihat menunggu di ambang pintu rumahnya karena Gladys dan keluarganya hari ini akan berkunjung, "Belum dibukain pagar?"
"Udah ada Pak Aryo," seru Gladys pada Aidan.
"Langsung masuk aja ya, Sayang! Aku udah di pintu utama," balas Aidan yang sontak menutup sambungan telepon itu dan bersiap menunggu kekasihnya yang sudah berjalan menghampiri pintu utama.
Sembari menunggu Gladys, Aidan terlihat menata dasinya lagi. Sesekali rambut klimisnya ia tata dengan jemarinya, berharap Gladys terpesona padanya. Aih!
"Mas," panggil kekasihnya itu saat Gladys terlihat berlari kecil ke arah Aidan yang membukakan pintu utama.
"Gladys," sahut Aidan yang spontan menerima pelukan dari kekasihnya itu. Dia membalas pelukan itu dengan sangat erat, "Aku khawatir sama kamu. Kirain telat datang kesini karena ada apa-apa. Syukur cuma macet aja. Nggak kenapa-napa kan?"
Dalam dekapan Aidan, Gladys menggeleng pelan, "Baik-baik aja. Ini aku sama Mama. Kak Aira nggak bisa ikut," jawab perempuan itu yang tampak pertama kali memperkenalkan Mamanya pada Aidan.
Tapi tunggu ... Melihat Mama Gladys, Aidan begitu tak asing dengan perempuan paruh baya itu. Dia pernah bertemu tapi dia seakan lupa bertemu dimana dulu.
"Ma, ini Mas Aidan. Ini rumah orang tua Mas Aidan. Rumah Mas Aidan lagi proses dibangun," seru Gladys pada Mamanya.
Aidan tersenyum ke arah perempuan paruh baya itu. Bibirnya tersenyum namun otaknya seakan mengingat dimana ia pernah menemui wanita paruh baya itu. Hingga suara Sang Mama membuatnya menoleh ke belakang.
"Kamu ... Kamu ngapain disini?" seru Mama Ayana.
Wanita itu tak kalah kagetnya dengan Ayana. Dia tak mengerti mengapa Ayana ada di rumah itu. Bahkan, Ayana memasang kilatan tajam di bola matanya saat menatap wanita yang bersama dengan Gladys. Ada amarah besar yang terpendam dalam hatinya ketika melihat wajah Mama Gladys.
"Ayana?" panggil Mama Gladys pelan.
"Kamu ngapain disini, Pembunuh!" bentak Mama Ayana.
Aidan yang mendengar Mamanya membentak perempuan yang ada di hadapannya sontak menahan tangan Mamanya untuk tak menampar Mama Gladys, "Mama!"
"Kamu ternyata anaknya pembunuh ini?" tanya Mama Ayana pada Gladys. Rasa kecewa yang timbul dari kelopak mata Mama Ayana tersirat jelas. Bak menyesal merestui hubungan anaknya selama ini. Ternyata anaknya menjalin hubungan dengan anak perempuan yang sangat dia benci seumur hidupnya.
"Sejak kapan aku dibodohi seperti ini? Apa ini semua akal-akalan kamu juga mau bunuh anak-anakku lagi makanya kamu nyuruh anakmu ini menjalin hubungan sama anakku? Terus kamu mau kembali sama Mas Jefri?" seru Mama Ayana dengan kedua tangan yang mengepal.
Bibir Mama Ayana yang bergetar hebat sengaja ia ukir senyum miring di hadapan Mama Gladys, "Pinter banget otak kamu. Atau aku yang terlalu bodoh dari dulu?"
"Mama," Aidan sedari tadi mengingatkan Mamanya untuk tak berbicara keras pada Mama Gladys. Aidan ataupun Gladys bingung sebenarnya apa yang terjadi dengan kedua orang tuanya. Hanya orang tuanya yang bisa merasakan batinnya masing-masing. Bahkan ketika Aidan ingin menghentikan ucapan Mamanya, Mama Ayana sontak membentak Aidan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Previous Love (END)
RomanceGanti cover ~~ Comeback update [Tiap Hari) Tak mencari pasangan hidup karena masih ingin membahagiakan orang tuanya adalah alibi Aidan Lavindo Alfareza. Sungguh jika disandingkan dengan saudaranya, dia sudah layak menikah karena usianya yang begitu...