"Bawa mobil jangan main hp terus!" Gladys mencubit lengan Aidan saat Aidan mengemudikkan mobilnya sembari memainkan ponsel. Di samping berbahaya, dia juga khawatir jika Aidan membalas pesan wanita lain. Lebih tepatnya bukan sembarang wanita lain. Gladys was-was saja jika Dokter Selena berharap pada Aidan lagi.
Untung saja kemarin bukan siapa-siapa yang telepon Aidan. Hanya sebatas pelanggan pet care saja. Dugaan Gladys tentang wanita lain salah besar. Meskipun Aidan benar-benar cinta mati pada Gladys, tapi sifat was-was Gladys juga masih mencuat. Takut jika Aidan tiba-tiba termakan omongan dari luar yang tidak-tidak tentang Gladys. Dan hubungan mereka jadi merenggang.
"Iya Maaf tadi ada yang urgent soalnya," jawab Aidan sembari menepuk-nepuk jemari milik Gladys.
"Dita gimana jadi ikut?" tanya laki-laki itu.
Iya, hari ini adalah hari undangan makan malam orang tua Aidan. Pertemuan ini menjadi pertemuan sekaligus acara dimana Aidan meminta restu orang tuanya. Akhirnya, dia ada di tahap seperti ini dengan wanita yang sangat dia cintai itu.
Tapi karena Gladys merasa gugup seorang diri di hadapan Papa dan Mama Aidan, dia meminta izin pada Aidan untuk mengajak Dita, "Jadi. Tapi dia katanya bawa sepupu. Nggak papa ya?"
"Sepupu?" tanya Aidan mengerutkan dahinya.
Gladys mengangguk, dia lupa memberitahu Aidan bahwa Dita membawa sepupunya juga untuk ikut, "Iya. Kebetulan sepupunya ke Jakarta. Sepupu dari Jawa. Kalo ditinggal di rumah sendirian kasihan. Bapaknya Dita kan hansip nggak di rumah juga."
"Tapi tahu alamatnya kan?" tanya Aidan.
Dan Gladys mengangguk lagi seraya tangannya memainkan jemari Aidan sedangkan laki-laki itu menyetir dengan satu tangan, "Iya udah kok. Dia mau nyusul katanya."
Saat mobil Aidan masuk ke dalam kawasan rumahnya, Aidan mengencangkan stir untuk memarkir mobilnya tepat di area parkir rumah itu. Disana ada beberapa mobil koleksi Aidan dan Azka, Adiknya. Ada juga mobil Papa dan Mamanya. Mobil Aviola tak ada karena Aviola sudah tak tinggal disana lagi.
Gladys lantas turun dari mobil kekasihnya ketika Aidan berhasil memarkir mobil itu. Aidan lantas menyusul juga untuk turun. Dia melihat seorang wanita yang dia kenal berdiri di dekat gazebo rumahnya, "Oh iya bener. Itu Dita."
Gladys pun ikut mengamati Dita dari jauh dan melambaikan tangannya ke arah Dita agar Dita mendekat ke arahnya, "Makasih ya, Mas! Udah diizinin undang Dita kesini. Terus Dita juga udah diizinin bawa sepupunya," serunya ke arah Aidan.
Aidan mengulum senyumnya sebelum ia menjawab kalimat dari Gladys, "Nggak papa. Kapan-kapan Mama kamu yang kesini," ujarnya tertawa pelan. Gladys pun ikut menyenggol lengan kekasihnya seraya ikut menerbitkan tawanya.
"Ini Jumilah?" tanya Gladys pada sahabatnya.
Dita jelas mengangguk. Dia melirik pelan Sang Sepupu sebelum menjawab pertanyaan Gladys, "Iya. Dia jauh-jauh datang dari Jawa. Nginep di rumah gue seminggu. Di rumah sendirian jadi gue ajak kesini. Libur kuliah dia," jawabnya.
"Gladys," Tangan Gladys terulur pelan ke arah sepupu Dita. Alih-alih menatap Gladys yang ingin berkenalan, Jumilah malah salah fokus ke Aidan.
"Allahuakbar. Dita, iki uwong?" tanyanya pada Dita dengan memakai bahasa jawa khas daerahnya. Dita aslinya paham bahasa jawa karena Nenek Dita juga orang jawa, meskipun ia lebih fasih memakai bahasa betawi. (Trans: Dita, ini orang?)
Tangan Dita menyenggol lengan Jumilah saat kedua pandangan Jumilah tak lepas dari tatapannya ke arah Aidan, "Wes cangkemmu ojo nggedabrus! Iki omahe uwong," bisik Dita. (Trans: Mulutmu jangan banyak cincong. Ini rumah orang.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Previous Love (END)
RomanceGanti cover ~~ Comeback update [Tiap Hari) Tak mencari pasangan hidup karena masih ingin membahagiakan orang tuanya adalah alibi Aidan Lavindo Alfareza. Sungguh jika disandingkan dengan saudaranya, dia sudah layak menikah karena usianya yang begitu...