Tak sampai tiga puluh menit, mobil Aidan sudah terparkir di depan rumah Aviola yang terletak di Kenanga Residence. Aidan melepas seat belt yang mengalung di tubuhnya. Ia melihat Gladys yang kesusahan melepas sabuk pengaman itu karena tubuhnya sedari tadi memangku Zio yang tengah tertidur.
Aidan buru-buru keluar dari mobilnya tanpa aba-aba, tujuannya untuk membukakan pintu mobil yang ada di samping Gladys. Karena keponakannya terlelap menyandar di tubuh Gladys. Aidan lah yang akhirnya membuka pintu mobil yang ada di samping Gladys dengan sangat pelan, agar Zio tak terbangun.
Tubuh tegap milik Aidan mencoba untuk memindahkan Zio ke dalam gendongannya agar Gladys bisa keluar dari mobilnya. Tanpa sepatah dua patah kata yang mencuat diantara mereka. Mereka tetap melakukan aktivitasnya dengan baik.
Kini Aidan lebih dulu masuk ke dalam pagar rumah milik Aviola yang belum sepenuhnya terkunci. Sembari menggendong Zio, langkahnya sedari tadi diikuti oleh Gladys yang juga ikut masuk ke rumah Aviola. Tangan Aidan perlahan mengetuk pintu rumah Aviola.
Sedetik ... Dua detik ... Tiga detik ... Pintu itu telah dibuka sempurna oleh perempuan cantik di hadapan Aidan. Ya, siapa lagi kalau bukan kembarannya itu. Aviola terlihat memakai piyama tidur, sepertinya piyama itu piyama dinas malamnya. Ah, lupakan masalah dinas malam. Bukan saatnya membahas tentang dinas malam.
Kini kembali ke Zio yang belum sepenuhnya berpindah ke tangan Aviola karena Aviola saat ini tak bisa menggendong anaknya itu. Dia sedang hamil tua. Dan suami protektifnya tak mungkin membiarkan Aviola menggendong Zio yang beratnya melebihi janin yang Aviola kandung.
"Anak gue tidur?" tanya Aviola pada Aidan.
Aidan mengangguk. Netranya mengisyaratkan Aviola untuk mengizinkannya masuk ke dalam, "Iya."
Belum sempat Aidan masuk ke dalam rumah. Tangan Aidan ditahan oleh Aviola saat Aviola melihat sosok yang ia kenal. Dahi Aviola spontan berkerut saat melihat perempuan yang menjadi guru les anaknya tiba-tiba tanpa angin tanpa hujan bersama dengan kembarannya yang masih berstatus bujang lapuk. Sontak saja sorot mata curiga hadir di benak Aviola saat Aviola mencurigai langsung kembarannya itu, "Loh ... Miss Gladys sama .... Ini maksudnya apa ini?"
"Lo godain guru anak gue?" sidaknya pada Aidan yang masih menggendong anaknya yang tengah terlelap.
Mendengar cuitan dadi Aviola. Kepala Aidan menggeleng. Ia menghela napas panjangnya karena menerima pertanyaan Aviola yang tak penting itu, "Bawa Zio ke kamar. Jangan banyak ngomong kamu! Udah malem."
Aviola masih tak terima sebelum ia menerima penjelasan langsung dari Aidan. Tangannya masih menahan tangan Aidan untuk tak beranjak. Sedangkan sedari tadi Gladys bingung ikut menelusup menjawab pertanyaan Aviola dengan jawaban apa, "Nggak ... Nggak ... Miss Gladys kok bisa sama curut ini? Maksud saya Miss Gladys kok bisa bareng sama Aidan?" tanya Aviola pada Gladys.
Belum mencuat jawaban dari Gladys. Mulut Aviola sudah penuh dengan cuitan-cuitan lainnya yang membuat Aidan semakin menggeleng-gelengkan kepalanya. Bisa-bisanya dia satu rahim dengan perempuan banyak tanya seperti Aviola. Atau? Mungkin gen dari salah satu orang tuanya membuat sikap kembarannya jadi seperti ini?
"Padahal tadi kata Mama, Mama bilang kamu sama dokter Selena. Belajar mau mainin hati cewek lo ya? Mentang-mentang bujang belum nikah. Semua diembat sampai guru anak gue juga mau lo embat juga," seru Aviola.
"Kalau udah selesai ngomong. Panggilkan Mas Bagaskara!" pinta Aidan usai mendengarkan celotehan dari Aviola yang sama sekali tak ia jawab.
Aviola mendengus. Bukannya memanggil suaminya. Dia masih sibuk meminta penjelasan ke Aidan, "Aidan ... Gue belum selesai ngomong. Jangan kebiasaan motong kalimat-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Previous Love (END)
RomanceGanti cover ~~ Comeback update [Tiap Hari) Tak mencari pasangan hidup karena masih ingin membahagiakan orang tuanya adalah alibi Aidan Lavindo Alfareza. Sungguh jika disandingkan dengan saudaranya, dia sudah layak menikah karena usianya yang begitu...