Part 40 - Menuju Hari H

1.5K 212 11
                                    

Maap ye update lama. Reread chapter sebelumnya ya biar gak lupa alur wkwk. Oke see you ending. Sad or happy? Wkwk

💝💝💝

"Sela?" Aidan menatap perempuan yang baru saja memanggilnya. Begitupun juga dengan Gladys yang ikut menatap perempuan itu karena penasaran siapa gerangan yang tengah memanggil kekasihnya.

"Hey! Kamu apa kabar?" ujar perempuan itu sembari menepuk pundak Aidan.

Aih. Perempuan dengan senyum manis pemilik gigi gingsul itu menatap Aidan dengan tatapan teduhnya. Hal itu sedikit membuat Gladys terbakar cemburu. Pasalnya, siapa yang tak menyukai kekasihnya itu? Tampang menawan, duit selalu terpampang.

"Baik," balas Aidan yang ikut tersenyum ketika melihat perempuan itu..

"Kenapa ada disini? Mau nikah?" tanya perempuan itu lagi. Kebetulan perempuan itu bertemu dengan Aidan di tempat butik gaun pernikahan.

"Ya, bentar lagi," jawab Aidan kemudian. Gladys hanya mengamati sejauh mana kekasihnya berbicara dengan perempuan yang asing baginya.

"Ini calon istri kamu?" tanya perempuan itu pelan sembari menatap Gladys yang sedari tadi memilih bungkam di samping Aidan.

Bibir Aidan sedikit terkekeh, "Iya," balasnya pelan.

"Terus ini siapa? Anak? Kamu duda?" tanya perempuan itu lagi dengan tawa pelannya karena melihat Zio di tengah-tengah Gladys dan Aidan.

"Bukan. Dia keponakan. Anaknya Aviola," jawab Aidan saat perempuan itu bertanya terus padanya. Sampai-sampai Gladys sedikit kesal karena perempuan itu tak kunjung beralih dari tatapan Aidan.

"Saking nggak pernah ketemunya kita, aku sampai lupa kalau Aviola udah nikah. Oh iya Dan! Hari ini aku ada urusan padet banget. Kapan-kapan kalau longgar kita reuni ya? Aku ada urusan lain, aku pamit dulu," seru perempuan itu yang seketika pamit saat netranya melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Iya hati-hati," balas Aidan singkat.

Belum sepenuhnya perempuan itu pergi dari ambang pintu, tangan Gladys bersendekap dada di hadapan Aidan dengan tatapan tajam dan bibir yang kian mengerucut bak mengintimidasi tersangka yang ada di hadapannya, "Dia siapa?"

"Temen SD," jawab Aidan.

"Nggak usah cemburu sama dia. Dia udah punya anak tiga. Apanya yang mau dicemburuin, hm?" tanya Aidan pada Gladys.

"Anak tiga maksudnya janda anak tiga apa masih punya suami?" tanya Gladys lagi yang membuat Aidan tak bisa menyembunyikan tawanya.

"Udah punya suami, Sayang!" jelas Aidan.

Tangan laki-laki itu lantas mengambil tubuh keponakannya untuk ia gendong usai Gladys selesai menjajal beberapa gaun yang ada di butik itu, "Lihat Aunty kamu! Kalau cemburu wajahnya kayak ondel-ondel," ledek Aidan.

Sontak kalimat itu mendapatkan respon negatif dari raut wajah Gladys, "Ulangi tadi ngomong apa?"

"Becanda," balas Aidan terkekeh saat mendapatkan  tatapan maut dari Gladys.

Sembari menunggu pemilik butik mendata gaun mana saja yang sesuai dengan pilihan Gladys. Aidan memilih untuk duduk di salah satu sofa sembari memangku tubuh keponakannya itu, "Tadi Mama bilang ke aku kalau nanti Mama kamu dipesenin Papa penginapan di hotel. Lumayan kamu bisa temenin Mama kamu nginep disana selama acara kita. Dari pada Mama kamu tidur di Kos. Jadi Papa mesenin hotel buat nginep sementara."

"Nggak usah, Mas! Nginep di Kos aja. Lagian Mama nggak lama di Jakarta. Kalau acara kita udah selesai nanti Mama balik lagi ke rumah. Dita juga kasihan dia nggak ada temen di Kos kalau aku sama Mama nginep di hotel," jawab Gladys yang menolak tawaran Aidan.

Previous Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang