22-KONSEP BAIK DENGAN SUNGGUH

3.1K 234 10
                                    

Hai brodii, para pembaca yang akan mengikuti alur cerita. Pokoknya cerita ini penuh dengan beragam rasa.

BANTU VOTE AND COMEN DI SETIAP PARAGRAF

Selamat membaca pokoknya!

Selamat menikmati tulisan tentang sosok yang menjadi pemeran.

SALAM ALLGRASR!
SALAM SATU JALAN!

"Sementara semesta akan membiarkan dua anak manusia itu tersenyum dengan waktu yang ada."
🧊🧊🧊

22- KONSEP BAIK DENGAN SUNGGUH

Hujan yang turun ke bumi tidak membuat geografis SMARYA sunyi, wilayah itu tetap ramai dengan suara para penghuninya, padahal kelas sudah berakhir 30 menit yang lalu sebab para tenaga pengajar sedang melakukan rapat tahunan. Nea dan Wafi berjalan di koridor utama SMARYA. Mereka dari koperasi sekolah, mengambil fotocopy-an soal matematika peminatan tempo hari.

Lapangan Futsal di penuhi oleh Pasukan Benteng. Mereka bermain Futsal ditengah rintik hujan. Senyum Nea merekah saat matanya tidak sengaja menyaksikan Atroska yang membobol gawang Alam.

"Gue iri sama pertemanan mereka Nea," ucap Wafi. Perempuan itu menghentikan langkahnya, sengaja memberi waktu untuk melihat lingkaran hangat itu. "Di kehidupan yang nggak lama, emang harus punya suara senang yang selalu ikut kemana pun seperti mereka."

Sorot mata Nea mengambarkan hangat dari perasaanya. "Dulu pemikiran gue tentang mereka terlalu jelek sampai gue lupa bahwa mereka juga punya hak dianggap baik di mata manusia."

"Gue rasa pemikiran itu bukan cuma hinggap di kepala lo, sebelum kenal salah satu dari perkumpulan itu, penilaian gue tentang ALLGRASR juga buruk." Kebanyakan dari manusia memang suka menilai seseorang dari apa yang ia lihat, padahal kendatinya interaksi lebih memiliki peran tentang kelayakan. "Harusnya gue sadar bahwa kita bisa nilai orang itu baik atau enggak kalau kita udah ikut masuk ke dalam zonanya."

"Prosedurnya bukan lihat lalu simpulkan tapi baca isinya lalu maknai maksudnya," balas Nea. "Sederhana tapi banyak yang gagal."

1 jam tidak akan pernah lebih dari 60 menit. 1 menit tidak akan pernah lebih dari 60 detik. Sederhana, semua sudah indah dengan ketetapannya.

"Nea," panggil Wafi. "Tentang Atroska yang lo sebut sekedar menjaga lo dari Fazi, gue rasa lo keliru. Melindungi nggak harus belain sampai berantem sama Rifal. Melindungi juga nggak harus nganter sampai kelas. Kalau gue bilang Atroska suka sama lo, lo percaya?"

Nea menatap Wafi dengan senyum tipis. Gelengan kepala menjadi jawaban untuk pertanyaan Wafi. "Dia nggak boleh suka sama gue. Atroska nggak mungkin suka gue." Bagaimanapun keadaannya nanti tentang rasa atas nama suka tidak boleh tumbuh dan berkembang di antara mereka. 

"Lo nggak bisa membatasi rasa milik seseorang Nea," balas Wafi setelah kalimat Nea menjadi jeda beberapa saat. "Tentang rasa suka atau tertarik untuk Atroska, lo sama sekali nggak punya?"

Nea kembali memusatkan atensinya ke arah lapangan futsal, matanya menatap sosok yang serang dibicarakan. "Mungkin suka, kalau gue nggak tau maksud sikapnya ke gue karna gue tau tujuannya apa tentang rasa suka itu nggak ada," sebut Nea meski sebenarnya ia juga tidak mengerti dengan banyak hal yang tiba-tiba menganjal perasaanya.

"Lo jujur? "

"Bohong pun itu masalah gue, Fi."

"Lo dijaga dengan sungguh Nea," kata Wafi.

UNTUK ATROSKA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang