35-SEIKHLAS AWAN MENCINTAI HUJAN

2.7K 225 9
                                    

Hai bung, para pembaca yang akan mengikuti alur cerita. Pokoknya cerita ini penuh dengan beragam rasa.

BANTU VOTE AND COMEN DI SETIAP PARAGRAF

Selamat membaca pokoknya!

Selamat menikmati tulisan tentang sosok yang menjadi pemeran.

SALAM ALLGRASR!
SALAM SATU JALAN!

"Seperti apapun akhirnya nanti kamu harus tau perasaan ini bukan sekedar rasa yang timbul karna terbiasa."
🧊🧊🧊

35- SEIKHLAS AWAN MENCINTAI HUJAN

Nea menatap ponselnya dengan tatapan kosong, melihat foto dirinya bersama Atroska yang diambil Jeka beberapa hari lalu di parkiran. Senyum ceria di foto itu kontras dengan rasa menganjal yang menghinggapi hatinya. Kini, mereka terasa begitu jauh.

"Dikasih kesempatan natap langsung nggak mau, giliran fotonya ditatap terus," ujar Wafi ketika tidak sengaja melihat apa yang ada di ponsel Nea.

"Gue lagi bersihin galeri."

"Percaya," balas Wafi. "Lo nggak tau kan semanjak lo jauhin Atroska udah berapa orang yang jadi samsaknya? "

"Samsak? " beo Nea.

"Iya dan nggak cuma itu, Atroska balap liar kemarin dan dia minum, seliar itu Atroska. Alam yang ngelarang dia untuk berhenti minum malah dibogem. Kenapa lo jauhin Atroska? Padahal dia sesayang itu sama lo? Dia nggak pernah sembarang tentang perasaan."

Nea tersenyum kecil. "Tapi gue nggak bisa untuk terus-terusan ada buat dia."

"Emang lo mau kemana? " tanya Wafi. "Mau kembali sama Haikal? "

"Lo nggak akan paham," balas Nea kemudian melangkah keluar kelas.

"Cuma mau bilang, perasaan seseorang ada masanya Nea. Kalau sosok seperti Atroska berhenti memperjuangkan lo, bisa gue pastiin lo akan tau gimana rasanya diposisi Anala yang ngejar-ngejar Atroska," teriakan Wafi yang tidak mendapatkan respon apapun tapi Wafi percaya Nea mendengarnya.

**

Nea berjalan perlahan di koridor gedung seni. Tiba-tiba, namanya dipanggil dengan lembut, namun suaranya seakan datang dari segala arah. Nea menoleh ke kiri dan kanan, mencari sumber suara tersebut, tetapi hanya menemukan keheningan yang membingungkan.

"Kakak geng motor."

"Lo dimana? " tanya Nea.

"Disini kak."

"Disini dimana? "

"Serong kanan kak." Nea membulatkan matanya melihat sosok adik kelas yang memangilnya tadi.

"Lo ngapaian di samping tong sampah gini? " tanya Nea mendekat.

"Lagi ngumpet kak." Nea membantu perempuan itu berdiri. "Kak nanti ketahuan."

"Disekolah nggak boleh main petak umpet."

Perempuan itu mengedarkan matanya menatap sekeliling. "Bukan main petak umpet kak tapi uang jajan gue dimintain terus sama bendahara sekolah."

"Bendahara kelas," sebut Nea mengkoreksi.

"Bukan kak, kalau bendahara kelas cuma minta sekali seminggu tapi bendahara sekolah mintanya setiap hari."

Nea mendengus mendengar pertanyaan itu, ah, perempuan polos itu dipalak. "Siapa yang minta ke lo? "

"Nggak tau namanya kak."

UNTUK ATROSKA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang