72-TAHUN TERHEBAT DENGAN PERELAAN TERBERAT

5.6K 332 73
                                    

LAST PART

HALLO!

TERIMA KASIH KARNA MASIH SUDI BERSAMA SAMPAI AKHIR BAB.

APAPUN ENDING DALAM KISAH INI SEMOGA SAMA-SAMA BISA DI TERIMA DAN DI MAKAI DARI SUDUT PANDANG YANG BAIK.

SALAM ALLGRASR!
SALAM SATU JALAN!

"Di cerita ini dia masih menjadi tokoh utama yang dinantikan kembalinya."
-Nasyra Eurleska Asheva-

🧊🧊🧊

72-TAHUN TERHEBAT DENGAN PERELAAN TERBERAT

Rasanya bumi sedang memperlihatkan suasan lain. Banyak perbedaan, bukan kurang tapi hilang.

Dunia memang tidak bisa ditebak. Kemarin mereka di buat senang karna sudah lima tahun bersama setelah itu kembali di buat kehilangan dan hari ini mereka dipaksa merelakan.

Sedih sekali memang.

Hari ini adalah hari terakhir raga ketua ALLGRASR berkumpul bersama anggotanya. Hari ini adalah hari terakhir mereka memberikan pengabdian pada ketua yang memegang harga mati dari sebuah perjuangan.

Dari semalam sampai sore ini ALLGRASR mengawal ketua mereka. Mulai dari rumah sakit ke rumah duka dan sekarang berakhir di rumah baru sang ketua, bersebelahan dengan kakeknya.

Kerabat, orang-orang, siswa SMARYA, dewan guru, sudah meninggalkan tempat ini dari sepuluh menit yang lalu.

Acara pemakaman selesai, pasukan Benteng mengamati makam yang bertuliskan ATROSKA GALASTARES AGNI.

Cowok itu kembali mengunakan nama Agni. Terlahir dengan nama Agni dan pulang dengan nama yang sama.

Aya, Nea dan Wafi masih ditempat ini. Namun mereka memberi jarak agar tidak mendengar pasukan Benteng berbicara dengan ketua mereka, menyedihkan.

"Tadi gue sama Alam mimpin 357 barisan, Ska. Bukan mendahului lo, lo tetap di depan." ujar Utra tertahan, karna mereka mengiringi ambulans Atroska yang ada didepan.

"Di depan tapi nggak keren, Ska. Masa lo nggak naik motor." lanjut Egon dengan senyum getirnya.

Utra menganguk, "Jalanan tanpa lo udah nggak menarik, Ska."

"Jiwa kita semua juga ikut lo bawa pergi soalnya." timpal Egon, dilihat dari fisik masing-masing pasukan Banteng tampak tidak bertenaga. Mata mereka sembab.

"Sialan lo, setelah ini gimana? Lo mau liat kita yang seperti apa tanpa lo Ska? " desis Alam dengan mata yang berkaca-kaca.

Semua pasukan Benteng merasakan hancur yang sama. Namun Alam dan Jeka tidak bisa mengendalikan kehilangan mereka.

"Gue emang minta untuk jaga adik lo, Ska tapi bukan berarti lo berhenti." ujar Jeka dengan nada kesalnya, cowok itu menangis. Tidak marah, tidak kecewa hanya belum menerima bahwa ketuanya pulang lebih dulu.

Alam menatap nama dan tanggal yang tertera di nisan Atroska. Kemudia cowok itu tersenyum kecut.

Bangun bodoh, lo terlihat kalah sekarang, batin Alam Lantangi.

Ungkapan itu bukan sebuah ejekan. Itu adalah ungkapan rasa kehilangan yang tidak bisa Alam kendalikan.

Alam kehilangan.

"Tarikan nafas terakhirnya pun masih memberikan manfaat untuk orang lain." kata Dama.

"Masih memberikan penjagaan dan rasa aman." Cowok pintar itu terlihat paling tegar sejak kemarin. Namun diam adalah cara Dama untuk menikmati rasa kehilangan dan kesedihan.

UNTUK ATROSKA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang