51-MANTRA YANG GAGAL BERSAMA

2.6K 203 5
                                    

HALLO!

SALAM ALLGRASR!
SALAM SATU JALAN!

"Setidaknya, susu kotak itu hadiah untuk hati yang kian rapuh dan menjauh."

🧊🧊🧊

51-MANTRA YANG GAGAL BERSAMA

Sinar terik dari matahari menyinari halaman SMA TATASURYA. Di sudut-sudut sekolah, terdapat kelompok siswa yang berkumpul untuk berdiskusi ringan di jam istirahat.

Buk Nong berkacak pinggang, matanya tajam menatap anggota ALLGRASR yang berdiri di depan ruangannya. "Apa yang kalian lakukan?"

"Nunggu teman kita yang ada di dalam, Buk," jawab Egon dengan nada sopan.

"Masuk kelas sekarang!"

Egon menggeleng. "Nggak bisa, Buk. Kalau Atroska sama Jeka dihukum, kita semua harus ikut juga."

"Lakukan perubahan. Kalian sebentar lagi naik ke kelas 12," kata Buk Nong, suaranya tegas namun penuh pengertian. Tidak ada jawaban dari anggota ALLGRASR, hanya diam dan anggukan. "Solidaritas kalian memang bagus, tapi bukan seperti ini cara kerjanya."

Pintu terbuka, menampilkan Atroska dan Jeka yang baru keluar. Keduanya bergabung berdiri di antara anggota ALLGRASR lainnya. "Buk, izin melaksanakan hukuman," ujar Jeka dengan senyum lebar.

"Cepat ke lapangan utama," perintah Buk Nong dengan tegas. "Kalian juga, masuk kelas sekarang!"

"Maaf, Buk, kami semua izin ikut serta," sahut Alam, yang merasa perlu menjelaskan keikutsertaan mereka.

Buk Nong menarik napas panjang. "Ingat, kasus kalian belum sepenuhnya selesai, dan penilaian buruk tentang geng kalian masih ada. Ibuk tidak mau menghakimi, tapi kalian harus tetap ingat kasus itu." Suasana menjadi hening sementara semua mencerna kalimat Buk Nong. "Silakan ikuti mereka berdua," lanjutnya setelah memberikan persetujuan. Dengan itu, anggota ALLGRASR segera menyusul kedua orang penting dalam perkumpulannya.

**

Di lapangan utama, barisan ALLGRASR sudah ada, Atroska berdiri paling depan. Wajahnya yang datar semakin menambah kesan menakutkan, aura yang dikeluarkannya terasa semakin tidak bersahabat.

"Kenapa bisa ketahuan?" tanya Alam pada Atroska yang berdiri di sebelahnya.

"Rifal," jawab Atroska singkat. Ini adalah pertama kalinya tim disiplin sekolah melakukan pengecekan di WARPAM.

"Harus dikasih pelajaran," gumam Alam dengan nada geram.

"Nggak perlu. Gue punya cara sendiri untuk bikin dia merasa bersalah," balas Atroska dengan tegas.

Padahal, sebelumnya di WARPAM, Atroska dan Jeka baru saja beristirahat setelah semalam membantu Pak Muh memperbaiki warung agar lebih nyaman. Keduanya berperan paling besar dalam pekerjaan tersebut.

"Nggak kerasa, udah mau kelas 12 aja gue," kata Egon dengan nada melankolis, baginya berlarut dalam pembahasan menyebalkan adalah hal yang harus dihindari.

"Lo? Kita-kita juga, kali!" protes Jeka, mempertegas bahwa mereka semua merasakan waktu yang sama cepat berlalu.

"Kalau lo naik kelas," cibir Egon. "Ujian sudah di depan mata, sebaiknya kalian banyak-banyak berdoa agar bisa menjadi manusia yang berbangga."

"Doa tanpa usaha bohong!" sahut Jeka.

"Usaha tanpa doa sombong!" Egon membalas dengan memeletkan lidahnya.

UNTUK ATROSKA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang