HALLO!
SEMOGA MASIH MENYUKAI ALUR CERITA YA!
JANGAN BOSAN MEMBACA, KARNA ADA KEJUTAN DISETIAP PARTNTA.
AKU CUMA MAU MINTA VOTE CERITA UNTUK ATROSKA YA, MARI KITA TUMBUH BERSAMA.
BERSAMA HATI YANG MASIH SENDIRI DAN MEMILIH MEMBACA CERITA FIKSI, FIKSI?
JANGAN MENGAGUMI TOKOH SECARA BERLEBIHAN, KARNA AKU PERNAH DAN SUSAH MELUPAKAN.
KAPAN SI HAPPYNYA?
KAPAN SI BARENGNYA?
ADA, TENANG AJA, MEREKA MEMILIKI KESEMPATAN UNTUK SAMA-SAMA KOK, TAPI SABAR, MUNGKIN BELUM WAKTUNYA.JADI KAPAN THOR?
KAPAN, KAPAN, KAPAN YA KAPAN, BACA AJA YAA KEPANJANGAN NI!
SALAM ALLGRASR!
SALAM SATU JALAN!"Datang dan pergi dalam kehidupan hanya sebuah gerbang untuk kehilangan."
-Damapala Emilo-🧊🧊🧊
48-GERBANG UNTUK KEHILANGAN
Sudah lebih dari seminggu tanpa kabar dari Nea, Atroska merasa seolah waktu bergerak lebih lambat dari biasanya. Hari-harinya penuh dengan penantian yang sunyi, seakan setiap detik adalah sebuah harapan yang tak kunjung terjawab. Pikirannya terus-menerus dipenuhi pertanyaan—di mana Nea berada, apa yang sedang terjadi, dan kapan semua ini akan berakhir? Setiap suara langkah kaki di luar pintu, setiap bunyi dering ponsel, membuat hatinya berdegup kencang, hanya untuk disambut oleh keheningan yang membuatnya semakin tenggelam dalam rasa cemas. Penantian itu terasa seperti malam yang tak berujung, dan Atroska hanya bisa berharap bahwa suatu hari, Nea akan kembali membawa cahaya yang hilang dari dunianya.
Atroska berjalan menuju kelas XI MIPA 3 dengan langkah cepat, harapan untuk menemukan Nea mulai memudar seiring detik berlalu. Sesampainya di depan pintu kelas, ia menghela napas panjang. Pandangannya menyapu seluruh ruangan, namun bayangan Nea tak juga terlihat. Decakan frustrasi lepas dari bibir Atroska, membiarkan rasa kecewa meresap dalam dirinya.
"Ska?" Panggil Dama. Laki-laki itu tampak penasaran sekaligus khawatir melihat ekspresi Atroska yang muram. "Mau lo cari kemana lagi?"
Atroska terdiam sejenak, mencoba berpikir di mana lagi ia bisa mencari Nea. Sejujurnya, ia sudah kehabisan ide. "Kemanapun kaki gue melangkah."
Dama memilih diam, memahami bahwa ini bukan saatnya untuk berbicara banyak. Lelaki itu hanya mengikuti dari samping, memberikan dukungan dalam keheningan. Atroska tidak menuju kelasnya, melainkan berbelok ke arah lorong kosong—tempat yang sering ia jadikan pelarian saat bosan dengan rutinitas sekolah.
"Lo mau ikut gue bolos?" tanya Atroska dengan nada datar, tanpa menoleh ke arah Dama.
Dama menghela napas, seolah mempertimbangkan situasi. "Untuk apa lo kesekolah kalau ujung-ujungnya bolos?"
Pertanyaan itu menusuk tepat di hati Atroska. Ia sudah kehilangan tujuan, dan Dama tahu itu. Namun, jawaban Atroska tetap muncul, lebih untuk dirinya sendiri daripada untuk menjawab Dama. "Untuk memastikan perempuan berjaket itu udah menginjakkan kaki di sini, dan nyatanya, jawaban hari ini sama dengan kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK ATROSKA (END)
Novela Juvenil-Karna hal menyakitkan itu menyelusup menjadi tragedi yang abadi sebagai peristiwa- Sampai pada suatu masa yang sebenarnya, Karna memang tak ada yang selama jika masih berdiri dibumi. Tidak hilang namun hanya berganti bentuk menjadi kenangan. Bukan...