55-BUMI DENGAN TULISAN KUNO

2.5K 203 5
                                    

HALLO!

SALAM ALLGRASR!
SALAM SATU JALAN!

"Sampai bertemu secara tidak sengaja dalam dinginya keasingan."
🧊🧊🧊

55-BUMI DENGAN TULISAN KUNO

Seminggu ke depan adalah periode tenang menuju ujian, hanya siswa yang belum menyelesaikan tugas dan siswa rajin yang masih mengunjungi SMARYA. Pasukan Benteng kini berada di apartemen Atroska. Dua hari setelah acara besar, SMARYA, laki-laki bermata elang itu, jatuh sakit. Meski kondisinya memburuk, ia menolak untuk diperiksa oleh dokter keluarganya, tetap bersikukuh untuk menghadapi sakitnya sendiri.

"Atroska gimana?" tanya Dama yang berjalan mendekat dari arah balkon. "Mau ikutin keras kepalanya sampai kapan?"

"Sampai dia manggil kita, terus bilang gue ikutin kata lo semua aja," jawab Egon.

Alam terkekeh. "Ngelawak lo, Gon. Sampai gue punya cicit juga nggak akan kejadian yang lo bilang."

"Haha, semustahil itu, kacau," tawa Egon. "Ada saran?"

"Kalau maunya gue sih langsung angkut ke rumah sakit aja. Kita ikat tangannya, kita sekap mulutnya, kita tutup matanya, lalu kita gotong," tutur Jeka mengebu-gebu.

Dama melempar Jeka dengan bantal sofa. "Ini lebih gila lagi. Suhu tubuh yang tinggi tanpa diapa-apain bisa berakibat fatal, bisa lewat."

"Nggak secepat itu juga lewatnya boy," timpal Jeka. "Ketua gue batu, mau lo pada bujuk gimana juga nggak akan denger."

"Ada yang punya saran nggak? " tanya Alam.

"Bawa Nea kesini aja, siapa tahu luluh," celetuk Egon.

"Gue coba." Tanpa berpikir panjang, Alam segera mengambil kunci mobil Atroska. Ia berharap apa yang dikatakan Egon benar adanya.

Jeka berdiri dari duduknya lalu melangkah menuju kamar Atroska. Setelah mengetuk beberapa kali, Jeka terkekeh sendiri melihat aksinya yang terasa aneh.

"Sopan banget gue pakai ngetuk segala," gumam Jeka. "Bos, gue masuk."

Atroska membuka matanya sedikit lalu kembali terpejam. "Lo ngarep siapa yang masuk, bos?"

"Malaikat pencabut nyawa," balas Atroska asal.

"Serem juga," kekeh Jeka. Tanpa babibu, ia merebahkan diri di kasur ketuanya. "Atroska, Atroska, lemah banget sih, masa cool lo kalah sama hot."

"Lo ngeledek gue?" tanya Atroska dengan nada berat.

"Buat buka mata aja lo susah. Aduh, gimana kalau kita sparring sekarang?" tantang Jeka dengan dramanya.

"Lo pikir keadaan gue yang sekarang nggak bisa bikin mulut lo diam?" sentak Atroska. "Pakai nantangin gue sparring segala."

"Ya nggak bisa lah, bos. Coba lihat diri lo yang lemah dan tidak bertenaga. Sungguh mudah sekali untuk dikalahkan." Sempat diam beberapa saat sampai terdengar suara. "Eh, eh, eh, bos. Bercanda gue, baperan amat." Dengan sigap, Jeka melompat dari kasur Atroska karena hampir saja terjadi kekerasan dalam pertemanan.

"Makanya jangan berisik!"

Jeka memutar-mutar lengannya. "Sakit nih."

"Mending lo keluar, Jek. Gue lagi butuh samsak sekarang." Ancaman Atroska sukses mendapatkan sikap hormat dari Jeka. Meskipun dalam keadaan seperti ini, tenaga Atroska cukup membuat Jeka ketar-ketir.

UNTUK ATROSKA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang