BANTU VOTE AND COMEN DI SETIAP PARAGRAF
SALAM ALLGRASR!
SALAM SATU JALAN!"Jika memang siklusnya seperti ini, lalu bagaimana cara membuatnya berhenti? "
🧊🧊🧊
46-SUDUT YANG SUNYI
Di dalam markas ALLGRASR, Atroska dan pasukan Benteng berkumpul di ruang tengah yang nyaman. Dengan seragam sekolah yang tidak lagi rapi, mereka duduk melingkar di sekitar meja kayu besar, bersahut kata ringan di sela-sela waktu. Canda tawa mereka memenuhi ruangan, seolah-olah markas ini adalah rumah yang aman dari segala ancaman yang mengintai di luar tembok-temboknya.
Atroska asyik dengan ponsel. Di sampingnya, Egon tampak tidak terlalu peduli dengan suasana sekeliling, lelaki itu tidur menelentang di sofa, seolah-olah sofa itu adalah kasur yang nyaman. Posisi tidur Egon membuatnya tampak tenggelam dalam mimpi, sementara Atroska terbenam dalam layar ponselnya.
"Iya cantik," gumam Egon, terlelap dalam keadaan mengigau. "Sini peluk," rancang Egon, tangannya meraih Atroska yang duduk di dekatnya, menariknya dengan lembut.
"Sialan," umpat Atroska ketika tiba-tiba tertarik, menyadari ulah Egon. Alam, Dama, dan Jeka tak bisa menahan tawa melihat situasi tersebut. Atroska berdiri dan berpindah tempat, mencoba menjauh dari gangguan itu.
"Biarin aja, Ska, hitung-hitung lo latihan dipeluk," ledek Dama sambil tersenyum.
"Sekate-kate ni google, biarpun jomblo ketua gue, nggak perlu berlatih," bela Jeka dengan nada bercanda.
"Perlunya apaan?" tanya Dama, penasaran.
"Perlunya ayang Nea," jawab Jeka dengan senyum lebar. "Eh, tapi ayang Nea butuh lo nggak, bos?"
Atroska mengangkat bahunya. "Butuh nggak butuh gue akan tetap pastiin dia baik-baik aja. Meski tidak dari dekat."
"Selalu egois memang manusia ini," sebut Alam. "Konsepnya dia nggak butuh terus lo ngapain pakai acara menjaga."
"Pakai hati jadi nggak masuk kategori egois itu," balas Jeka. "Kategori egois itu saat lo terang-terangan nolak kehadirannya, nggak baik begitu, jahat nolak hadirnya seseorang. Jangan gitu lagi ya, Alam."
"Gue nggak pernah nolak kehadiran seseorang."
"Yakin?"
"Menurut lo? " tanya Alam.
"Cewek yang ngasih lo plester kemarin siapa? " tanya Jeka dengan ekspresi menyebalkannya. "Kenapa lo usir?"
"Sialan. "
**
Atroska melemparkan jaket ALLGRASR-nya ke sembarang tempat dan merebahkan diri di sofa yang terletak di ruang bergaya American Classic. Mata elangnya terpejam, menikmati ketenangan yang selalu dirasakannya saat berada di sini. Tempat ini adalah satu-satunya yang memungkinkan Atroska untuk benar-benar menurunkan topengnya. Di sini, di ruang yang nyaman ini ia tidak harus terlihat menjadi yang paling kuat, semua kepura-puraan itu sirna, menyisakan dirinya yang sebenarnya.
"Sepertinya ketua ALLGRASR lupa dengan tempat ini," suara berat itu membuat Atroska spontan berdiri.
Pria bertubuh tegap yang berdiri di ambang pintu tersenyum ke arah cucunya. Atroska melangkah memeluk sang kakek. "Atroska nggak akan lupa, kek."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK ATROSKA (END)
Teen Fiction-Karna hal menyakitkan itu menyelusup menjadi tragedi yang abadi sebagai peristiwa- Sampai pada suatu masa yang sebenarnya, Karna memang tak ada yang selama jika masih berdiri dibumi. Tidak hilang namun hanya berganti bentuk menjadi kenangan. Bukan...