Hai bung, para pembaca yang akan mengikuti alur cerita. Pokoknya cerita ini penuh dengan beragam rasa.
BANTU VOTE AND COMEN DI SETIAP PARAGRAF
Selamat membaca pokoknya!
Selamat menikmati tulisan tentang sosok yang menjadi pemeran.
SALAM ALLGRASR!
SALAM SATU JALAN!"Selagi bumi masih berputar pada porosnya."
🧊🧊🧊23- MASALAH YANG MENYENANGKAN
Suara jarum jam yang terdengar mengambarkan kesunyian di ruangan besar ini. Padatnya kendaraan yang berlalu lalang hanya menyibukkan mata namun tidak dengan telinga sebab hanya bisa dilihat tanpa suara. Perempuan dengan jaket hitam tersenyum menatap padatnya aktivitas di luar sana dari balik kaca, setelahnya mata tenang itu menyapu tiap sudut ruangan yang terbilang nyaman dengan nuansa monokrom.
"Nggak papa kan kalau disini dulu?" tanya Atroska. Lelaki itu baru saja keluar dari kamarnya dengan baju kaos hitam yang masih dipadukan dengan celana abu-abu SMA-nya. "Ada demo buruh di jalan utama Sudirman, macet, nggak bisa lewat. Tunggu aman dulu baru gue antar pulang."
Nea mengangguk sepakat. "Lo tinggal di sini sendiri?" pertanyaan Nea mendapatkan anggukan dari Atroska. "Sendiri banget emang?" tanya Nea lagi.
"Nggak semenyedihkan isi kepala lo, sendiri itu gue juga butuh," sebut Atroska menatap lurus jendela kaca yang ada di depannya. "Apartemen ini emang punya gue tapi manusia rusuh yang lo lihat sama gue setiap hari jadiin ini rumah kedua mereka. Tempat ini jarang punya ketenangan karna gue punya mereka yang berisik."
"Teman-teman lo baik ya," puji Nea. Sebab agar tetap bertahan dalam seleksi semesta harus punya mereka yang kompak dan menyenangkan dengan segala ketidakjelasannya. "Lo beruntung."
"Punya teman itu harus yang berguna Nea bukan sekedar menuhin eksistensi lo soal petualangan remaja aja. Sama mereka gue memang beruntung karna ego yang gue punya bisa mereka tegur ketika yang gue lakukan adalah kesalahan." Manik mata Atroska menatap Nea dengan tenang. Seolah-olah memberitahu bahwa untuk pertemanan laki-laki itu tidak gagal. "Kalau nggak ketemu mereka gue nggak akan jadi Atroska yang lo lihat di detik sekarang."
Katanya ketika sudah bisa membedakan mana yang benar dan yang salah seseorang bisa dianggap memiliki kendali atas hidupnya, anehnya bagi raga yang tidak tau apa arti dari keluarga hilang arah akan selalu menjadi teman perjalanan. Untuk Atroska Galastares, selamat sebab masih memiliki lingkaran hangat yang sepaham agar tidak dipeluk hilang arah berkepanjangan.
Nea berdiri dari duduknya, tangan perempuan itu tergerak mengambil selembar foto polaroid yang ada di meja TV Atroska. "Anala, cantik," ucap Nea. "Lo nggak mau balikan aja, Ska? ayo gue bantu."
Sorot mata Atroska mulai menajam dan rahang laki-laki itu terlihat lebih tegas. "Lo serius? "
"Anala pernah bahagia sama lo dan sebaliknya."
"Pernah itu fungsinya untuk menjelaskan yang sudah berlalu dan letaknya ada pada sebutan dulu Nea." Setiap kata yang keluar dari mulut Atroska penuh penekanan seolah membantah semua omong kosong yang sedang Nea suarakan.
"Tapi karna ada dulu lo bisa jadi sekarang, Ska."
"Gue nggak bisa terpaku sama masa lalu gue." Atroska mengambil polaroid di tangan Nea dan detik berikutnya tangan lelaki itu dengan lihai merobek objek yang sedang mereka bahas. "Masa lalu itu nggak selalu punya definisi sampah tapi perihal sampah akan selalu jadi sampah mau dimana pun letaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK ATROSKA (END)
Fiksi Remaja-Karna hal menyakitkan itu menyelusup menjadi tragedi yang abadi sebagai peristiwa- Sampai pada suatu masa yang sebenarnya, Karna memang tak ada yang selama jika masih berdiri dibumi. Tidak hilang namun hanya berganti bentuk menjadi kenangan. Bukan...