BAB 20

1K 81 0
                                    

Pagi di hari minggu ini terasa cerah dan sedikit berbeda. Apa lagi kalo bukan wajah berseri-seri dan senyuman manis kedua pria ayah dan anak yang bermarga Namikaze yaitu Naruto dan Minato.

Sejak bangun tidur Naruto dan Minato tidak melepaskan senyum mereka, dan sekarang 2 laki-laki itu sedang duduk di meja makan dengan hati yang bahagia, yang tentu saja dengan alasan sekian lama purnama dan badai yang mereka lalui, makan tak enak tidur tak nyenyak oh jangan lupa kan hari-hari bagai di neraka, semua sudah hilang dalam semalam. Karena tersangka kushina dan Hinata sudah kembali ke habitat mereka.

Naruto pov

Pagi ini rasanya suasana hati ku membaik bagaimana tidak?
Hinata ku sudah kembali dalam pelukan ku hahahah...

Oh jangan lupakan ayah pirang ku, lihat lah itu wajahnya sangat berseri seperti anak SMA. pasti dia merasakan hal yang sama dengan ku, satu hari kemarin terasa seperti satu tahun yang tentu saja memporak-porandakan keadaan. ya....keadaan aku dan ayah ku.

Kadang aku berfikir apa jadinya dunia ini tanpa wanita?
Saat mereka tak ada dunia terasa hampa, mood terasa buruk, bahkan langit dan daun yang bergerak seirama seakan mengejek. Rasanya seperti berada dalam neraka , aku dan ayah ku benar-benar seperti orang gila saat tak bersama wanita kami. Untung saja keadaan sudah membaik sekarang.

Libat kelakuan ayah pirang ku itu Sedari tadi kami saling bertukar pandang. Inner kami saling berbalas pesan , yang tentu saja ibu merah ku tak tahu bakat alami telepati kami.

'Kapan kau pulang?'

mata dingin ayah ku yang sedang melihat dan berbicara dengan ku membuat ku ingin mencolok nya, dengan garpu yang berada di tangan ku.

'Apa ayah mengusir ku?' tanya ku dingin membalas tatapan nya balik dengan muka songong andalan ku.

Enak saja dia mau mengusir ku!!! Sebelum nya dia harus mengerti bahwa semua kekayaannya Namikaze berada di tangan ibu merah ku itu, dan sudah di warisi oleh ku, yang ku warisi lagi pada Hinata. Jadi dia tak punya hak untuk mengusir ku.

'Jangan salah paham, aku hanya bertanya' ucapnya sambil menyendok nasi ke mulutnya

'Nanti juga aku pulang, aku tak berminat mengambil istri merah mu itu' balas ku

Ayah ku itu benar-benar keterlaluan, baru saja Istri ku itu mau bertemu dengan ku setelah lama menempel pada ibu ku. Masa dia sudah mau menyuruhku pulang ini semua tergantung Hinata.

"Ada apa dengan kalian? " Tanya ibu merah ku bingung melihat kami

"Ah... Tak apa sayang, dimana Hinata Naruto? " Ucap ayah ku mengalihkan perhatian ibu.

"Dia masih tidur ayah, semalaman menangis minta di gendong " Ucap ku santai

Ayah dan ibu ku malah tertawa mendengar ucapan ku, aku tak bohong setelah malam tiba dia menangis minta ku gendong. Jangan tanya bagaimana keadaan ku, aku sangat bahagia walaupun pinggang terasa ingin copot.

"Mood ibu hamil memang sangat mengerikan Naruto, kau harus extra hati-hati. Dulu ayah pernah hampir di bunuh ibu mu karena lupa membawa ramen saat pulang kerja. "

Aku menatap ayah ku iba dan menatap ibu ku horror, bagaimana bisa ayah ku menikahi ibu yang seperti ini. Tuhan tolong kasihani ayah pirang ku itu.

"Lalu apa trik ayah untuk membujuk ibu? "

"Akhirnya dia memasak ramen instan untuk ku Naruto" Ucap ibu ku sekarang

"Ibu... Apa kau tidak merasa kasihan dengan ayah? Dia bekerja untuk keluarga bu. Jangan terlalu keras pada ayah ku" Tanya ku penasaran sekaligus menasehati ibu merah ku itu. Walaupun aku kesal dengan ayah ku tapi ayah ku itu 100x lebih baik saat membela ku dari monster merah bernama ibu itu.

Bucin Nya HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang