PERHATIAN! PERHATIAN!
Cerita ini hanya fiktif semata, murni dari imajinasi si Author, dan peristiwa-perisriwa yang diceritakan juga bukan kisah nyata, hanya fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, tempat, alur, dan sebagainya yang terdapat dalam cerita, itu tanpa unsur disengaja! No PLAGIAT! NO BAJAK! mau plagiat? MATI AJA SONO!!
.
.
.
Mah, kenapa kita harus tidur? Aku benci tidur. apa bisa kita hilangkan malam agar tidak ada tidur? atau kita hilangkan kebiasaan untuk tidur? Mah, kapan tidur menghilang? aku benci tidur___Lawitta Arrvina___
10 Tahun yang lalu
Lawitta Kecil berumur 6 tahun
.
.
.
Hiks ... Hiks ...Mama, Law ingin tidur. Law ngantuk.
Tidak ada Mama. kakiku terus melangkah turun sembari terus menangis. sekarang baru pukul 02.15 a.m. aku sampai dihalaman rumah, duduk manis disana sesenggukan. aku tidak tahu kalo ternyata ada yang mindik-mindik memasuki halaman rumahku. aku tidak peduli, aku sedang menangis. aku butuh Mama.
"Heh anak kecil!" panggil seseorang itu ketus. wajah sembabku berubah masam menatap orang itu.
"kamu juga anak kecil!" lawanku tidak kalah ketus. air mata sudah aku hapus.
"iya! tapi aku gak cengeng kayak kamu!"
Pletong!!
Aduuh! Maamaa! Huaaa!
aku tidak peduli anak itu menangis kejang. dia berteriak kesakitan.
"itu kamu nangis. berarti kamu juga cengeng!" hardikku masih menatap bengis padanya. dia meronta kesakitan, keningnya berdarah akibat lemparan kaleng dariku. aku tidak merasa bersalah, aku merasa marah dia bilang aku cengeng.
lampu-lampu rumah hampir semua hidup gara-gara tangis anak itu begitu kencang, bergelinang air mata. seorang wanita muda umur 25 tahunan keluar dari rumah di depanku. dia tergesa-gesa dengan raut cemas.
"Gugun sayang. kamu kenapa, nak?" cemas Wanita itu berjongkok di depan anak kecil itu. aku yakin anak itu pasti ingin membalas jika aku laki-laki.
"kamu apakan anak saya!!" hardik wanita itu mendorong pundakku dengan jarinya. aku terdorong-dorong ke belakang hingga menabrak dinding.
mata dan kepalaku tak sudi menunduk karena rasa bersalah sebab aku tak ada rasa bersalah. mataku menatap tepat ke pupil wanita itu. wanita itu langsung terkesiap karena tatapanku, antara gugup, takut, dan marah.
"Kamu. kamu berani natap saya gitu!? gak sopan kamu ya!" aku masih menatap wanita itu bengis, seperti mau menantangnya. aku tidak takut padanya.
Bik Ros keluar dari rumahku tergopoh-gopoh. dia langsung memeluku dan mengarahkanku berlindung di belakangnya.
"maaf kan Lawitta ya Bu Fara. dia masih kecil" mohon Bik Ros. aku tak suka cara bi Ros meminta maaf atas namaku.
"Bik, harusnya bibi jaga dia. jangan bikin masalah terus. Mamanya gak dirumah kan? lihat tuh Gugun anak saya kepalanya berdarah!" omel wanita yang di panggil Fara itu. bik Ros mengalihkan pandangannya ke Gugun itu, lalu menunduk.
"sekali lagi maaf ya buk. nanti biaya berobat nak Gugun akan kami tanggung" kata Bik Ros. aku mendengus kesal.
"gak usah! bibi cukup jaga Lawitta aja biar gak bikin masalah terus!" ketus Bu Fara. dia menggendong anak kecil itu masuk ke rumahnya.
Aku kembali masuk ke rumah dibimbing bik Ros. umurku masih sangat kecil. bik Ros mendudukkan aku di sofa dia mengelap air matanya lalu tersenyum menatapku.
"Non Law gak tidur?" aku menggeleng sedih. bibi mengeluarkan Handphonenya. beberapa menit keluar suara Mama dari sana. aku terlonjak girang.
"Hallo Sayang" sapa Mama dalam kantuknya, aku sangat senang membalas sapaan Mama.
"besok Mama sama Papa pulang, Law seneng kan?" aku mengangguk berkali-kali bersama senyum rekahku.
"Udah ya, Anak Mama jangan bandel. selamat tidur sayang"
Klik.
Aku kembali memberikan handphone ke bik Ros. bik Ros tersenyum sembari menggiringku ke kamar. semoga saja Mama tulus dan aku bisa tertidur.
See You Next Page 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...