Mata tak butuh air untuk menangis karena hatiku hanya punya satu rasa, yaitu rasa takut. wajahku hanya punya satu wajah, yaitu menangis. jika ada rasa lain atau wajah lain itulah bonus dari sifat dalamku.
___Lawitta Arrvina___
"Bismillah!" Gugun komat-kamit.
Aku masih diam memperhatikan apa yang dilakukan Gugun. anak itu bergerak memperagakan gerakan bela diri. asal dia tahu, gerakannya sangat tidak sempurna.
"ambilin minum, Law!" perintah Gugun masih terus berlatih. suara cempreng Gugun menggema.
badannya pendek dan kurus, rambutnya sedikit keriting diujungnya. kulitnya putih, alisnya tebal, kalo dia tertawa gingsul pemanis senyumnya terlihat.
"Law, Law!" panggilnya lagi sedikit berteriak. karena aku tak merespon dia datang menghampiri lalu duduk di depanku. satu alisku terangkat melihatnya.
"budek!" kesalnya. aku tak acuh.
"Hee kriwil!" seorang anak bertubuh besar dan gemuk meninju pelan bahu Gugun. aku mengernyit melihat kedatangannya tiba-tiba.
"kenapa Tom?" sahut Gugun sembari berdiri. aku masih duduk bersila menatap tajam mereka berdua.
"pacaran terus, Gun" celetuk Reza, salah satu teman Gugun.
"tau apa kamu tentang pacaran, bocil!" protesku mendengkus kesal lalu berdiri pergi.
"iih ngeledek. kamu juga bocil, cewek!" balas Tomi.
Gugun dan dua temannya itu tertawa. aku tak menggubris. aku terus berjalan meninggalkan mereka. aku lebih suka sendirian tapi Gugun si perusuh itu terus saja mengekoriku.
Aku tersenyum dengan mimpi semalam, kali ini adalah mimpi bukan peristiwa tidur. aku merindukan tidur lelapku. setelah Bik Ros meninggal aku jadi jarang mendapat ucapan selamat tidur dari Mama atau Papa. karena aku tidak pernah berani menghubungi mereka, hanya bik Ros yang selalu menghubungi.
"Dingin, Pah! Brrr ..."
Mataku melihat ke arah pintu. meski tak melihat apa-apa hanya pintu kamar yang tertutup aku tetap menoleh ke arah sumber suara. engsel pintu bergerak terbuka. wajah lembut Mama muncul dari balik pintu.
Aku tersenyum simpul membalas sapaan Mama.
"kamu gak seneng Mama pulang, Law?" tanya Mama sembari melipat selimutku.
aku tak menjawab. wajahku hanya datar. aku bukan tidak senang, aku malah sangat senang karena mungkin, minimal setiap hari aku akan tidur pulas sampai Mama kembali pergi bekerja.
*****
"iih kamu yang bener, Gup!?" ulang Anum belum percaya dengan cerita Gupta.
Anum tersenyum menyambut kedatanganku. dahiku mengernyit, Gupta bergeser memberi duduk.
"Law, kamu beneran ke kuburan semalam?" lontar Anum tanpa babibubebo.
mataku melirik sinis ke Gupta. pria itu malah nyengir kuda, dia kura-kura dalam perahu pura-pura tidak tahu. aku tak menjawab pertanyaan Anum tapi berdiri ingin menghindari segala pertanyaan mereka.
Brugh!
Aku diam saja, tidak menolong Jessi yang terjatuh karena aku menabraknya. dia meringis melihat sikunya, tidak berdarah tapi pasti itu perih.
yang lain segera pasang mata pasang telinga tidak ingin melewatkan momen ini. mereka bisik-bisik. Aku masih belum tergerak membantu Jessi. wajahku datar, tatapanku tajam. Jessie bangun lalu membalas tatapanku. aku tahu kalian pasti tahu akhir nya bagaimana, tatapan bengis Jessie tidak bertahan lama. dia memalingkan wajahnya.
"Lo punya masalah apa sih sama gue!?" sungut Jessie. dia mengeluarkan suaranya setelah diam. aku tak menjawab. masih seperti awal.
"Lo pikir gue takut sama lo, Ha!" lanjutnya. kini dia kembali menatapku. aku menyeringai kecil melihat perlawanannya.
"gue tau lo itu cuma caper! lo bukan psikopat asli! tapi psikopat gadungan!" Jessie semakin kasar.
kini aku tak paham dengan ucapannya. apa maksud dia aku senang menjadi psikopat? Hello, siapa yang ingin menjadi psikopat?. terus apa dia berpikir aku ingin jadi psikopat untuk mencari perhatian? maksudnya dia aku kurang perhatian begitu? Oh astaga Jessie. keningku masih berkerut melihatnya.
"Gue bukan psikopat" jawabku datar. lagi, aku menyebut kalimat itu. tapi sepertinya si Jessie tak ingin mendengar itu.
"Lo pikir, dengan cara lo nodong lidi ke mata Ade udah nunjukin lo adalah seorang psikopat!?" jerit Jessie lagi. Oh hei, kini dia tiba-tiba menangis. aku semakin mengernyit.
dia berjongkok membenamkan kepalanya lalu menangis sesenggukan. semua orang semakin tertarik. aku malah semakin bingung. memangnya Jessie melihat perbuatanku pada Ade hari itu?. ah biarlah! aku tak peduli. aku berbalik meninggalkan dia. terserah dia mau menangis berapa lama, aku tak peduli, aku tidak salah.
"Lawitta!" pekiknya menghentikan langkahku. langkahnya besar mengejarku, dia sangat marah dalam tangisan.
"Lo itu! ... Arrgh!!" Jessie Kembali terisak di depanku. sebenarnya ada apa ini?.
"lo mau caper depan gue?" tanyaku datar. wajahku dingin. Jessie melotot. tangannya mengepal. dari tadi Jessie terus menangis di depanku, jadi wajar kan kalo aku bilang dia caper.
mataku tak lagi menatapnya tajam tapi kekosongan. karena memang aku sedang tidak merasakan apapun, marah atau, sedih, atau rasa bersalah? aku tak merasakan semua itu saat ini.
"Lo psikopat gadungan! Yeah, lo hanya psikopat yang dibuat-buat aja. gue yakin itu, lo cuma caper aja kok jadi gue gak perlu takut sama lo karena lo psikopat gadungan!" imbuh Jessii padaku tapi kata itu lebih terasa untuk menenangkan dirinya sendiri.
"serah Lo deh" sahutku akhirnya. sekarang aku benar-benar pergi. Jessie Kembali menangis menuju mejanya.
Gupta mengejarku, Anum mendatangi Jessie. Gupta menarik tangaku untuk duduk di salah satu bangku di depan kelas XI IPS 5.
"apa sih!?" ketusku.
Gupta berkacak pinggang di depanku. wajahnya tampak berpikir. aku mengernyit.
"gue ngerasa ada yang aneh sama Jessie, apa Jessie ... ah udah lah kita bahas nanti aja"
aku mendengus karena pria di depanku ini selalu berbicara setengah-setengah.
"udah bel, ayuk kelas!" ajak Gupta Kembali menarik tangaku. aku menepis karena aku bisa jalan sendiri.
Tuhan, sifat siapa yang aku miliki? tapi aku bukan psikopat
Anum mendatangiku lalu memelukku. aku mendorong tubuh Anum karena aku tak suka di peluk.
______________________________See You Next Page 👋
Haii haii everyone ... si Jessie kenapa dah? mau tauu Jessie Kenapa? nunggu ya😭, karena kalo langsung di ungkap damage nya gak dapat miskah🤣Jangan bosen ya ... pantengin terus ceritanya karena cerita akan semakin menarik.🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...