Rindu sesuatu, rindu pada seseorang yang berbekas dalam hidup dan hati, jika aku merindukan sosok teman apa aku juga bisa rindu pada sosok istimewa?
____Lawitta Arrvina___
Sejak hari dan malam itu aku tak lagi melihat Rayanum Eldora yang dulu. dia berubah drastis 180⁰, malah dia juga lebih banyak diam dan kadang pula dia stres lalu menangis, dia jadi jarang masuk.
Dia juga tak lagi mau ikut berkumpul dengan kami atau mendengar cerita kami di kala kami kembali dari Ekalip. karena jiwanya lemah, dia tidak bisa ikut ke Ekalip jadi hanya mendengar cerita. tapi, ah! aku malah tak suka sifat Anum yang ini aku sudah terbiasa dengan sifatnya yang dulu. lembut, pemaaf, penuh kehangatan, kepolosan, kelemotan dan masih banyak lagi.
"ibu mau kalian membuat tugas sebuah broadcasting, tema silahkan pilih sendiri. di videokan jangan lupa" tutur Bu Tika sebelum akhirnya ia bersiap pergi karena jamnya sudah habis.
Gupta mengambil kursi dan menggesernya mendekat ke sebelahku. dia memperbaiki posisi duduk senyaman mungkin menghadapku. aku duduk menghadap depan.
"gimana keadaan Anum?" tanya Gupta langsung ke intinya. aku mengedikan bahu. dia tampak berpikir sejenak dan aku fokus menulis catatan di papan tulis.
"lo udah makan?" tanya Gupta lagi. keningnya berkerut. aku menggeleng, tetap fokus mencatat.
"kok belum sih!? hadeeh ... Ayuk ikut, kita makan dulu!"
"Lepas gak!" gertakku.
aku menggerakkan tangan berusaha melepaskan tapi Gupta semakin mengencangkan pegangannya.
"lepasin!" bentaku lagi.
aku berhasil melepaskan pegangan saat Gupta lengah mencari tempat kosong. dahinya mengernyit menatapku. itu tandanya dia meminta kejelasan. aku mendengus.
"udah deh! gak mood gue, lo sendiri aja sana!" ketusku meninggalkan Gupta, dia melongo' melihat kepergianku.
berjam-jam di sekolah tanpa ada Anum mengubah persepsiku dan mengubah moodku. aku menjadi malas untuk kemana-mana, hanya duduk terus menerus di kelas. aku menahan tidur dengan membaca novel.
pintu terbuka saat usai kuketuk. wajah murung, kusam, berantakan, pucat, dan datar menyambutku. aku mengharapkan senyum tipisnya tapi tak kudapat. dia tidak mengeluarkan sedikitpun suara. aku masuk tanpa ingat mengucapkan salam terlebih dahulu.
"gue mau ke rumah Ade" laporku.
mana tau Anum berminat untuk ikut. tujuanku juga memang ingin memberi kode pada Anum.
Bukannya mengatakan ikut, Anum justru hanya melihatku sekilas dia kembali berjalan dan duduk di sofa. telunjuk yang ia tusukan ke sofa membuat gerakan berputar. tatapannya kosong, wajahnya datar. aku tidak melihat sedikitpun tanda-tanda kehidupan di sana.
aku tidak tahan lagi dengan suasana mati ini. aku menghentakkan kaki keras berdiri, menatap tajam tepat menusuk ke mata Anum. aku terhenyak. aku akui, kali ini mata tajamku tidak sanggup menatap tatapan Anum. Anum masih menatapku namun tak berbicara, dia menatap karena aku tiba-tiba saja menghentak kaki. tatapan penuh kesedihan, penyesalan, sakit, pasrah, derita, benci, amarah dan masih banyak makna lainya yang tersirat dalam satu tatapan itu. aku seperti baru saja merasakan rasa pedih dan kesedihan itu. kesedihan yang amat pedih dan tidak ada obatnya. aku meneguk ludah, Anum tak lagi menatapku dia sudah kembali dalam dunianya.
kakiku gemetar berjalan terus menuju pintu keluar. aku masih terkejut dan terus terbayang tatapan Anum. itu adalah pertama kalinya aku melihat tatapan dalam yang seperti itu, dan itu nyaris menusukku. aku shok sungguh shok. aku juga berharap Anum memanggilku dan bilang "Law ikuttt" tapi sampai pintu terbuka suara itu tak kunjung datang.
"Lawitta"
aku refleks membalik badan secepat mungkin dengan senyum bahagia yang tak pernah aku keluarkan. mataku berbinar menunggu Anum melanjutkan ucapannya. ini adalah kali pertama aku mengeluarkan sikap seperti itu tanpa aku sadari. segitu dalam kah aku berharap atas Anum.
"jangan lupa tutup lagi pintunya" lanjut Anum Lirih.
aku terdiam. tidak ada yang berubah, hanya tadi sebelum itu dia menatapku intens, seperti tatapan ingin bercerita atau tatapan melarangku pergi. aku tidak tahu aku tidak paham aku bukan pakarnya aku tidak mengerti bahasa mata. aku bodoh. senyum di bibirku tak lagi mengambang, senyum itu sudah kembali runtuh.
BRAK!
pintu tertutup setelah aku banting. aku berlalu pergi dengan perasaan yang amat kesal, aku kecewa dengan harapanku sendiri. kalimat Anum berhasil membuatku marah.
entah kenapa aku rasanya ingin menangis atas kesal yang aku rasakan saat ini. aku tidak tahu sejak kapan hatiku selunak ini. aku baru tahu hari ini, tapi sayangnya air mata itu tidak keluar karena keras hatiku berhasil melawan kelunakan itu.
"Law?" bingung Gupta. dia menghentikan motornya.
"habis dari mana Lo? mau ke rumah Ade kan? ayuk bareng!" tukas Gupta. tanpa aba-aba lagi aku langsung naik ke motornya.
hanya ada kesunyian, Gupta pun tidak mau mengambil suara. dia tahu aku tidak akan menjawab meski dia bertanya seribu kalipun. jadi yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu.
Ade berlari kecil menuju pintu utama, dia antusias menyambut kedatanganku dan Gupta. mungkin karena ini pertama kalinya kami main ke rumahnya biasanya juga ke rumah Gupta. kali ini kami ingin suasana yang berbeda yaitu rumah Ade. selama taman bale bambu masa perbaikan gara-gara oknum tidak bertanggung jawab jadinya di tutup dan kami tidak bisa sering nongkrong di bale bambu.
padahal semriwing angin yang selalu menyejukkan, bau jajanan keliling seperti bakso cilok, batagor, bakso goreng/bakar, sate Madura enceran, cilok dan masih banyak jajanan lainya yang selalu mengenakan. desas-desus, teriakan marah sang ibu karena si anak bermain jauh dari kawasan mereka. terlalu banyak keasikan dan kenyamanan disana. sama seperti Anum, ah lagi-lagi aku merindukan Anum, bukanya aku sedang marah padanya.
"kenapa tu?" bisik Ade menyikut lengan Gupta. Gupta mengedikkan bahu.
"kesetanan kali" jawab Gupta asal.
"gak nyambung goblok! mana ada orang kesetanan dieemm aja gitu" sanggah Ade.
"ya elo, ngapain coba nanya gue. tanya sana ke orangnya!" rutuk Gupta kesal sembari berlalu masuk.
__________________________________See You Next Page 👋
Lagi males ngetik karena stuck ide 😪, males juga gosipin tokoh SAL jadi langsung next aja yuk! ...Jangan bosen ya ... pantengin terus ceritanya karena cerita akan semakin menarik.🙃 JANGAN PELIT VOTE AND KOMENTAR NYA DONG😌
Jangan lupa follow akun Author ya ntar di polback ama si author kece ini ... 😆
IG : Nissyarahim
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...