#Sleep 1

45 15 1
                                    

Tak Tuk Tak Tuk

Anum menggenggam jeramiku kuat. kabar dari anak lainya, wali kelas X IPA 5 itu super killer. sekarang kami sedang memastikannya, dari suara sepatunya sepertinya dia memang killer.

"Selamat pagi" sapa guru itu tiba-tiba masuk. nyaris membuat anak perempuan kelasku terpekik. suara guru itu terdengar sedikit berat dan kasar.

"Nama saya Dona Riyanti, kalian bisa panggil saya Bu Dona. dan ibu wali kelas kalian—"

Geplak

"ibu harap paham ya semua. tolong penghapusnya dikembalikan!"

Anum tegang. lemparan spontan buk Dona pada salah seorang siswa di belakang berhasil membuat Anum ketakutan.

"Hei Nak!" panggil bu Dona. langkah siswa itu terhenti saat hendak kembali duduk. ia membalikkan badan.

"siapa nama kamu!?"

"Gupta"

Bu Dona mengeluarkan pulpen dan buku panjangnya. lalu memakai kacamata sembari mencari tulisan di buku itu. "mau kemana kamu? saya belum suruh pergi" suara bu Dona kembali menegangkan seisi kelas padahal dia tidak melihatnya.

"catat ini disana" perintah Bu Dona memberikan buku cetak dan spidol pada Gupta.

Aku mendengus. suara pekik seorang wanita meminta tolong berhasil membuat aku ketakutan. wanita tanpa busana itu terikat di jalanan, dia kesulitan menggulingkan badan. sebuah truk besar sengaja dilajukan ke arah si wanita. tak hanya wanita itu yang tegang dan ketakutan, aku juga ketakutan. aku panik, sangat tegang. aku ingin menolong tapi aku tidak tahu harus bagaimana.

"Mbaaak!!" pekikku.

gedebugh! Arrgh!

lutut dan telapak tangaku terluka. tapi aku tidak peduli, aku kembali berusaha berlari membantu wanita itu

Jakarta, 22 April 1997

Mataku terbuka. kemana perginya kisah itu?, kulihat keseliling ternyata aku masih di kelas. aku menormalkan deru napasku yang ngos-ngosan. Anum melihatku bingung. Anum, teman yang baru aku temui pagi ini di sekolah. sekarang tahun ajaran baru 2021/2022.

cks. aku merasakan perih pada telapak tangan. mataku melelah melihat luka di telapak tangan dan lutut, untuk kesekian kalinya aku terluka. yeah.

"sudah puas tidurnya hai nak sayang?" Bu Dona menghampiriku. nadanya bukan terdengar keibuan tapi sindiran.  aku hanya diam. ternyata tangan Anum bergerak menyentuh lukaku. aku terperanjat karena perih.

"Lawitta lagi sakit buk, liat nih tangan sama kakinya luka" Anum yang menjawab. walaupun aku tahu dia bingung dan ada banyak pertanyaan kenapa tanganku bisa terluka padahal aku tidak terjatuh.

Bu Dona mengernyit sembari melihat lukaku, dia menjangkaunya. mengelus lembut luka itu. ternyata Bu Dona memiliki sisi keibuan di balik matanya, padahal dia di labeli guru super killer di sekolah ini.

"Kamu" tunjuk Bu Dona pada Anum dengan suara berat dan kasarnya itu. tatapannya Kembali tajam. Anum refleks celingak-celinguk mencari padahal tunjukan bu Dona sudah jelas tepat di depannya. huh, dasar bodoh. "bawa dia ke UKS" lanjut Bu Dona. Anum mengangguk bersiap memapahku.

****

"aku masih gak paham tau, Law" cicit Anum fokus mengobati lukaku. kebetulan sekali ia salah satu anggota PMR.

Sleep And LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang