Aku butuh cinta, mereka mencintaiku tapi kenapa aku belum juga merasakan cinta, dan kenapa hasrat ini semakin menjadi? Apa aku benar seorang phsyco Girls!?
____Lawitta Arrvina___
cafe dengan ke-estetikannya itu ternyata tak berhasil menarik kenyamananku. mataku tak lepas dari satu titik fokus, titik fokusku itu berhasil mengguncang jantungku untuk terus berdebar-debar seperti drum bass yang dipukul sekuat-kuatnya. jemari tangan, kaki dan tubuhku serasa dingin dan gemetaran.
"ya Allah, ni anak. bisa diem gak sih, Law?" gemas Gupta memegang meja yang ikut bergetar.
Saat sosok yang menarik titik fokusku dari sini tiba-tiba berdiri, dia pamit sebentar pada seseorang di depannya dan aku mengenali mereka berdua. aku tidak merasa cemburu tidak pula marah tapi orang yang menyangka pasti aku akan marah melihat itu tapi faktanya adalah aku biasa saja.
"bentar ya" ujar sosok itu sedikit memanja.
Aku ikut berdiri bergegas agar tidak kehilangan jejak. Gupta dan Ade yang melihat malah bingung, dahi mereka mengernyit tapi aku tidak memperhatikan itu.
"ma-mau kemana, Law?" tanya Ade. Aku tak menjawab.
Aku mengikuti sosok gadis itu. Aku rasa dia tidak sadar. Mataku tajam menatap langkahnya dari belakang. Jantungku semakin melangkah semakin kencang debaranya, seperti ada napsu yang menarikku untuk terus menguntitinya. Aku juga keringat dingin. pikiran dan hatiku semakin bertolak belakang aku merasa terombang-ambing.
Sesampainya di toilet sosok gadis itu terperanjat kaget melihatku secara tiba-tiba. Lalu dia menormalkan degup jantungnya dan menghampiriku.
"lo mau ke toilet?" tanyanya sedikit ragu. dari nadanya yang sedikit bergetar dia ketakutan.
Aku masih diam kaku menatap tajam gadis itu. Dia semakin bergidik ngeri perlahan mundur ke belakang.
"Ada apa ya?" dia berusaha tenang untuk tidak berpikir macam-macam tapi dia malah semakin ketakutan.
Aaaakkk Aawww! Sakitttt Laawww!
Aku menyeringai. Perlahan jantungku yang tadi berdebar kencang perlahan memudar saat aku beraksi. Jadi itu caranya. Jessie. Gadis itu meringis kesakitan, dia berusaha melepas cengkraman tanganku dari rambutnya. Aku menjambak rambut gadis itu sangat kuat, semakin dia memberontak semakin mengeratkan. Dia menangis kesakitan dan ketakutan. Oh, astaga kenikmatan inilah yang sedang aku inginkan. sudah lama aku tidak begini.
Aku menyeret Jessie dengan menarik rambutnya. Aku merasa sangat bahagia, hatiku rasanya plong seperti seorang anak yang berhasil memenangkan permainan.
"Tolonggg!"
Aku berhenti lalu menatap tajam sangat tajam tepat ke mata Jessie. Gadis itu langsung diam menahan tangisnya. Pelan kepalaku melihat ke kanan dan kiri mencari sesuatu. Aku tersenyum saat melihat ada potong kecil pipa. Kuambil pipa tersebut dan memasukannya secara horizontal/menyamping ke dalam mulut Jessie untuk di sangga. pasti sakit kan. itu supaya gadis malang itu tak lagi berteriak.
Aku kembali menyeret dengan menarik rambutnya. Jessie hanya bisa menangis dan kesakitan. tapi apa ini? kenapa hatiku terasa pedih dan menggedor. Ada satu hasrat yang berusaha melarangku dan menghentikannya dan satu hasrat lagi untuk terus lanjutkan. aku sampai di belakang cafe, disana ada gudang tidak terpakai.
Bentuk pipih pisau makan yang aku bawa dari cafe tadi saat makan itu mengkilat. Melihat pisau ini semakin menguatkan hasratku untuk membunuh orang di depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...