Akhirnya setelah perjalanan yang cukup panjang menguras energi dan waktu aku sampai di depan rumah. rumahnya besar tapi tampak tak berpenghuni. bik Ani muncul dari balik gerbang membawa banyak kantong dan keranjang belanjaan. mungkin beliau baru saja pulang dari pasar.
sedangkan aku sudah membungkuk di balik pohon imitasi yang di beli mama sekitar 1 tahun lalu, katanya sih biar halaman lebih hidup aja meskipun itu pohon buatan yang di pajang. bersembunyi aku lakukan karena aku belum siap bertemu mereka meskipun ingin.
Mama keluar membantu bik Ani membawa belanjaan, hatiku tergerak ingin memeluk rasanya apalagi melihat Mama yang sangat kurusss, pucat dan bahkan kantong matang hampir menyentuh pipi, hatiku menangis melihat itu. ternyata aku tak mampu menahan diri, walau sudah berusaha, tangis yang ku bekap tetap mengeluarkan suara senggukan.
"Lawitta Arvinna!"
aku tersentak kaget, refleks mengangkat kepala. mataku menyorot kedua wanita di teras itu, siapa sekiranya yang memanggilku atau itu halusinasiku saja. apa mereka tau aku di sini.
"Mama tau kamu di situ, keluar sekarang atau Mama tarik kamu!"
aku tersentak lagi, ternyata ini benar-benar masalah besar. aku berdiri, sangat pelan aku berjalan menghampiri Mama. tangisku dan Mama pecah begitu ia mencoba memberanikan diri menatap puteri semata wayangnya.
belanjaan yang dipegang mama sontak jatuh berderai di lantai, Mama tidak peduli begitupun bik Ani, ia tersedu-sedu menahan tangis.
"kenapa kamu kembali!?? Mama tau kamu gak sayang sama Mama kan, sayangnya sama bik Ros aja. secara selama ini bik Ros yang menjaga kamu, tapii kamuu gak perlu giniin Mama, Law." ujar Mama begitu sedunya, ia sampai sesenggukan tak sanggup bicara.
"hati Mama sakit, Mama sayang banget sama kamuu tapi dengan pergi menghilang begitu saja dalam waktu yang lama tanpa kabar membuat Mama berpikir bahwa kami orangtua mu tak pernah kamu anggap keluarga!!!"
Mama terjatuh, ternyata lukanya sedalam itu. aku menggeleng-gelengkan kepala berusaha tidak membenarkan apa yang Mama bilang.
"Mama sama Papa terluka Lawittaaaaaaaa, lukanya sakit banget. harusnya Mama matii ajaaa waktu itu. karena kamuu Mama sempat mencoba bunuh diriii!"
"apa kamu tauu!? saat Mama melahirkan kamuuu, Mama sempat mati surii dan demii kamuu mama bertahan hidup. kamu gak tauu kan!??? iyalahhh karena di hati kamu cuma ada bik Ros bik Ros dan bik___"
"SIAPA SURUH MAMA SIBUK!"
"ross .... " lanjutnya begitu pelan, saking pelannya sampai tidak terdengar oleh kedua telingaku.
Mama terkejut mendengar teriakanku. suasana langsung berubah diam begitu saja, terlihat rona pucat pasih di wajah sayu mama.
"ngga ngga ngga Maaah, aku salah bicara, engga gituu maksud aku Mahh. aku sayang banget sama Mama meskipun Mama jarang di rumah bagiku Mama tetap first love ku mahhh. aku ga bohongggg"
tangis semakin pecah, aku menyesali ucapan yang sudah lama aku pendam itu. inilah yang aku takuti saat semua rasa ku pendam dalam-dalam. aku takut kala wadahnya penuh mereka mencuat keluar menggebu-gebu.
Mama langsung memelukku begitu eratnya, mulutnya berulang kali mengucapkan kata maaf diselingi dengan tangis. tangis itu menyimpan rasa bersalah yang amat dalam.
"maafin Mama sayang, maafin mama ya Lawita ku puteri cantikku, maafin Mama. Mama menyesal. Mama janji akan melepaskan semuanya asal kamu kembali, Nak. Mama janjiii" sendu sekali mendengar kalimat halus berisi air mata itu.
aku melepas pelukan Mama, menatap setiap sisi tubuh Mama dari ujung rambut hingga kaki. hatiku terasa teriris.
"Maafin Law ya Mah, tapi Law mau pergi. Law ingin pergi untuk beberapa tahun ke tempat yang tidak bisa Mama jangkau dengan tangan kosong. tapi Law janji bakal sering jengukin Mama"
aku mundur beberapa langkah dari hadapan Mama dan mengambil jalan dari sisi kiri menuju pintu masuk.
"Law pulang cuma mau ngambil barang yang ketinggalan" laporku sebelum akhirnya melanjutkan jalan menuju kamarku. sedangkan Mama diam membisu, bik Ani memeluk Mama, berusaha menegarkan.
"Puteriku sudah berubah, Bik. sudah berapa lama aku jauh darinya hingga aku tak lagi mengenalnya. hatinya terasa lebih lunak, kenapa aku tak lagi kenal dengan Lawita yang keras hatinya, kejam dan pendiam"
"apa aku benar akan kehilangan dia? aku tak sanggup Bik meskipun ia berdalih akan sering mengunjungiku, aku tak mauu Bikk tak mauuu"
Mama menangis dalam pelukan Bik Anii. terima kasih bik Ani.
aku keluar setelah berpamitan dengan Papa. ah iya papa, tak ada sepenggal kalimat pun yang keluar dari mulutnya, diamnya dalam senduan tangis sudah menjelaskan bahwa ia juga merasakan apa yang mama rasakan.
aku keluar membawa belanga putih di dalam tasku, barang yang kusebutkan pada mama tadi adalah belanga ini. sekarang tujuanku adalah ke makam bik Ros. aku ingin melihat makamnya, aku berharap dengan ini keikhlasan mengisi hatiku, aku juga tak ingin halusinasi tentang bik Ros terus mengikutiku, aku tak mau bik Ros membenciku.
aku pamit pada mama dan bik Ani, mama tak ingin melihat wajahku. mungkin saat ini berat untuknya tapi menunggu sedikit lagi seperti sebelumnya mungkin itu adalah yang terbaik.
sembari terus waspada aku pergi ke makam bik Ros, takut-takut aku berjumpa dengan polisi di tengah perjalanan. aku adalah buronan saat ini. aku juga sempat menitipkan surat untuk Anum, semoga saja gadis itu membacanya setelah keluar dari penjara. Ahh Anum, kamu bodoh sekali. Ade, kamu juga goblok sekali, mau saja merangkai cerita hingga membuat manipulatif untuk mengarahkan semuanya ke Anum. kemudian Gupta, kamu sangat tidak bijaksana sekali, kamu yang paling waras di sini tapi tak mampu menahan mereka berdua malah ikut berkomplot. kalian semua tolol, demi aku mau saja menguras tenaga, energi dan masa muda. good luck yaa.
baru saja memikirkan mereka bertiga aku tak sengaja melihat mereka bertiga tengah duduk ria di taman bale bambu, memanfaatkan waktu sebelum Anum tak lagi menjadi tahanan jalan. sebenarnya aku merindukan mereka bertiga, tapi melihat kecerian tanpa seorang lawitta di sana membuatku mundur untuk beberapa langkah.
aku juga tak ingin mereka terlibat lagi ke dalam kisah hidupku. mungkin aku akan mengakhiri cerita tentang mereka sampai di sini.
I love You so muchhh.
_______________________________________Huhu ... apakah ini sudah ending, Law? masa gini aja sihh?? terkesan jahad kamu nanti lawitta, gapapa? author gak terima sumpahhh😭, semoga saja berlanjut.
Kira2 berlanjut gak ya guys? oh tentunya lanjutt donggg
See You Next Page 👋
Lumut Hijau
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...