Seketika aku merindukan itu, merindukan sifat-sifat nyelenehku, tengil, riang, hidup, bersahabat, lembut, ramah dan masih banyak lagi. aku merindukan sifat itu meski aku tahu aku tak pernah punya sifat itu di dunia ini, dari aku Lahir hingga besar. tapi aku punya sifat itu dalam peristiwa tidur. bisa aku memiliki seutuhnya? bukan halusinasi.
___Lawitta Arrvina___
Bale bambu Kembali kami datangi. mungkin taman bale bambu akan menjadi langganan tempat singgah kami.Gupta menyapu pasir-pasir kotor dari sendal anak-anak yang bermain disini, dia menyapunya dengan jaket Ade yang tergeletak di bale karena si empu sedang tidak di tempat. aku dan Anum naik ke bale dan duduk disana. di susul Ade bersama beberapa jajanan kaki lima.
"ada apa aja? iih cilok ... Anum mau cilok ya" Anum mengeluarkan cilok dari dalam kantong.
"itu banyak baby Anum, makannya bareng" sungut Ade merebut kembali cilok tersebut. Anum mendeling kesal lalu kembali tersenyum.
"jadi, ada kabar apa hari ini?" tanya Ade membuka suara di saat kami tengah menikmati jajanan.
Aku mendongak karena ranting jatuh dari dahan pohon rindang di atas bale.
"lo tau Jessie, De?" Gupta yang menjawab.
"Jessie siapa? cantik gak? boleh di pacarin?" Sahut Ade, mulutnya tak berhenti mengunyah.
"kita gak lagi bahas kejombloan kamu ya, Ade" jawab Anum. gigitan nyamuk membuat gadis itu menggaruk tangannya.
"iya Baby"
"Stop panggil aku baby!" ketus Anum.
"iya sayang"
"No sayang!" tolak Anum lagi layaknya polisi lalu lintas.
"iya Honey"
"No juga Honey!!"
"Iya Anjeng!" nada Ade meninggi.
"Adeeee" rungut Anum meninju pelan lengan Ade. Gupta dan Ade tertawa. aku hanya diam.
Aku diam, tapi mulutku mengunyah. Gupta menselonjorkan kakinya. wajahnya tampak berpikir keras. Gupta mulai memberitahu Ade siapa Jessie dan menjelaskan kejadian tadi serinci-rincinya, ade manggut-manggut mengerti. dia ikut berpikir.
"kalian tau, gue ngerasa ada sesuatu sama Jessie, menurut kalian Jessie kena mental gak sih? soalnya dia tertekan gitu. paham gak maksud gue?" papar Gupta mengutarakan pikirannya. aku ikut berpikir sebentar.
"Nah iya, aku juga ngerasa kalo Jessie tertekan gitu, tapi tertekan sama apa? aku bisa ngerasain banget ketakutan dia pas aku nenangin" Anum membenarkan.
aku mengernyit bingung, kenapa mereka bisa berpikir begitu? aku saja tidak sedikit pun berpikir kesana, malah aku tidak merasakan keanehan apapun.
"wait, tadi lo bilang Jessie ada ngomong apa itu lupa gue, nah itu lo bilang dia ngomong gitu bukan untuk Law tapi lebih tepatnya untuk menenangkan dirinya sendiri. apa dia ketakutan?" Ade ikut mengutarakan pendapatnya. Gupta mengangguk.
"terus lo bilang juga, Jessie ngeliat Law nodong lidi ke gue hari itu? apa dia ... eh tapi ..." Ade sedikit ragu dengan pemikirannya. kenapa aku jadi ikut tertarik, dan kenapa aku merasa suatu perasaan yang aneh dan tidak mengenakan.
"apa?" tanya Gupta karena Ade kembali berpikir.
"gak gak, kita harus pastiin dulu deh, coba deh lo, Num. jumpain Jessie terus tanya ke dia apa dia cuma ngeliat hari itu aja atau dia ada ngeliat Law bertingkah kasar sama yang lain, gitu-gitu deh, paham kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...