#Sleep 5

27 15 7
                                    

Kenapa ada dua karakter yang berbeda? yang mana karakter asliku? dalam kehidupan nyataku, aku cenderung tak berperasaan, aku tidak memiliki rasa apapun, minimal rasa bersalah atau rasa cinta, atau rasa takut. tapi ketika aku berada dalam peristiwa tidur mengapa aku memiliki semua rasa itu?  siapa aku sebenarnya? seorang psikopat kah? atau orang biasa? aku tau tak ada jawaban disini

___Lawitta Arrvina___

"Ade is datanggg epribadeh ...."

semua mata menoleh ke Ade. Aku mendengus. kenapa pula si Gupta mau saja menerima pria itu. Ade melompat girang, dia amat senang bergabung dengan kami. Ade celingak-celinguk mencari tempat duduk.

"Ade, jangan banyak gerak ah! aku lagi fokus niih" pungkas Anum. matanya fokus menatap kelinci di depannya terbaring lemah.

suara decitan lantai papan yang di pijak ternyata sudah menua, kawan. kali ini kami duduk di bale bambu. kenapa taman ini di namakan taman bale bambu karena di taman banyak bale bambu yang bisa kami tempati duduk beramai.

"masa dari tadi gak kelar-kelar, Num?" tanya Gupta resah. Anum tak menjawab.

"Aah lamaa!"

PLESAAGH!!!

LAAAAWW!!

aku tertawa sangat kencang, hingga terpingkal-pingkal di bale. darah segar dari kelinci muncrat Kemana-mana, mengotori wajah dan pakaian kami. Gupta muntah-muntah tidak tahan dengan bau amisnya darah. mereka merengut marah, menatap kesal padaku.

"habisnya, tinggal belah perut kelinci aja lamanya Astagfirullah" cicitku sembari turun, memakai sendal lalu pergi ke wc umum.

mereka menyusul di belakang, terutama Ade dan Gupta, jalanya sempoyongan karena tidak kuat dengan bau darah kelinci tadi.

*****

kereta Api meluncur. suara derap roda beradu dengan rel dan mengeluarkan percikan api. aku duduk melamun melihat ke dalam sebuah jendela rumah warga.

setitik. dua titik. tiga titik. air mataku meluncur deras. seorang anak kecil berlarian mengililingi ruang tamunya yang hanya 3 x 4. aku sesenggukan melihat orang di dalam rumah. keluarga yang bahagia. selang beberapa menit semua orang dirumah berteriak tapi tak ada yang mau mendengar teriakannya. anak kecil tadi meringsut ke tepi dinding melihat ibunya terkapar di lantai bergelimang darah. laki-laki berpakaian serba hitam dengan ceruti di tangannya kini berdiri di depan si anak.

Ayah anak itu juga sudah terjuntai di jendela rumah. aku membenamkan kepalaku. tubuhku bergetar dan menggigil. tangisku deras meski sudah aku tahan tapi isakan dan senggukanya tak menghilang.

Anak yang tadi ketakutan di tepi dinding, menangis kejang meminta ampun. pria jahat itu menyeringai saat melihatku dari kejauhan. mataku dan matanya tak sengaja bertemu. jantungku berdebar kencang.

apakah aku akan mati disini? dengan ini? seperti ini? dan saat ini?.

dalam sekali tebasan kepala anak itu menggelinding di ubin yang tidak rata permukaannya. aku menjerit terkejut. ketakutan. apa ini mimpi dalam mimpi? tapi ternyata tidak. itu kisah nyata yang terjadi hari ini. pria itu menghirup udara di dalam rumah, menikmati oksigen yang bercampur dengan bau amis darah manusia.

jika aku mati? apakah derita ini akan hilang, tuhan?

Sulawesi, 25 Januari 2021

Aku sudah tidak mampu lagi. harusnya aku tidak tidur. harusnya aku begadang saja. sekali lagi aku ingin berkata, Tuhan! aku benci tidur!! aku menangis sesenggukan berlari kecil menuruni anak tangga. membuka knop pintu dan membiarkan saja pintu itu terbuka lebar.

angin malam menyeruak masuk ke dalam tubuhku. baju kaus tipis, celana kain longgar selutut. hanya itu yang aku kenakan. aku berlari cukup jauh, tentunya aku tahu kemana kakiku akan berlari.

bau kemenyan bercampur bau bunga kuburan menusuk indera penciumku. aku terbatuk-batuk. masih terus menangis mencari nama seseorang di setiap nisan. Aku terjatuh di salah satu kuburan.

"Bik Ros ..." gumamku menangis di depan nisan seorang wanita tua yang dulu pernah mengabdikan hidupnya bekerja dengan keluargaku. 2 tahun sudah bik Ros tertidur pulas dan tidak bangun lagi.

"Law" sapa seseorang dilanda kebingungan. aku mendongak.

"wait, sekarang aku paham sesuatu, ah enggak deh kayaknya"

"apa sih!?" dengusku. suaraku serak dan parau.

"Lo ngapain disini?" tanya Gupta ikut berjongkok. dia mencabut rumput liar di kuburan itu.

"merinding Anjir. Ayuk ah kita pulang!" Ajak Gupta menarik paksa tanganku.

Aku naik ke motornya. motor melaju, angin semakin membuat tubuhku menggigil. aku tak lagi menangis tapi aku masih ketakutan.

"gue tadi begadang, Law. terus di jalan liat lo lari nangis-nangis gajelas, eh taunya ke kuburan. nyali lo nyali Fir'aun ternyata" terang Gupta.

"ngomong apasih Lo? gajelas banget"

Gupta terdiam. terdengar garing kah dirinya? pikir Gupta. aku kembali merenung.

Aku turun. bik Ina berdiri mengelung badan di depan pintu. wajahnya cemas. dia ketakutan karena aku tidak dirumah, mungkin dia berpikir aku hilang di culik perampok karena pintu terbuka lebar kan.

Gupta nyengir melihatku. jarinya memperagakan orang berjalan. aku mengernyit. lalu tangannya mengibas mengisyaratkan untuk melupakan apa yang barusan di lakukanya. aku membalikkan badan hendak melangkah masuk.

"Good Night, Law" ucap Gupta. tanganya melambai.

Aku tercengang dan kembali membalikkan badan, menatap penuh binar pada Gupta. aku sangat bahagia, bukan pada Gupta, tapi pada kalimat yang dilontarkannya barusan. Gupta mengernyit melihatku. dia menatap aneh sembari garuk-garuk kepala. cie salting.

Tuhan, apa aku akan terlelap pulas setelah ini? semoga saja.

_________________________________

See You Next Page 👋
Mengsad sekali hidup mu, Nak🤧
Yang sabar ya Law, baru juga di ucapin selamat malam jadi ngambang kek taik di jamban pinggir empang🤣, gue authornya aja belum pernh dpt ucapan Night dari si doi🤧🤣

Jangan bosen ya ... pantengin terus ceritanya karena cerita akan semakin menarik.🙃

Vote dan komen ya, eh gak maksa sih soalnya gue juga buat have fun doang. oiya follow akun Instagram lumut Hijau juga ya bagi yang mau : Lumut.Hijau_   atau    Nissyarahim

Sleep And LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang