Jangan pernah menjadi seperti diriku, hidup dalam keanehan yang dapat menjadi langganan penderitaan setiap harinya
_____Lawitta Arrvina___
Gupta mengeluarkan belanga hitam dari dalam tasnya. Meletakkan belanga tersebut di tengah-tengah kami.
"Lo masih belum ingat juga, Law?" tanya Gupta yang dianggukan oleh Ade dan Anum, mereka juga penasaran. Aku menggeleng.
"Tapi ... " Aku ragu untuk melanjutkan ucapanku hingga mereka semakin penasaran.
"Kenapa gue ngerasa lebih kejam setelah melihat belanga ini lagi ya? Karena gue yakin, apa yang gue lakuin sama Jessie itu terjadi setelah gue liat belanga ini"
PLAKK!
"sebenarnya belanga ini berdampak buruk atau baik sih untuk gue? "
"ASTAGA LAW!?" kaget Anum menutup mulutnya. Matanya membelalak melihat tanganku.
Mereka berdua Ade dan Gupta langsung melihat arah pandang Anum dan ikut terkejut. Aku ikut melihat tapi aku biasa saja. Lalat yang tadi aku tepuk mati tanpa sadar aku Remas-remas hingga darah, bercak-bercak dan noda hitam dan sedikit berlendir dari lalat tersebut mengotori telapak tangan kananku. Menjijikkan bagi mereka.
"Kenapa sih!? biasa aja kali" delingku kesal karena tak suka dengan tatapan mereka seperti menganggap aku adalah orang yang aneh atau bukan manusia.
"Law! gue rasa belanga ini berdampak buruk buat lo" Argumen Gupta menjawab cepat setelah melihat apa yang ku lakukan pada lalat barusan.
"hah? masa sih!?" sekarang aku tidak yakin.
BRUGH!
Samar-samar aku mendengar teriakan keterkejutan dan cemas mereka karena aku tiba-tiba saja jatuh pingsan.
Aarghh! ... Kepalaku rasanya sakit dan berdenyut. Rasanya aku tidak ingin bangun. Maka dimana ini? Kenapa banyak selendang kain yang menjuntai di tiap dinding sepertinya itu gorden khusus dinding, bentuknya pun mewah.
"Hallo ... " aku terperanjat kaget mendengar sapaan ramah seseorang tapi di telingaku lebih terdengar sapaan laki-laki mesum.
"Siapa lo!?" Hardiku. pria itu terkekeh. Aku mengernyit.
"Welcome kembali Lawitta ..." satu orang lagi masuk.
Dia seorang wanita paruh baya dengan penampilan super mewah dan elite. Sepertinya dia orang yang berpengaruh disini. Tadi dia bilang apa? Welcome kembali? Apa sebelumnya aku pernah ke sini?.
"Jadi, kamu mau tidur berapa hari, Law?" tanya wanita itu to the point, ia mengeluarkan IPad yang sangat besar dan canggih. Modern juga rupanya. Aku lagi-lagi mengernyit.
"Dia pasti lupa, Buna" seru pria suara mesum tadi. Wanita yang di panggil Buna itupun ikut terkekeh kecil.
"Law, jangan kaget gitu dong ... kayak baru pertama kali aja, ini udah yang kedua kali, Lawitta sayang" terang Buna. Buna adalah sebutan untuk Ibu di sini.
"Ini adalah Dunia Ekalip. Dunia ini tidak ada dalam peta tapi Dunia ini ada dalam peta maya. Dan rumah bak istana inilah tempat semua orang seperti kamu yang mengalami keanehan dalam tidur atau kebiasaan lainya seperti makan, berlari, minum, membuka mata dan lain-lain mengalami peristiwa tidur. Mereka semua ada dari sini dan akan kesini" jelas Buna. aku lagi-lagi mengernyit. aku sungguh tidak paham.
"kamu masih ingat dia? Arvan, dia sama seperti kamu, hanya saja dia mengalami peristiwa tidur tidak pada saat tidur tapi pada saat berlari" sambung Buna lagi.
aku melirik Arvan. Arvan melambai hangat dengan tawa ledekanya, aku mendelik. tak sengaja mataku melihat sebuah belanga yang sama percis dengan milik Gupta. jadi ada dua belanga tapi yang satu berwarna putih. ada berapa warna belanga itu? aku penasaran tapi aku segan dan malu untuk bertanya.
"kamu pasti cape kan Law banyak begadang" ledek Arvan. aku merasa ilfeel padanya. dia seperti Gupta, sok akrab.
tapi aku tidak tahan lagi, aku harus menanyakan belanga itu. "eum ... maaf" seruku menyusun kalimat.
"iya, sayang" sahut Buna di tengah mengotak-atik iPad nya entah apa yang di ketik.
"belanga itu ... apa—"
"eum, Law. dua hari cukup?" potong Buna entah kenapa aku merasa Buna ingin menghindari pertanyaanku. tapi sepertinya ucapan Buna lebih membuat titik fokusku beralih berbicara tentang kata 2 hari ini.
"2 hari apa ya?" tanyaku. Arvan dan Buna tertawa. aku seperti kambing conge. Buna mendeham memperbaiki suaranya.
"Listen to me Lawitta. saya manggil kamu kesini bukan untuk menanyakan atau menjawab pertanyaan yang ada di kepala kamu itu! paham?" ulas Buna lembut tapi tegas dari sebelumnya, aku juga merasakan sepertinya ada nada kesal disana.
"tapi, untuk menyegarkan kamu, kalo untuk HP namanya mengisi daya. saya tau kamu butuh tidur, itu sebabnya saya panggil kamu untuk memberikan kamu kesempatan tidur nyenyak disini, dan saya beri kamu 2 hari untuk tidur nyenyak. setelah 2 hari kamu akan terbangun kembali di dunia kamu dalam keadaan segar. paham!?" lanjut Buna masih terdengar tegas. aku mengangguk.
"Arvan!"
"Siap Buna!"
Arvan membantuku membaringkan tubuh di kasur yang sedang aku tempati saat ini. entah bagaimana mataku tiba-tiba rasanya sangat mengantuk.
Zzzzzzz .... Zzzzzz
"ini anak pingsan tapi kok ngorok sih?" celetuk Ade kesal setelah mereka bertiga terkapar di lantai kamarku. mereka membopongku pulang karena aku tak kunjung bangun itulah kenapa mereka bisa terkapar lelah.
"gue juga heran, kalo dia tidur harusnya pas kita tampar dari pelan hingga keras tadi dia bangun tapi kenapa dia gak bangun-bangun" sambung Gupta membenarkan Ade.
Zzzz .... Zzzz ....
"tapi Guys ... liat deh, rasanya adem banget gitu mandangin wajah Law kalo lagi pingsan gini, pingsannya pulas kayak bayi lagi tidur, gumush deh" kini Anum yang berbicara. dia tidak berpaling menatapku penuh binar.
"tetep aja gue cemas, Mak! ini anak pingsan, sekarang kita harus gimana? bawa rumah sakit!?" sanggah Gupta. diam-diam dia menatapku. menatap tiap lekukan wajahku lalu tersenyum simpul.
________________________________
See You Next Page 👋
Huhu ... untung si Law cuma pingsan gak mati, kan bisa habis duluan ceritanya kalo sampe dia mati, masa author bawain kisah si Arvan buat gantiin kan gak nyambung dong ...🤣Jangan bosen ya ... pantengin terus ceritanya karena cerita akan semakin menarik.🙃
Jangan lupa follow akun Author ya ntar di polback ama si author kece ini ... 😆
IG : NissyarahimUp setiap hari tapi malem kayaknya ... nunggu hotspot an🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...