#Sleep 21

18 3 0
                                    

Keesokan paginya aku masih tertidur pulas berkelumun selimut. ditambah lagi cuaca sedang hujan semakin menambah vibes kenyenyakannya menjadi seratus persen.

aku tersentak saat lonceng gereja berbunyi tidak jauh jaraknya dari rumahku. seketika semua organ tubuhku blank. wajahku sangat cemas sembari bibirku berteriak memanggil bik Ros. bik Ros tergopoh-gopoh memasuki kamarku dengan wajah khawatir.

"ASTAGAA! KENAPA INII? KENAPA AKU MALAH TIDUR NYENYAK SIHH? HAH GAGAL KAN!" kesalku menangis histeris.

pintu kamarku terbanting saat bik Ros masuk saking terburu-burunya. wajahnya pucat pasif. wajahku merah padam menatap bik Ros tengah ngos-ngosan.

"Non Law kenapa? ada apa, Non?" paniknya di sela nafas.

"INI SEMUA GARA-GARA BIBI! BIBI SENGAJA KAN? IYAKANN!? AKU JADI GAK TAUU GIMANA KEADAAN TEMAN-TEMANKU SEKARANG"

"aku ingin datang kesana Bik, pengen lihat mereka, pengen lihat kondisi di sana. aku gatau sekarang Anum gimana!? bibi sihhh. sekarang aku gimana mau tidur sedangkan aku gak ngantuk biibiiiiiii" kesalku begitu histerisnya memarahi bik Ros.

bik Ros menunduk merasa bersalah, ia tau ini pasti akan terjadi tapi yang terpenting Lawita gagal masuk ke dalam  peristiwa tidurnya.

"bahaya, Non. kalo kamu mau Bibi bisa pergi ke sana diam-diam" tawar bik Ros.

"gausah!"

"Mama sama papa kamu telponin bibi terus, Non, dari kemarin-kemarin jadi bibi matikan handphone" lapor bik Ros.

"bagus!"

sulit bagiku berkata lembut jika hatiku sedang kesal apalagi bicara dengan penyebab kekesalanku.

"Kamu yakin gak mau bibi pergi ke sana?" tawar bik Ros sekali lagi.

"gausah! aku aja yang kesana" ketusku sembari turun dari kasur, bergegas untuk bersiap-siap secepat mungkin.

"eehhh jangannnn" cegat bik Ros menahan lenganku.

"ih apasih bik!" ketusku menepis kasar tangan bik Ros.

mimik wajah bik Ros kembali panik dan khawatir namun aku tidak peduli. rasa ingin tahuku lebih penting daripada bik Ros. aku tidak akan bisa tenang sampai aku bisa memuaskan rasa ingin tahu ini.

tak perlu mandi, aku cukup mencuci muka seadanya tanpa sabun dan menggosok gigi. aku tidak peduli dengan jerawat yang akan tumbuh nantinya sebab sudah beberapa hari ini aku malas mencuci muka dengan facial wash.

aku mengenakan Hoodie hitam oversize dipadukan dengan short jeans sebatas lutut berwarna Dongker bergaris putih di tepinya. rambut yang tadinya tergerai acak-acakan kini sudah sedikit rapi setelah kuikat asal saja yang penting tidak tergerai. tidak lupa topi, kacamata dan masker hitam. tampilan model ini aku dapatkan saat menonton Tv.

bik Ros masih berusaha mencegat tapi tak kuhiraukan. aku menjangkau ransel kecil yang tergeletak di lantai dan langsung bergegas keluar dengan berlari. bik Ros mengajar tapi pada akhirnya ia menyerah.

untuk pergi ke tempat tujuanku harus menaiki satu kali bus dan dua kali naik angkot karena jarak yang cukup jauh. rasanya agak aneh saat orang-orang terus menatapiku. perasaan ini sudah lama tidak aku rasakan semenjak mengenal Gupta dan teman-temannya. padahal dulu aku terbiasa dan merasa biasa saja saat dilihati orang-orang.

aku masuk ke sebuah blok menuju rumahku, kupikir rumah itu kosong dan tak berpenghuni ternyata aku salah, orang tuaku sudah kembali. dari jauh aku melihat Mama keluar, penampilannya begitu lusuh tidak terurus. wajahnya tidak seperti biasanya. ia keluar untuk mencari kesibukan. ingin rasanya aku berlari ke sana dan memeluk Mama tapi aku takut. aku benar-benar merasa seperti buronan sekarang. setelah cukup lama aku meratapi rumah dan orangtuaku, aku kembali pergi menuju rumah Gupta. berharap menemukan informasi yang aku inginkan.

tak kusangka tiba-tiba saja Gupta sudah berdiri dibelakangku saat aku berbalik badan. wajahnya marah menatapku. tanpa menunggu apapun lagi langsung saja ia menarik lenganku menjauh dari rumah dan mencari tempat kosong dan aman.

"Lo gila apa goblok!?" sembur Gupta langsung setelah menemukan tempat yang dirasa aman sembari melepaskanku dengan kasar.

"tolol" jawabku sedikit kesal. "puas lo?" lanjutku lagi.

"iya, lo itu gila goblok dan tolol. semuanya deh pokonya!"

"Lo ngapain sih ke sini? ini belum saatnya lo balik ke sini, paham gak!?" amuk Gupta menekan keningku dengan telunjuknya.

"Bahaya. lo tau bahaya gak!?"

"gak. sejak kapan gue tau bahaya?" aku terus menjawab ucapanya. tidak peduli dengan amukan Gupta yang semakin sulit terkontrol dengan jawabanku yang seolah santai tidak perduli.

"Law, pleaseee. jangan main-main deh, ini bukan mainan!"

"yang main-main siapa, Guptaaa?" aku tidak tahan lagi. kebetulan ada kursi plastik yang sudah lapuk di sana, aku tarik dan duduk di sana dengan membelakangi Gupta.

"oke, kasih tau gue lo bela-belain ke sini, mau apa?"

aku langsung berdiri menghadap Gupta  dan meremas kerah baju pria itu. tak sengaja mataku menatap mata Gupta, aku seperti terhipnotis. lensa matanya ternyata seindah itu oh ya tuhan bagaimana bisa aku melewatkan sisi ini. aku beralih melihat setiap lekukan wajahnya, sungguh mempesona dagu runcing dan rahang yang tajam serta keras itu. melihat kening Gupta semakin mengerut membuatku tersadar, refleks melepas kasar kerah bajunya dan mendorong pria itu ke belakang.

"gue mau ketemu sama Anum, p-pengen tau keadaannya" jawabku gelagapan sembari berbalik badan agar pria itu tidak melihat merah wajahku.

Aarghh! malu maluin sumpah!

aku menggerutu sendiri.

Gupta diam beberapa saat dan kembali menarik tanganku, entah mau di bawa ke mana, aku mengikut saja. tak lama dari itu kami sampai di pondok belakang rumah Ade. ternyata sudah ada Ade di sana tengah mencabut rumput liar.

saat Ade tak sengaja menoleh ke arah kami berjalan Ade bengong beberapa saat.

"Lawittaaaaaaaa" histerisnya ia bergegas berdiri dan berlari ke arah kami.

Gupta panik, ia langsung balas berlari kearah Ade hendak membungkam mulut pria itu karena terus saja meneriaki namaku.

"Anjing, tutup mulut lo. jangan teriak-teriak monyet nanti orang-orang pada tau Law disini!" geram Gupta menendang kaki Ade dengan cepat hingga terjatuh lunglai. Ade refleks menutup mulutnya.

aku sampai di tempat mereka, Ade langsung memelukku erat, sangat erat. baru saja memeluk Gupta langsung menarik Ade menjauhiku.

"gak usah pake peluk pelukan, kita gak punya banyak waktu" ucap Gupta datar sembari menarik lengan Ade menuju pondok. aku mengekor di belakang.

_______________________________________

Yeyeyeiiii akhirnya clear part ini.
Anyway kalo Gupta tau Law pindah gajauh, apa ya yang akan terjadi?

tau ah mending saya turu ...

Happy Reading
See You Next Part 🤳

Sleep And LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang