Aku harus apa? harus diam saja atau bergerak? tapi aku tak ingin terluka terus menerus meski aku sudah terbiasa dengan luka. tapi bagaimana jika lukanya parah? tapi bagaimana kalo dia mati karena tak ada yang menolong? Ok. aku akan berusaha egois.
___Lawitta Arrvina___
Aku meletakkan kembali skincare ke dalam laci lalu menepuk-nepuk wajah kesekian kalinya agar skincare meresap. mataku sangat lelah tapi aku takut untuk tidur. mungkin lebih baik aku makan permen kopi.baru lima menit aku di meja belajar tapi kenapa mataku bergerak ingin tertutup? aku benci satu ini. mataku sudah tidak mengantuk tapi kenapa mataku di paksa tertutup. aku benci di paksa tidur dengan cara ini. mataku sudah tertutup, dalam hitungan detik aku langsung terlelap.
"KENAPA HARUS KAU YANG HIDUP!!"
aku diam. Anum menangis meringkuk di samping sofa. papanya tidak berdiri dan berjalan dengan sempurna karena dia tengah mabuk. mataku membelalak karena tiba-tiba saja sebuah tamparan melesat tepat di pipi Anum. gadis itu menangis kejang karena kesakitan. aku marah, aku sangat marah. bagaimana mungkin seorang ayah berani berbuat kasar pada putrinya? papa Anum memaksa Anum berdiri lalu.
plaak! plak! plak!
tiga pukulan sekaligus untuk bagian bahu, paha, dan pipi Anum. aku masuk ke dalam, mataku sangat merah. emosiku tidak terkendali. aku tidak suka papa Anum bertindak kasar.
"ampun Pah. Anum nyerah Anum nyerah. udah ya Pah" dalam sakitnya ia masih berbicara lembut. aku benci sikap Anum satu ini.
bugh! sebuah tinjauan malah melayang ke raham Anum. aku tak kuasa lagi. tapi aku tak ingin ikut terluka, babak belur atau bahkan mati konyol. tapi Anum gimana?
"kamu siapa!!?" hardik papa Anum. aku terkejut juga shok. bagaimana sekarang? aku harus apa.
"Law?" gumam Anum kaget plus khawatir dengan kemunculanku.
"Law? kamu ngapain disini? kamu tau rumah aku? Law kamu pergi ya sekarang!?" Anum mendorong-dorongku menyuruh pergi. masalahnya bukan itu Anum aku tidak tahu bagaimana cara aku pergi? aku terus dikembalikan kesini.
"ta-tapi Num"
plaak! Arrgh!
papaa!!
"kamu siapa!? kamu siapa!?"
bugh! Arrgh!
"PAPA UDAAH!! DIA TEMEN ANUM!"
plak! Aaw!!
Aku membantu Anum berdiri. pipiku sakit dan panas. sudut bibirku memar karena tinjuan dari papa Anum. papa Anum tiba-tiba membuka tali pinggang nya, dan.
piik! piik! piik!
Aku menangis. betis dan punggungku pasti merah akibat sebatan papa anum. Anum menangis dalam pelukanku lalu mendorongku kasar hingga pintu akhirnya tertutup. wajahku sudah babak belur, badanku sakit-sakit dan merah. Anum juga begitu. aku harus apa sekarang. shitt!
Jakarta, 09 Juli 2021
Aku langsung menangis merangkak ke tempat tidur. buku pelajaranku sudah basah karena air mata dan keringat. aku ketakutan. sangat ketakutan. kenapa aku harus tidur? dan kenapa harus pada saat tidur?. aku tidak tahu yang aku alami itu sebuah penyakit? ilmu? atau hanya mimpi semata. aku pribadi mengganggap itu hanya mimpi tak wajar meski aku tahu itu bukanlah mimpi.
suara alarm memaksaku berdiri untuk dimatikan. mataku tak sengaja melihat pada tulisan tanggal di bawah jam. tanggal 09 Juli 2021? berarti kejadian di balik tidurku itu terjadi saat ini. berarti Anum? astaga!. tenggorokanku rasanya tercekat, aku tak bisa berkata apa-apa.
****
"Masih sakit Law?" Anum menatapku merasa bersalah. aku tidak tahu terbuat dari apa hati anak itu. dia tidak sadar kalo lukanya lebih parah dan banyak. aku yakin lukanya pasti sampai ke dalam selain luka hati.
"udahlah Num!" ketusku menepis kasar tangan Anum. Anum tertunduk. Oh Oke, sekarang dia terisak.
"maafin papa Anum ya" lirih Anum dalam isakanya. aku mendeling kesal membelakangi Anum. aku tak suka sifat lembut Anum apalagi pemaaf.
kembali aku membalikkan badan menghadap Anum, lalu meremas jemari gadis itu.
"Anum. gue gak suka ya liat lo maafin papa lo gitu aja? dia itu udah melakukan tindakan kekerasan sama lo, gue yakin itu bukan kekerasan dia yang pertama kalinya kan!?" aku tidak tahan lagi. mau dia sakit hati atau tidak aku tak peduli. Anum kembali sesenggukan.
"Anum sayang sama Papa, Law. Anum cuma punya papa. papa gitu bukan atas kemauan dia. lagi pula dia gitu karena kejiwaannya kambuh aja kok" papar Anum sedikit terbata. aku mendengus tak percaya dengan paparanya.
"Lo gila!?"
Aku dan Anum langsung menoleh karena suara Gupta yang tiba-tiba. dia langsung mengambil duduk ditengah menghadap Anum.
"bisa ngotak gak sih lo!?" Gupta menoyor kepala Anum. Anum hanya diam.
"lo nguping?" tanyaku tak sadar karena itu meluncur begitu saja. Gupta tersenyum lebar.
"iya. gimana? udah kayak detektif belum?" ngelesnya. aku tahu dia pasti tahu menguping bukan perbuatan baik.
"detektif pala lu peang!" gemasku kesal. Gupta nyengir kuda sembari Kembali melihat Anum.
"Num. mending lo cerita lebih rinci deh. papa lo ada sakit kejiwaan? kok bisa?" tanya Gupta Kembali serius. aku mengangguk-angguk menyetujui.
Anum diam sejenak. sedikit wajahnya sudah mencerah karena air mata sudah ia hapus dengan sapu tangan Gupta.
"jadi, papa tuh cinta banget sama Mama, sampe-sampe Mama KDRT sama Papa, papa terima aja papa gak mau balas karena Mama itu perempuan. sampai suatu hari Mama di tabrak truk karena nyelamatin aku. dia di tabrak dan orang yang nabraknya lari gitu aja ... hiks ... hiks ..." Aku langsung memeluk Anum karena dia menangis sangat kejang. Gupta kelimpungan mendiamkan Anum, sebab kami jadi pusat perhatian di kelas.
"Ms. Sleeping, Anum kenapa? lo apain dia?" tanya Reno curiga. dia berkacak pinggang menatapku tajam.
aku balas menatap tajam bahkan lebih tajam dan menantang. tak ada yang bisa mengalahkan mataku. pernah saat SMP anak-anak menyebut mataku mata psikopat.
"gue rasa ini bukan urusan lo!" jawabku akhirnya. kini semua mata para siswinya menatapku tak suka. aku tak peduli.
Gupta berdiri lalu menarik tanganku dan Anum menjauh dari kelas. dia membawa kami ke kantin. karena sedang jam pelajaran makanya kantin sepi.
"lanjut Num" suruh Gupta tanpa instrupsi.
"semenjak hari itu papa jadi sakit kejiwaan. kadang kambuh kadang enggak. setiap kejiwaannya kambuh dia jadi kasar, karena ingatan tentang mama KDRT mengambang di ingatan papa, sebelum Mama pergi mental papa udah kena. aku gak mau kehilangan papa. gak mau papa di bawa ke RSJ makanya aku privat" lanjut Anum. kini gadis itu hanya termenung setelah bercerita.
aku dan Gupta saling pandang. Gupta lalu berdiri membeli air mineral, memberikannya pada Anum.
"gue balik ke kelas dulu ya, mau nge-game dulu sama anak-anak" pamit Gupta. aku mendeling saat dia bilang mau nge-game.
See You Next Page 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep And Law
FantasyCerita ke-tujuh "Orang-orang menyebutku Mata psikopat karena aku memiliki tatapan yang tajam bak psikopat!" Aku menatap tajam penuh penentangan pada mata orang di depanku yang kini sudah berpaling menghindari tatapanku. Jadi ini adalah sebuah cerita...