#Sleep 22

14 3 0
                                    

Ade dan Gupta bersitatap setelah mendengar ceritaku dan kemana aku pergi selama ini.

"apa yang lo harapin dari kejadian ini? udah terwujud. so, gak usah macem-macem lagi Law, lo gak capek makan korban terus?"

"Anum dan Jesie udah bisa lo masukin ke dalam museum karena menjadi salah satu kisah bersejarah lo"

Ade berkali-kali memberi kode pada Gupta untuk menyudahi ucapanya karena ia takut hal itu akan menyakiti hatiku.

"biar gue wakilin, De. udah lo tenang aja disitu, duduk manis" Ade semakin gelisah.

aku hanya diam mendengarkan, mencerna tiap katanya. Gupta meneguk ludahnya berkali-kali sebelum akhirnya melanjutkan kembali ucapanya.

"eh iya Law, lo udah tau belum kalo Jesie udah meninggal?" Ade menyerobot.

"Belum" jawabanku singkat.

"Nah! sekarang lo udah tau, kan?" kini Gupta yang menyela.

"dah"

"gimana perasaan lo?"

" B aja"

mereka berdua kaget.

"lo gak ngerasa bersalah gitu?" mereka berdua menatapku penuh harap.

"gak"

"What!? sama sekali!?"

"yes, gak samsek" jawabku begitu yakin.

"kalian Kenapa sih? gila? ya kalo dia udah mati berarti udah takdirnya, bukan salah gue. aneh" ucapku sembari menselonjorkan kaki.

"tapi kan penyebab elo Lawittaa"

"yaa terus kenapa Gupta??? gue datang ke rumahnya gitu atau ke kuburannya gitu buat hidupin dia lagi!? gue bukan tuhan, taik. gue manusia biasa gue aja yang hidup dan matiin aja Tuhan"

Gupta dan Ade berdiri serentak. mereka seperti anak kembar karena pergerakan mereka sama saat sedang stres.

"bego sumpah bego banget. ini gue yang bego atau ni cewe sih!?" erang Gupta frustasi.

tak ada lagi percakapan diantara kami. kami saling mendiamkan. tak ada suara obrolan, tak ada tawa, tak ada suara langkah kaki, tak ada apapun. karena kami sibuk dengan pikiran masing-masing.

yang ada hanya suara kucing, suara desiran angin, bahkan suara pohon saat di terpa angin. waktu semakin berjalan hingga sore. namun kami masih tetap di sini berdiam kaku.

"Law" panggil Gupta. akhirnya ada suara manusia.

Aku menoleh santai sekedar menyahut dan kembali menundukkan kepala memainkan kuku kakiku.

"Menurut gue udah cukup semua ini"

Ade memulihkan isi kepalanya dengan fokus pada percakapan kali ini dan menyimak dengan cermat.

"kita. eh gak, maksud gue adalah gue, Anum dan Ade udah mutusin ini, dan kami rasa ini adalah yang terbaik. kami mutusin buat gak berteman lagi sama lo. kami gak mau lagi terlibat dengan cerita dan kehidupan lo yang konyol itu.  itu semua di luar nalar kami, Ok? gue rasa lo pasti paham apa yang gue maksud dan kami inginkan"

"bahasa lo bertele-tele. to the point aja lo dan lo serta Anum udah mengakhiri pertemanan kita ini. done!"

Gupta dan Ade mengangangguk. Ade menundukkan kepalanya semakin dalam.

aku tidak tahu harus merespon apa, jika aku bisa jujur pada mereka aku sedang kesakitan. seolah tak ada tulang beserta vitaminnya dalam hatiku sehingga rasanya rapuh. hatiku sakit, kecewa, mungkin juga terasa terluka.

apa aku sepenuhnya sudah menjadi normal? atau sudah sekedar Normal saja? no problem yang penting adalah aku bisa merasakan perasaan. tapii aku tidak bisa mengungkapkannya.

aku berdiri. tidak sedikitpun aku perlihatkan bagaimana pecahnya dan hancurnya bagian dalamku. wajahku tetap angkuh melihat mereka.

"yakin ini yang terbaik? ah iya, anyway yang terbaik bagi kalian belum tentu terbaik untuk gue. So, jangan sok bijak mengambil keputusan sendiri. gue pamit"

rasanya sudah tidak terbendung lagi, jika memang ini yang mereka inginkan baiklah aku akan wujudkan. mungkin memang benar bahwa aku sudah membuat kehidupan mereka menjadi lebih ekstrim dan terlarang. bahkan membuat mereka seperti kehilangan jati diri tapi aku tidak berdaya.

bukan aku yang meminta mereka hadir dalam hidupku dan mempengaruhi kehidupanku sebelumnya. Tuhan yang mendatangkan mereka padaku, oh tidak tidak, tapi mereka yang mendekatiku bukan aku. inilah yang tidak aku inginkan jika mereka datang. aku takut mereka pergi meninggalkanku sendirian.

benar kata Gupta aku memang bego. bego sudah mau menerima mereka, harusnya dari lama aku jauhi mereka aku campakkan dan tidak ku beri ruang. andai aku tahu aku tidak akan melakukannya.

Aarggh! persetan kalian semuaaa. bangsatt lo Guptaaaaaa gue benci banget samaaa loo anjing!!

Tubuhku terjatuh lunglai dipertengahan jalan. aku ingin cepat-cepat sampai di rumah. tidak tidak tidak aku harus pulang ke rumah asliku terlebih dahulu untuk mengambil belanga. aku akan pergi dari mereka selamanya.

tapi entah kenapa kakiku justru membawaku ke rumah kos yang aku tempati terakhir-terakhir ini. hari semakin malam dan aku masih di perjalanan. sudah kubilang butuh waktu untuk aku bisa sampai d rumah meskipun tidak keluar kota tetap saja jauh jaraknya.

akhirnya aku sampai di rumah tepat pukul 10 malam. namun rumah ternyata terkunci saat engsel pintu hendak kubuka.

______________________________________

No coment 🤧
Happy Reading
See You Next Page  👋

Sleep And LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang